Malam yang sangat sunyi. Tak ada satupun suara manusia yang terdengar sepanjang telingaku berfungsi. Entah memang dunia sedang redup, atau telingaku yang tertutup, Aku tak tau mana pastinya. Berpikiran tentang alam membuatku jadi tidak karuan. Aku tidak begitu mengerti mengapa dunia begitu ingin menjadi tempat terbaik untuk semua orang nikmati. Padahal, pada kenyataannya tak ada yang istimewa di dunia selain bahagia dan tertawa.
Berfungsi atau tidaknya mata, itu tergantung pada penggunanya. Banyak orang tidak bisa melihat semunya karena mata nya buta. Bukan secara fisik, tapi karena hatinya sudah menjadi batu yang amat keras untuk di cairkan. Namun, bukan berarti tidak bisa di rapuhkan. Air dapat merapuhkan nya, dan angin bisa membantunya. Tinggal siapa air itu dan bagaimana angin itu bisa masuk kedalamnya. Tapi ini bukan soal Batu.
Aku tak pernah merasakan begitu sakit ketika semuanya menjadi hal yang tak pernah Aku bayangkan sebelumnya. Aku suka sunyi memang, tapi Aku juga bingung kenapa Aku sering kali merasa kesepian ketika Aku sedang menikmati kesunyian itu. beberapa kali Aku mendengar orang berkata "hiduplah dalam dirimu, walaupun Kamu tau Kamu tak seberuntung orang lain di sekitarmu. Jangan menyerah, duniamu masih panjang. Kejar mimpimu sampai Kamu sudah ada lebih jauh di atas mimpi itu." dan menurut ku kalimat itu begitu indah. Bukan motivasi nampaknya, tapi kiasan yang ingin di sampaikan dengan bahasa rumit yang lebih sederhana. Memahaminya mungkin tak butuh waktu lama, tapi susunan katanya membuat kepala harus bekerja sedikit kerasnya.
Ini malam terakhirku di rumah Astrid. Aku tak menyangka sudah hampir satu bulan Aku bertahan dirumah sebesar ini dengan suasana yang begitu hangat. Bukan Aku yang menginginkannya, tapi Ibunya yang tidak menyuruhku pulang kerumah. Mungkin jika Aku tidak meminta pulang besok untuk merapikan rumah, Aku tidak akan disuruh pulang olehnya. Begitu indahnya keluarga ini sampai Aku berkhayal bagaimana rasanya jika Semesta kecil merasakan ini semua. sayangnya, Semesta kecil sudah lama mati. Tak ada sedikitpun tawa yang nyata dari Semesta dewasa. Tidak untuk satu bulan yang indah ini.
Hampir pukul setengah dua belas malam, Aku masih saja seperti satpam komplek yang tidak tunggul tidur. hanya duduk santai di pinggir kolam sambil menikmati kopi buatanku sendiri. Sepertinya sebulan ini, spot kolam renang adalah tempat favoritku. Aku suka duduk di sini, karena sejuk dan sangat tenang. Pemandangan belakang balkon kolam renang ini pun sangat bagus, langsung berhadapan dengan kota yang begitu megah. Oh iya, Aku lupa memberi tahu kalau rumah Astrid ini sedikit lebih jauh dari kota, sama seperti rumahku. Namun bedanya, rumah Astrid lebih megah dan lebih elegant dari gubuk kecil yang menjadi istana ku.
Aku tau dan sangat yakin kalau diantara Mama dan Astrid, Astrid lah yang sangat ingin selalu ada di sampingku. Aku tidak tau kenapa, tapi Aku sangat menyayanginya. Tak pernah sekalipun Aku merasa begitu bahagia ketika memiliki seorang adik yang tidak sedarah namun bisa satu alur dengan caraku bercengkrama. Dan yaa... Astrid juaranya. Dia mengerti kenapa Aku begitu tidak suka ditanya, tapi setan itu tetap berusaha untuk banyak bertanya padaku. katanya agar Aku tidak selalu mengingat sifat buruk itu di dalam diriku. Dan umumnya agar Aku menjadi orang yang lebih baik dalam berkarakter. Dan fakta yang sebenarnya adalah, serigala sudah menemukan pawangnya.
"Kamu belum tidur juga? Kenapa? Besok kan Kita kuliah pagi." Ucap Astrid yang entah kenapa bisa terbangun.
"kenapa bangun pinter? Udah tau besok ada kuliah pagi, tapi Lu malah bangun tengah malem gini." Jawabku.
"ya Aku rencananya mau minum, tapi ngeliat Kamu masih duduk samping kolam, yaa Aku samperin lah." "kenapa sih suka banget tidur larut malam? Emangnya, Kamu ga cape gitu begadang terus?" ucap Astrid menatapku.
"gatau ya. Gua udah kebiasa begini. Kayaknya mau diubah juga susah Strid." "Lu tidur lagi gih. Udah tengah malem ini, entar Lu kesiangan. Gua mah aman, besok Gua ga kuliah, mau beresin rumah soalnya. Udah izin juga sama Mama buat pulang besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan Semesta [END]
Non-FictionKisah ini adalah pusat pembelajaran untuk Kita mengerti kenapa hidup begitu rumit, Untuk tau kenapa Kita harus bangkit, Dan untuk paham kenapa Kita harus dewasa. Diambil dari kisah nyata dengan banyak problematika dunia yang tidak kunjung usai. Seme...