"Aska, ngapain rambut gue!" Suara teriakkan Tata menggema di udara bahkan sampai lantai paling atas. Ia menundukkan kepalanya dihadapan cermin, melihat rambutnya yang terkena permen karet karena ulah laki-laki itu.Aska tertawa puas setelah meletakkan permen karet yang telah ia kunyah di kepala gadis itu. Di sisi lain, Tata masih mencoba melepaskan permen karet itu dari rambut namun ternyata tidak bisa, malah menempel begitu kuat.
Tata hampir menangis, Aska masih setia tertawa sambil menunjuk kearahnya. Tata berlari keluar kelas yang sudah kosong karena waktu menunjukkan waktunya istirahat. Ia menutup kamar mandi dengan kasar, mencoba kembali melepaskan permen karet itu.
Ia menyerka wajah kasar, lalu kembali ke kelas. Ia membuka laci lemari dekat meja guru, membawa gunting. Tata menghela napas sebelum akhirnya ia menggunting rambut begitu banyak hingga ke akar.
Tata menatap rambutnya yang berada di tangannya lalu mengepalnya kuat-kuat sebelum ia beranjak dan mencari keberadaan Aska Bagaskara Rahayu itu berada. Laki-laki yang menjadi rival dari SMP hingga sekarang.
"Aska."
"Aska, Curut di mana lo."
"Aska!"
Tata berlari menaiki tangga menuju rooftop, tempat laki-laki itu bersembunyi dari kejarannya. Ia membuka pintu dengan kasar sembari berteriak memanggil nama laki-laki itu.
"Aska Bagaskara Rahayu!"
Di tempat lain, Aska bersembunyi di tembok tidak jauh dari gadis itu berdiri. Ia menutup mulutnya saat melihat rambut Tata pitak karena ulahnya.
Tata melihat sekeliling, ia berjalan menuju tumpukan meja-meja tapi laki-laki itu tidak ada.
"Aska keluar lo! Tanggungjawab rambut gue pitak. Aska!"
Aska tidak bisa menahan tawanya lagi, Tata yang mendengar suara tawa seseorang langsung menghampirinya. Ia melempar Aska dengan permen karet bercampur rambut yang berada di tangannya, tawa laki-laki itu menghilang. Memegang permen karet tersebut, ia melihat rambut Tata lalu mengalihkan pandangannya pada permen karet yang ia pegang.
Ia mengangkat tangannya, memberi Tata jempol lalu bersiap berlari. Karena tangan gadis itu sudah mengepal kuat, tandanya gadis itu akan menyerangnya balik dengan apa saja yang ada di sini.
Bahkan kepalanya pernah berdarah karena di pukul oleh Tata mengunakan kayu bekas kursi. Aska berlari keluar tapi pintu rooftop tiba-tiba tertutup begitu saja.
Tata tersenyum, rupanya sahabatnya datang tepat waktu. "Aska."
Aska menoleh, ia tersenyum kecil dan juga jahil. "Iya, Taga."
"Lo engga kapok?" tanya Tata.
Aska menggelengkan kepalanya, Tata mengambil spidol permanen dari sakunya. Berjalan kearah Aska, laki-laki itu sudah bersiaga satu. Otaknya berpikir caranya untuk berlari dari Tata, tapi nyatanya tidak ada jalan lain selain ia harus melompat dari lantai 4 ini ke bawah.
"Tata lo ngapain?"
Tata tersenyum jahil, tidak ada bedanya satu sama lain. Sama-sama jahil dan tidak mau mengalah. "Diem."
Aska terdiam, Tata menuliskan sesuatu di kening Aska membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak. Aska yang tidak tinggal diam, mengambil spidol yang ada di tangan Tata. Menulis sesuatu di kening Tata tanpa gadis itu sadari.
Aska menahan tawa, membaca dengan keras apa yang ia tulis di kening Tata. "Curut, I Love U."
Tata terdiam, Aska dengan cepat berlari ke kamar mandi. "Askaaa!"
Tulisan di kening laki-laki itu 'Aska tolol'.
_
Tata mencoba menggosok tulisan yang ada di keningnya. Tulisan itu masih setia berada di keningnya tanpa berniat untuk menghilang. Ia bahkan sudah meminta minyak telon milik temen kelasnya tapi tulisan itu tidak memudar.
Tata menghela napas, ia tak punya suatu benda untuk menutupinya. Tidak mungkin juga ia masuk ke kelas dengan keadaan kening seperti ini, bisa-bisa ia di hukum oleh guru.
Ia baru sadar kalau saat ini pelajaran yang sangat ia tunggu akan di mulai. Ia mendengus kesal, memilih untuk masuk ke kelas dengan keadaan kening yang seperti ini.
Ia sudah tak perduli di hukum karena pasti laki-laki itu akan di hukum juga. Tata menutup keningnya dengan tangan kanannya, mulai berjalan menuju kelasnya.
Tata menghela napas, sebelum ia membukakan pintu. Pintu itu terbuka, terlihat guru sedang berada di depan dengan seorang laki-laki yang lain adalah Aska yang sedang menoleh kearahnya.
"Masuk Tata."
Tata mengangguk, tanpa melepaskan tangannya dari kening. Aska melihatnya sontak, menahan tawa. Ia sangat menunggu Tata di tertawakan oleh temen sekelasnya, ia tak mau ia saja yang di tertawakan, gadis itu harus merasakannya. Di tertawakan itu menyenangkan, menurut Aska.
"Kening kamu kenapa di pegang terus? Dia engga bakal hilang."
Mereka tertawa nyaring, di ikuti oleh Aska. Tata yang melihat Aska tertawa, tampak kesal. Bisa-bisanya dia tertawa di atas penderitaannya. "Keningnya sama kayak saya, Pak," ucap Aska.
Tata menggelengkan kepalanya, ia takut semua orang akan tertawa membaca tulisan yang ada di keningnya. Laki-laki itu memang kurang ajar, menulis kalimat yang sangat membuatnya marah.
"Tata, turunkan tangan kamu?"
Tata menatap Aska dengan tajam, laki-laki itu malah mengejeknya. Mengulurkan lidahnya, Tata menurunkan tangannya pelan-pelan hingga tawa temennya kembali terdengar.
Telinganya di tarik oleh Pak Tamir diikuti Aska yang telinganya di tarik. "Aduh, Pak, telinga saya," teriak Aska.
"Kalian ini buat ulah lagi."
"Semua gara-gara Tata, Pak."
Tata menggelengkan kepalanya. "Bohong, itu, Pak, lihat rambut saya pitak gara-gara Aska taruh permen karet di rambut saya."
"Yang bener itu Aska?" Aska menggelengkan kepalanya. "Engga, Pak, itu salah dia yang gunting rambutnya sendiri pake gunting."
Tata menatap Aska dengan tajam. "Apaan sih lo Aska, ngaku aja lo yang naruh permen karet di rambut gue."
"Heh, jangan asal ngomong. Lo punya buktinya engga?"
Pak Tamir melepaskan kedua tangannya dari telinga Aska dan juga Tata. Ia memijat keningnya yang berdenyut karena ulah dua orang di depannya, mereka berdua sudah menjadi langganan kemarahannya beberapa tahun terakhir. Apalagi mereka berdua tidak pernah akur satu-sama lain membuatnya berpikir kelas untuk menyatukannya.
"Sudah diam." Mereka berdua terdiam.
Pak Amir menjatuhkan tubuhnya di kursi. Ia mengusap kasar wajahnya, kemudian menatap mereka berdua dengan tajam.
"Keluar kalian!"
"Lari sampai pelajaran saya berakhir."
Tata menatap tajam Aska yang berjalan keluar di sampingnya. Ia sangat ingin memukul Aska dengan kursi seperti dulu, sampai laki-laki itu hilang ingatan.
Aska masih setia berjalan di depannya, Tata yang sudah geram memukul punggung Aska dengan keras. "Aska sialan."
Aska meringis, membalikkan tubuhnya. Ia meraih kedua tangan gadis itu, mencekalnya menjadi satu dengan tangan kanan. Tangan satu lagi menjitak kening Tata dengan keras.
"Argh ... Kening gue!"
_
Semoga kalian suka.
Selamat berjumpa lagi di hari Minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aska, my Husband!
Novela JuvenilFollow akun sebelum membaca Up setiap hari minggu Tatalia Margareta di paksa menikah dengan Aska Bagaskara Rahayu di usia 17 tahun. Tata yang tidak pernah akur dengan Aska membuatnya melakukan segala cara untuk membatalkan perjodohan tersebut. sebag...