Asta-6

28 3 0
                                    

"Aska, sialan!"

.Tata.

.

.

.


Aska diam-diam menyelinap masuk ke kamar mandi yang sedang di gunakan oleh Tata. Laki-laki itu berniat membalaskan dendamnya kemarin saat ia harus mati-matian memanjat pohon.

Aska tersenyum jahil saat melihat rok milik Tata tersimpan di atas pintu. Ia memastikan terlebih dahulu, di dalam itu Tata atau bukan.

Aska menekan hidungnya, lalu memangil Tata dengan suara perempuan. "Tata."

"Apa?" jawab Tata dari dalam. Aska mengangguk-angguk, tangannya dengan hati-hati mengambil rok milik Tata dengan sempurna.

Aska tersenyum nakal ketika melihat rok gadis itu berada di tangannya sekarang. Aska membalikkan tubuhnya, ia memanggil Tata dahulu dan mengatakan jika roknya sudah ada di tangannya sekarang.

"Ta, rok lo gue pulang. Ya?" Aska langsung berlari, Tata yang berada di dalam, terdiam sejenak setelah beberapa menit ia cepat-cepat memakai celana olahraga miliknya.

"Sialan, Aska!" Tata membuka pintu kamar mandi dengan kasar, ia memakai baju seragam dan bawahnya celana olahraga.

Tata melihat kesana-kemari tapi tidak menemukan Aska. Terpaksa ia harus bertanya pada orang-orang yang berada di sini. "Lo liat Aska?" tanya Tata.

Gadis yang berada di hadapannya melihat dari atas hingga bawah lalu menunjuk kearah koridor sebelah kiri. Tata mengangguk kemudian berlari mencari Aska yang sudah jauh dari pandangannya.

"Curut bambu, balikin rok gue. Woy di mana lo." Teriakkan Tata menggema di koridor, gadis itu tidak menghiraukan beberapa mata melihatnya dengan bingung dan terang-terangan membicarakan kebodohannya.

Aska yang bersembunyi taman belakang, laki-laki itu menghela napasnya yang begitu cepat. Tangannya masih setia memegang rok milik Tata, ia mengecek isi saku rok milik gadis itu ternyata ada beberapa permen rasa mint di saku roknya.

Aska memakannya, ia sudah merasa bosan menunggu Tata yang berlari mengejarnya. Setelah lima menit Tata muncul, laki-laki itu masih bersembunyi di balik tembok dengan tangan yang memegang rok milik Tata.

Matanya berkeliling mencari keberadaan laki-laki itu, ia harus mendapatkan roknya sebelum bell berbunyi. Kalau tidak ia akan mendapatkan hukuman seperti beberapa hari yang lalu, yaitu berlari 5 putaran atau membersihkan WC putra.

Aska memutuskan keluar dari persembunyiannya, tangannya ia keataskan sembari melambai-lambai rok yang sedang ia pegang. "Ta! Lo cari ini?"

Tata mendongak, ia melihat Aska langsung berlari. "Asu, lo, balikin rok gue tolol." Tata berteriak sangat keras, sembari berlari mengejar Aska yang tiba-tiba berlari menjauh darinya.

"Askaa ... sialan lo, balikin rok gue."  Aska terus berteriak, laki-laki itu tak memperdulikan ia di perhatikan oleh semua siswa-siswi di sekolah ini, ia hanya puas jika Tata mengalami yang ia rasakan kemarin. Harus naik pohon yang begitu tinggi hanya untuk baju seragam yang tidak ia pakai, baju itu malah Aska simpan bersama kolor minionnya di lemari.

Tata menghela napas sejenak, ia mengatur napasnya yang terengah-engah. Matanya menatap Aska yang mengejeknya di sana. "Gue doain lo nikah sama curut, Aamiin."

"Kalau sama lo gue mau, Curut."

"Najis." Tata membuang muka, membayangkannya ia sudah tidak berani. Pasti kehidupannya pernikahan mereka hanya di isi oleh pertengkaran satu sama lain dan membuatnya naik darah setiap hari.

"Lo mau rok ini?" Aska berjalan mendekat ke arah Tata.

Tata mengangguk. "Tapi lo harus nikah sama gue!"

"Najis, walaupun di dunia ini laki-laki tinggal lo doang. Gue engga mau jadiin lo suami gue, apa kabar sama anak gue nanti walaupun punya bapak burik kayak lo."

Aska terdiam, ia menyentuh mukanya sendiri. Aska berpikir, wajahnya tidak terlalu jelek tapi mengapa gadis di depannya nampak tidak tertarik dengannya.

"Anjing, lo hina gue."

"Engga ngehina tapi itu Fakta."
Tata mengulurkan lidah mengejek Aska, laki-laki itu mendekat kearahnya seketika Tata waspada. Aska sulit di tembak, ia takut Aska berbuat macam-macam karena bagaimana pun dia laki-laki mempunyai nafsu yang tinggi.

"Lo ngapain?" Tata mundur, tatapan Aska begitu tajam menatapnya.

Aska terdiam, tangan kirinya menarik rambut Tata membuat gadis itu berteriak kesakitan. "Heh, rambut gue ... Aska. Curut lepasin rambut gue." Aska masih menarik rambut Tata, gadis itu menghina wajahnya sebagai balasannya ia menarik mahkota Tata yang gadis itu puja-puja.

"Aska."

"Rambut gue sakit, sialan!" Tata memukul dada bidang Aska sedikit brutal.

Aska melepaskan tangannya, Tata terisak sembari memegangi rambutnya yang berantakan. Kepalanya sangat pusing, bahkan pandangannya tiba-tiba hitam dan Tata terjatuh.

Aska terkejut, tapi ia mengira gadis itu sedang bercanda. Ia tidak menarik rambut Tata terlalu keras, pikirnya.

"Bercandaan lo engga bakal buat gue minta maaf."  Tubuh Tata yang terjeletak tampak sama tidak berubah posisi.

Aska menjongkok, menggoyang tubuh gadis itu. Biasanya jika di cubit  Tata akan berteriak tapi sekarang tidak gadis itu masih terdiam.

Aska mulai panik, ia kembali menggoyangkan tubuh Tata sembari memanggil namanya. "Ta, lo jangan bercanda. Ini engga seru banget sumpah!"

Tata masih terdiam, tanpa berpikir panjang Aska langsung membopong tubuh gadis itu menuju UKS. Ia menggerutuki dirinya sendiri, Aska mengaku salah. Aska lupa jika Tata adalah seorang perempuan yang lemah berbeda dengannya. Menurutnya tenaga saat menarik rambut Tata pelan tapi menurut gadis itu lain.

"Dokter!" Aska berteriak, Dokter yang berjaga langsung berlari kearahnya. Laki-laki itu menidurkan Tata di ranjang UKS kemudian dokter memeriksanya.

"Dok?"

Dokter terdiam. "Jangan terlalu keras, Aska."

Aska terdiam, dokter menghela napas. Mereka berdua langganan masuk UKS dari Tata pingsan, Aska keningnya berdarah dan juga yang lain.

Aska mengangguk, laki-laki mendengar ucapan dari dokter. Aska menyesal dengan ulahnya saat ini, ia harus meminta maaf kepada Tata.

Setelah beberapa menit akhirnya Tata membuka matanya. Ia memegang kepalanya yang berdenyut, Aska segera menghampiri Tata.  "Ta!"

Kepala Tata masih berputar akibat  rambutnya di tarik dan juga ia belum sarapan apapun. "Ta, Lo engga apa-apa?" tanya Aska.

"Lo siapa?" tanya Tata.

"Lo lupa gue?"

"Jangan-jangan lo anemia!" Tangan Aska di cubit oleh Tata.

"Aduh-duh, Ta, tangan gue."

Aska, my Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang