Aska 11

20 0 0
                                    

"Kita hanya sepasang remaja yang sedang di mabuk perjodohan."

.

.

.

.

"Naik." Tata menoleh kearah sumber suara itu berasal, diiringi dengan suara motor butut milik Aska yang mengisi kedua telinganya. Bukan motor ninja atau pun motor yang mahal, Aska memilih memakai motor vespa miliknya berwarna hitam pekat.

"Engga." Tata terus berjalan, menghindar dari Aska yang masih berada di belakang. 

"Ayo."

"Engga." Aska mendecak pelan. "Lo malu naik motor gue?"

"Hm."

Aska menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan respon yang Tata berikan. "Anjir, ini motor tuh motor klasik. Motor kesayangan gue, hasil jerih payah gue dan gue bangga." Aska menepuk-nepuk pelan motornya.

"Itu buat lo buat gue engga."

"Terserah deh, cape gue."

Tata memutar bola matanya malas, Aska banyak bicara dan kadang membuatnya naik darah. Itu menjadi awal keributan mereka di mulai. "Sana-sana." Tata mengusir Aska.

Aska langsung menancap gas meninggalkan Tata yang masih berada di tempat tadi. Tata menghela napas panjang, lebih baik cepat-cepat melangkahkan kakinya supaya tidak terlambat sampai ke sekolah.

Gerbang masuk telah di tutup saat ia sudah sampai di sekolahan, Tata menghela napas gusar. Gara-gara tidak bisa tidur ia jadi kesiangan dan akhirnya tidak bisa mengikuti ujian yang sudah ia nantikan dari awal. "Sialan." Tata menendang batu yang ada di bawah.

"Aw." Tata menoleh. Batu yang ia tendang tadi rupanya mendarat sempurna di kening Aska yang entah darimana laki-laki itu muncul secara tiba-tiba. Aska memegang keningnya, kepalanya sedikit berdenyut dan pasti meninggalkan bekas merah di keningnya itu.

Diam-diam Tata tertawa melihat Aska yang menderita karenanya. Ia berlari cepat menghampiri Aska yang sibuk memerangi keningnya. "Sorry."

"Kening gue, bangke."

Aska meringis, saat tiba-tiba saja Tata menekan kening yang menjadi tempat batu tadi mendarat. "Ah, sialan lo, Ta. Jangan di tekan anjir."

Tata hanya tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi miliknya yang tersusun rapih. "Lebay, kening lo cuma merah."

"Tapi sakit, Ta." Tata memutarkan bola matanya malas, Asta sangat lebay menurutnya.

"Harusnya lo cium kening gue bukan di tekan, engga sopan banget sama calon suami."

Tata menatap tajam Aska. "Najis."

Aska tertawa terbahak-bahak mengabaikan keningnya yang masih berdenyut nyeri. "Motor lo di mana? Bukannya lo naik motor tadi?" tanya Tata saat tidak melihat motor butut milik Aska yang selalu  ia bangga-banggakan itu.

"Mogok."

Kali ini Tata yang tertawa. "Kata gue apa, motor butut gitu engga akan ke pake lama. Ganti aja, engga minat gue naiknya kalau pake motor itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aska, my Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang