6. tidak baik-baik saja

13 5 0
                                    

Pagi itu Aku sempat khawatir. Pasalnya, Aku lupa bahwa Aku punya janji untuk jemput Astrid dan pergi bareng ke kampus. Dan yahh.. seperti lelaki tak produktif pada umumnya, Aku bangun kesiangan dan hanya ada waktu 60 menit untuk Aku sampai ke kampus. Mungkin memang salahku yang tidak memperhatikan waktu ketika Aku ingin tidur. bahkan lupa untuk menyalakan alarm agar waktu berjalan mulus. Kali ini Aku akui Aku mungkin teledor dalam banyak hal, dan karena hal ini juga Aku tak bisa menyiapkan semuanya dengan sempurna.

Aku yang sudah tidak tau harus apa, segera mandi bergegas agar semua masih dapat berjalan mulus tanpa hambatan sedikitpun. Dan pastinya tak lupa untuk Aku menelepon Astrid memastikan bahwa ia belum berangkat ke kampus dan masih menungguku. Aku yakin hari itu ia begitu kesal dan badmood padaku. yang walaupun Aku tau dia pandai untuk tidak menampakkan itu di depanku agar Aku tidak merasa bersalah. Tapi Aku yakin apa yang Aku pikirkan itu benar adanya.

"halo, Strid? Lu udah berangkat?" ucapku tergesah-gesah.

"belum dong. Kan Aku nungguin Kamu. Katanya mau bareng. Ini Aku udah nungguin 15 menit di depan rumah bareng Mama."

"buset dahh.. sabar sabar Gua kesiangan soalnya. Bentar lagi Gua otw ke sana. Lu sama Mama tunggu di dalam aja, takutnya kelamaan nunggu di luar." Ucapku langsung mematikan telepon.

Ya Tuhan, bisa bisanya Aku lupa pada janji ku sendiri sampai akhirnya orang lain harus menunggu begitu lama hanya untuk di jemput olehku. Tapi ya mau gimana lagi, Aku juga manusia biasa yang sangat sering lupa dan ceroboh dalam banyak hal.

Pernah ga sih Kalian kepikiran kayak "sebenarnya Aku harus apa ya untuk membuat semua berjalan sesuai dengan apa yang Aku harapkan. Sebenarnya Aku ini harus melakukan ini atau enggak ya? Sebenarnya semuanya bisa berjalan sesuai rencana tidak ya? Apakah Aku terlalu excited sampai semuanya berantakan?" jujur Aku sangat sering memikirkan hal ini dan terkadang hal inilah yang merusak pikiranku sampai Aku tidak bisa melakukan semuanya sesuai dengan apa yang Aku inginkan. Kadang kala manusia lupa kalau Mereka juga bisa membantah semua presepsi dalam otaknya dan menjadikan itu motivasi untuk ia melangkah maju ke depan dengan santai dan tak banyak ketakutan. Walaupun pada faktanya, manusia sering tidak percaya pada dirinya sendiri akan hal itu.

"Assalamualaikum. Maaf terlambat Ma. Tadi Semesta kesiangan makanya buru-buru kesini. Biar Astrid ga telat ke kampus." Ucapku yang baru saja tiba disana.

"hem.. nak. Kamu yakin ga ada yang salah sama Kamu? Kamu terlalu terburu-buru ya?"

"emang ada apa Ma?" tanyaku.

(Astrid tertawa kencang sambil menutup mulutnya).

"Kamu lupa pakek celana. Itu cuman pakek boxer doang. Astaga nak. Segitu takutnya kah sampai lupa pakek celana?" "sini sini masuk dulu pakek celana Papa Astrid aja masih ada di lemari. Semoga aja pas sama Kamu. Lain kali jangan gitu lagi ya." Ucap Mama tertawa.

Jujur itu hal yang sangat memalukan untukku kala itu. Kalian bayangkan saja, Aku yang sudah sangat bersemangat agar tidak telat sedikitpun malah membuat masalah baru dan komedi yang tidak jelas bisa terjadi. Pantas saja selama Aku di perjalanan banyak orang yang tertawa. Ternyata sumber masalahnya adalah celana.

"makanya jangan buru-buru. Dasar Kamu." Ucap Astrid tertawa.

"yaelah. Kalo ga mikir bakal telat ke kampus, ga bakal Gua gini. Lu si kaga ada bangunin Gua."

"ya mana Aku tau Kamu bakal kesiangan." Ucap Astrid.

"nak..... nak. Lain kali diliat dulu yang bener semuanya biar ga ada yang salah. Itu juga rambutnya berantakan banget. Bajunya juga kusut ga di rapihin. Haduh Kamu ini."

"gatau nih Ma, Semesta emang gitu orangnya, ga jelas."

"matamu itu ga jelas. Tunggu Lu ye di kampus Gua gigit Lu."

Himpunan Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang