"Kamu capek ga? Maksudku Kamu bossnya di sini tapi Kamu yang paling banyak bekerja. Aku sama sekali tidak melihatmu berhenti bergerak bahkan sekadar untuk minum. Kamu ga capek? Pekerja Kamu banyak loh. Kamu tinggal perintah Mereka untuk kerja dan Kamu tinggal duduk diam aja bisa kan? Kenapa harus ikut bekerja juga?" khawatir Astrid.
"Lu pernah ga melihat Singa duduk diam terus dapat makanan nya sendiri?"
"enggak."
"ya udah. Kalau seorang raja saja harus bergerak untuk mendapatkan makanan, terus kenapa Gua ga boleh lakuin hal yang sama." "udah tenang aja Gua ga bakal kenapa-napa."
(Astrid memelukku erat)
"Strid,.. ini di kafe hei jangan peluk peluk." "Lu kenapa?" ucapku melepas peluk.
"gapapa. Aku cuman kagum aja sama Kamu."
"yaudah sekarang Lu duduk disana biar Gua bawain wafel sama coklat panas."
Malam itu adalah malam panjang yang sangat Aku syukuri. Jujur saja pada malam ini banyak sekali hal indah yang tidak bisa Aku lupakan. Hampir semuanya Aku ingat di dalam benak ku dan tak sedikitpun Aku ingin melupakannya. Aku tak tau kenapa semuanya bisa seindah itu, padahal hampir semunya hanya sebuah hal yang sangat sederhana. Maksudku 'Hei Aku senang malam ini dan sangat bahagia, tolonglah berikan Aku waktu beku agar semuanya tetap sama tanpa ada kata berakhir'.
Mungkin ini ya maksud Tuhan bahwa kesabaran adalah jalan terbaik untuk melihat pelangi. Dan sekarang adalah saat dimana Aku melihat pelangi itu berdiri dan memelukku. Menjadi hangat yang sangat sulit untuk Aku lepaskan. Walaupun Aku tau, tak seharusnya Aku bahagia karena hal yang sementara dan Aku tidak tau lanjutannya. Tapi Tuhan, Aku senyum karenanya.
Pukul 11.20 pm Aku dan Astrid pulang kembali kerumah karena sudah hampir selesai semuanya dan Astrid juga sudah sangat mengantuk nampak dari wajahnya yang sudah mulai lelah. Matanya juga tampak tak ada tenaga lagi untuk membuka bahkan untuk sedikit melihat bahwa ada banyak hal indah di depannya. Hingga akhirnya Aku putuskan untuk mengajaknya pulang saja dan kembali kerumah.
Tau apa? Itu hanya tipu daya nya saja karena ia ingin berkeliling kota dan bercerita denganku di motor tanpa henti hingga tiba dirumah. Ku kira ia benar-benar lelah, ternyata buatannya sangat bisa menipu mataku yang tak begitu peka.
"tau ga?" ucap Astrid belum selesai.
"gatau."
"ihhhh kan belum dikasih tau." "Aku seneng deh ngeliat Kamu bisa senyum tadi. kayak waw aja gitu. Soalnya Aku tau Kamu sangat sering memanipulasi senyummu, tapi kali ini Aku benar-benar yakin bahwa senyum yang Kamu pancarkan tadi bukan manipulasi lagi. Tapi nyata dari hati kecilmu yang sangat dingin ini." ucap Astrid lagi memegang dada ku.
"enggak. Itu tipuan doang. Mana bisa Gua senyum dengan sengaja."
"udah hangat ya sekarang? Udah ga dingin lagi?"
"hahaha bisa ae Lu." "btw, enak ga wafel buatan Gua tadi?"
"gaenak. Iew aneh rasanya." Candanya.
"okelah."
"hahaha becanda kali. Jangan serius banget. Enak banget kok. Manis nya dapet dan empuknya juga dapet." "boleh kali besok bawain Aku itu buat ngampus."
"entar Gua suruh Yudha buat."
"ga.. Aku maunya Kamu yang buat. Biar Kamu bangun pagi. Dan nanti Aku bakal bilang ke Mama kalo besok Aku bakal bareng Kamu ke kampus. Wlekkk."
"iyaiya besok Gua buatin."
"lanjut cerita dong. Aku penasaran."
"bayar dulu. Kalo ga bayar ga boleh denger cerita."
"iss kamu ihh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan Semesta [END]
Não FicçãoKisah ini adalah pusat pembelajaran untuk Kita mengerti kenapa hidup begitu rumit, Untuk tau kenapa Kita harus bangkit, Dan untuk paham kenapa Kita harus dewasa. Diambil dari kisah nyata dengan banyak problematika dunia yang tidak kunjung usai. Seme...