Aska-9

24 1 0
                                    

"Nikah sama Aska? Tidak!"
.

.

.

Hari ini Aska dan Tata dalam mode perang, mereka tidak berbicara apapun maupun bertengkar hanya terdiam. Mereka seperti batu  sekarang, duduk di kursi tapi mata mereka kosong. Semua murid di kelas ini menatap mereka dengan tatapan aneh, tidak biasanya mereka seperti ini.

Rehan yang berada di samping Aska tampak sedikit menoleh pada temennya lalu mengerutkan keningnya. Ke mana Aska yang tengil dan Tata yang barbar sekarang?

Semua guru yang masuk ke dalam kelas menatap mereka berdua dengan heran. Bu Nina menyuruh Rehan untuk menghampirinya. "Rehan sini."

"Iya, Bu," ucapnya setelah berada di depan Bu Nina. "Mereka kenapa?"

"Aska sama Tata, Bu?" Rehan bertanya balik. Bu Nina mengangguk.

"Saya engga tahu, Bu. Dari tadi mereka diam mulu, saya juga takut." Rehan menatap mereka dengan takut, jangan-jangan mereka kerasukan setan baik.

"Sudah-sudah, mungkin mereka berdua sudah taubat. Tidak mau bertengkar lagi."

"Iya, kayaknya  Bu."

"Yasudah, kamu silahkan duduk lagi." Rehan kembali duduk di sebelah Aska.

Rehan memandang Aska yang berada di sampingnya, masih terdiam seperti banyak pikiran. Rehan terdiam sejenak, apa Aska ada masalah? tanyanya di dalam hati.

"Ka!" Rehan berteriak di dekat telinga Aska. Laki-laki itu langsung terkejut. "Sinting lo kalau gue jantungan gimana? Jantung gue cuma ada satu lo mau tanggung jawab?"

"Sensi banget lo, Ka. Kayak cewek engga asik banget."

"Sialan." Rehan tertawa pelan. Ini baru Aska banyak mengoceh tidak jelas kepadanya.

"Lo ada masalah apa sama Tata?" tanya Rehan. Aska terdiam sejenak lalu menjawab. "kita baik-baik aja, semalam keluarga kita ngumpul biasa," dusta Aska. Rencana perjodohan ini harus tetap rahasia jangan sampai bocor.

"Engga kayak biasanya dia begitu, apa dia abis patah hati?" tanya Rehan menerka-nerka.

Aska langsung tertawa kecil. "Patah hati ya kali, dia aja engga punya laki. Sama siapa dia patah hati."

Rehan menggelengkan kepalanya. "Siapa tahu punya tapi kita engga tahu kan, sekarang banyak tuh yang kayak gitu pacaran sembunyi-sembunyi."

"Backstreet?"

"Nah itu."

"Masa sih?" tanya Aska.

"Lah kok tanya gue, Ka. Bukan lo tetanggaan sama dia berarti Lo tau semuanya."

"Engga semua tau urusan tuh cewek."

"Tanyain kalau lo kepo."

"Hm."

_

"Ka, gue mohon batalin perjodohan itu gue engga mau." Tata menangis di sampingnya, Aska yang mendengar itu langsung mengusap wajahnya. Ia tidak bisa menolaknya apalagi membatalkannya, bisa di tendang dia dari kk.

"Gue udah coba bicara tapi hasilnya nihil."

Tangisan Tata langsung kencang, Aska gelagapan. "Ta, jangan nangis nanti di kira gue apain lo lagi. Ini tempat sepi lagi." Aska panik setengah mati.

"Gue engga mau nikah sama lo, gimana masa depan gue, Ka."

"Masa depan gue juga kali, Ta."

"Gue engga respect bakal punya laki bentukan kayak lo, gimana gue hidup nanti. Biasa-biasa gue mati muda." Aska memutarkan bola matanya, Tata begitu dramatis tapi ia juga sama.

"Lo punya pacar sampai lo mau batalin perjodohan ini?" tanya Aska, ia sudah gatal ingin bertanya. Tata menggelengkan kepalanya. "Engga punya, gue aja bergaulnya sama lo doang gimana bisa gue punya pacar, mikir."

"Semua laki-laki pasti takut sama lo, Ta."

"Lo takut sama gue? Lo juga laki?"

"Engga, gue takut Lo ambil jalan salah."

"Terus Lo bilang perjodohan ini jalan yang tepat?" Ah, Aska tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

"Lo engga bisa jawabkan, gue engga mau tahu lo harus bisa batalin itu perjodohan." Aska memandang Tata yang mulai menjauh darinya, ia mengacak-acak rambutnya.

Sialan!

"Argh, Tata lo bikin gue pusing."

_

"Bunda aku engga mau!" Tata menghentak-hentakkan kakinya ke lantai seperti anak kecil yang mau sesuatu tapi tidak orang tuanya berikan.

Tata menggelengkan kepalanya.

"Anterin makanan ini ke rumah calon suami kamu, Nak."

"Tata engga punya calon suami, Bunda."

Lala memijit keningnya yang pening, perkara tinggal mengantarkan makanan Tata sudah tantrum begini apalagi ketika nanti menikah. "Ta, kalau gini terus Bunda angkat tangan. Bisa-bisa besok kamu Bunda nikahin kamu sama Aska."

"Bunda! Engga mau!" Tata menangis kencang, Lala menutup kedua telinganya sebelum keluar dari kamar anak semata wayangnya. "Punya anak sifatnya kayak gini, turun dari siapa?"

"Pasti dari Mas Gilang bukan dari aku, pasti itu."

Gilang yang baru saja sampai ke rumah langsung menghampiri istrinya yang sedang berdiri di depan meja makan. "Sepi banget engga kayak biasanya, Tata kemana?"

Lala menghela napas. "Lagi tantrum dia Mas, masa aku suruh Tata anterin sup ke rumah Aska malah nangis. Pusing kepalaku Mas, untung anak kita cuma satu kalau banyak modelan Tata bisa botak kepalaku, Mas."

Gilang tersenyum menanggapinya, ucapan istrinya memang benar. Mengurus satu saja mereka keteteran apalagi dua ataupun tiga.

"Biar Mas ke atas nanti." Istrinya mengangguk sebelum pergi ke kamar, Gilang mencuri satu kecupan di bibir istrinya.

Gilang mengetuk kamar anaknya setelah mengganti bajunya dengan baju rumah. Lala berada di bawah, ia tidak ikut ke atas.  "Ta, ini Ayah buka dulu sebentar!"

"Ta!"

Tata yang sedang tidur-tiduran di atas ranjang langsung bangkit, membukakan pintu yang tadi ia kunci supaya Bundanya tidak masuk ke dalam. Sepertinya Bundanya mengadu sekarang. "Ayah masuk, ya."

Tata mengangguk lesu membiarkan Ayahnya masuk ke dalam, duduk di pinggir ranjang miliknya. "Kata Bunda tadi kamu tantrum?"

"Hm."

"Why?"

"Bukannya Bunda suruh kamu anterin sup ke rumah Aska, kenapa putri Ayah nangis sampai bikin Bunda pusing."

"Tata engga mau anterin sup itu."

"Why?"

"Kamu udah gede engga boleh kayak gitu apalagi kalau nanti udah nikah sama Aska." Setelah mendengar ucapan Ayahnya, Tata melempar bantal yang tadi ada di sampingnya  ke lantai dengan keras.

Tata mulai tantrum lagi sekarang. "Tata engga mau nikah sama Aska, Yah!"

Gilang memejamkan matanya suara teriakan Tata begitu masuk semua ke dalam telinganya. "Kenapa? Aska laki-laki yang baik. Ayah kenal dia kenal orang tuanya, Nak. Apalagi yang harus Ayah khawatirkan nanti kalau Ayah lepas kamu menikah."

"Tata engga suka sama Aska, Tata masih kecil!"

Keningnya di jitak oleh Ayahnya.  "Kamu udah bisa kasih Ayah sama Bunda cucu loh!"

"Ayah!"

"Pokoknya Tata mau perjodohan itu batal!"

"Ta! Jangan buat Ayah marah!"

Aska, my Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang