2. Dulu semua baik-baik saja

63 8 0
                                    

"Semesta, kenapa Kamu selalu diam dikelas? Dan jarang sekali ingin berbaur dengan banyak orang? Kulihat temanmu itu itu saja. Emangnya ga bosen apa dengan teman yang sedikit begitu?" ucapnya.

Dia Astrid, seorang mahasiswa sama sepertiku. Anak yang ceria, suka berbagi cerita, berwibawa, teguh pendirian dan yang pastinya menjadi pusat perhatian bagi banyak lawan jenisnya. Tidak terlalu tinggi sih orangnya, 165 cm lah kira-kira, dan dia satu satunya orang yang menurutku memiliki banyak sekali wawasan tentang dunia. Aku kagum padanya, tapi jujur dia tidak semenarik itu untukku.

"ya.. gapapa sih. Gua nyaman aja gini. Enggak salah kan memilah teman agar tidak banyak parasit yang menempel? Bener kan Strid?"

"iya sih, Kamu ada benernya. Ga semua orang bisa Kita percaya untuk menjadi teman yang baik. Bahkan untuk berkenalan dan bertegur sapa pun rasanya untuk apa jika tidak ada manfaatnya."

"that's I mean. Lu kenapa mau temenan ama Gua? Ga rugi kah berteman sama orang yang bisanya hanya baca buku, dan tidak banyak wawasan? Secara.. Lu kan idola bagi banyak orang di kampus." Tanyaku.

"bagiku, Aku bukan orang yang pantas untuk dijadiin idola sih. Aku juga kadang bingung kenapa orang-orang pada jadiin Aku idola. Karena menurutku wajar gasih seseorang di kampus harus berani dan percaya diri? Merasa insecure itu bukan sesuatu yang boleh untuk dipertahankan. Bener ga?" ucapnya lagi "kalo menurut Kamu, kenapa pertemanan luas itu tidak terlalu penting? Dan kenapa sih Kita harus bisa untuk menempatkan diri dimana Kita berada?"

"Lu pernah ke sirkus?"

"pernah. Emang kenapa?"

"kenapa ga ada serigala di sirkus? Dan kenapa kebanyakan pawang di sirkus memelihara singa? Apakah karena singa itu raja hutan? Atau karena serigala itu tidak suka kerumunan? Enggak juga. Daya tarik lah yang membuat seseorang itu lemah. Singa harusnya ga ada di sirkus. Ngapain coba seekor raja harus menjadi badut untuk uang yang ia tidak bisa nikmati? Tapi faktanya, Mereka menjadi primadona di dalam paduan sirkus tersebut. Sedangkan serigala? Mereka tidak pernah sedikitpun menjadi bahan tontonan banyak orang dengan bertingkah konyol di atas tali atau melompati lingkaran api. Karena Mereka tau kalau Mereka licik, semua akan berjalan sesuai dengan apa yang Mereka inginkan. Raja tidak memikirkan itu. pemikiran itu timbul dari orang-orang yang tertindas, terpencil, tidak mendapat panggung, dan memiliki masa lalu kelam. Sirkus dan hutan adalah kampus. Sekarang tinggal apakah Kita ingin menjadi singa atau menjadi serigala yang menjadikan singa sebagai badut Mereka?"

(Astrid tersenyum dan matanya berkaca).

"ajarkanku cara menjadi serigala." Ucap Astrid.

"jangan ke Gua. Gua cuman pemandu sirkus. Belajarlah pada pemburu. Mereka lebih tau caranya untuk menjinakkan serigala dan menjadikan singa umpan untuk membunuh." Jawabku.

Jujur saja, Aku sangat mengagumi Astrid. Bagiku untuk menjadi sepertinya, butuh waktu lama agar Aku bisa. Tapi, fakta nya Aku tak akan bisa. Masalahnya, Aku hanyalah orang biasa yang ingin membangun diri tanpa bantuan. Dan solusinya, Aku harus jadi Semesta yang pertama, bukan Astrid yang kedua. Karena sejatinya, popularitas tidak terlalu penting jika pengetahuan tidak menyertainya.

"Kamu mau minum? Kali ini Aku traktir. Mau minum apa? Aku ke kantin sekarang." Ucapnya.

"gausah repot repot. Starbucks aja deh." Ucapku sambil bergurau.

"eh setan. Ada-ada aja mintanya. Mana ada di kantin starbucks."

"yaudah kalo gitu apa aja yang enak. Di tunggu ya mbak. Jangan pake lama. nanti Gua kasih bintang satu kalo lama."

"dikiranya Aku Go-jek apa yaa. Tunggu disini jangan kemana-mana. Aku ke kantin dulu." Ucap Astrid sambil berlari keluar perpustakaan.

"kalo Gua ga ada di perpus berarti Gua di lab ya." Teriakku.

Himpunan Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang