Fri-end?

161 24 2
                                    

Hari ini cuaca sangat cerah.

Natasha mengambil kesimpulan seperti itu karena dari luar jendela kelas ia bisa melihat langit biru tanpa awan. Matahari yang sudah condong ke arah barat bersinar dengan terik, membuatnya harus menyipitkan mata ketika mengalihkan pandangannya kepada tim futsal sekolah yang sedang berlatih di lapangan olahraga.

"Ayo, Nat!"

Seruan kecil dari seorang gadis yang tiba-tiba muncul di sebelahnya membuat Natasha terlonjak kaget.

Raina - gadis yang seharusnya bertanggung jawab atas keterkejutannya itu malah tersenyum geli, menarik lembut lengan Natasha lalu mengajaknya keluar kelas.

Keduanya berjalan beriringan menuruni tangga, bergegas agar bisa segera sampai di tempat parkir sekolah.

"Tunggu sebentar,"

Raina langsung merentangkan sebelah tangannya ke hadapan Natasha, membuat Natasha mendadak berhenti, menoleh ke arah sahabatnya dengan pandangan bertanya.

Gadis berambut sebahu itu sudah menoleh ke arah lain sambil mengulum senyum, dagunya terangkat sedikit, sedang menunjukkan sesuatu.

Natasha mengikuti arah pandang Raina dan menemukan sosok Jason sedang mengambil aba-aba untuk menendang bola ke depan gawang.

"Aku menyukainya," gumam Raina pelan. Ia masih belum mengalihkan pandangannya dari cowok yang sudah menjadi teman sekelas mereka sejak dua minggu lalu.

Natasha mengucek kedua matanya, berharap ia salah lihat. Namun semuanya masih sama. Jason-lah yang sedang berada di sana.

"Maksudmu... Jason?" tanyanya tak yakin.

"Benar. Bagaimana menurutmu?" tanya Raina kembali, kini dengan senyum cerah yang sudah tersungging di bibir.

Raut wajah Natasha yang tadinya mengernyitkan dahi karena berpikir, kini berganti menjadi datar.

Dari banyaknya cowok yang ada di sekolah ini, mengapa harus Jason?

"Oh, itu..." jawab Natasha agak terbata, "Dia cowok yang baik, kalian pasti cocok." Tambahnya kemudian.

Dalam hati ia mengejek dirinya sendiri tentang apa yang baru saja ia ucapkan kepada Raina. Dilihatnya wajah Raina yang bersemu merah, masih tersenyum cerah sehingga mempertegas wajah cantiknya.

Tak ada yang tahu, bahwa sosok mereka bicarakan, sosok yang sangat Raina bangga-banggakan, adalah yang telah lama Natasha kagumi hanya dalam diam.

Natasha merasa tidak sedang baik-baik saja saat ini. Jadi ia memutuskan untuk melakukan suatu hal.

"Kurasa aku harus pergi sekarang." Ucapnya tiba-tiba.

Raina yang lagi-lagi sedang mengamati Jason dari kejauhan itu kembali menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Bukannya kau tidak ada acara hari ini?" tanya Raina tampak tidak terima, diikuti oleh raut wajahnya yang cemberut.

Natasha menggeleng.

"Entahlah, kepalaku tiba-tiba pusing. Mungkin karena sejak pagi tadi aku belum makan." Ucapnya dengan lesu.

"Astaga, kau ini ya!"

Raina mulai mengomel begitu Natasha selesai berbicara. Dengan iringan suara Raina yang terus menerus menasihatinya tentang betapa pentingnya makan teratur secara rinci, Natasha hanya mengendikkan bahu lalu kembali meneruskan langkahnya.

"Hey, sahabatmu ini sedang sakit. Simpan nasehatmu itu dan ayo pulang!" ucap Natasha diikuti oleh kedua tangannya yang menarik lengan Raina agar menjajari langkah kakinya.

Gadis dengan ransel hitam itu hanya menurut meskipun tampaknya sedikit heran dengan sikap Natasha yang berbeda dari biasanya.

***

Raina melihatnya.

Ia melihat raut muka Natasha yang terkejut ketika ia mengatakan bahwa dirinya menyukai Jason.

Awalnya ia sendiri ragu dengan rencananya mengingat Natasha sangat pandai menutupi perasaannya. Namun ketika melihat kerutan tidak suka muncul sedetik di wajah Natasha sebelum akhirnya diubah menjadi tatapan datar, kini Raina mulai optimis dengan rencananya.

Setiap perasaan memang harus diperjuangkan, bukan?

"Bersiap-siaplah Nat." Batinnya penuh dengan kemenangan.

Gadis itu tersenyum licik, hanya sesaat karena berikutnya ia berjalan menjajari langkah Natasha. Pikirannya sudah dipenuhi dengan susunan rencana-rencana hebat yang akan ia lakukan esok hari.

***

"Kau menyukai salah satu dari mereka, kan?"

Pertanyaan dari Ivon berhasil mengalihkan tatapan Jason dari layar ponsel. Cowok itu sedikit tergagap karena ketahuan sedang mengamati foto dua sahabat yang didapat dari grup kelas.

Saat ini mereka berdua sedang berada tepat di depan pintu gerbang yang akan mengarahkan mereka pada tempat latihan futsal.

Sembari melihat gerbang itu terbuka secara otomatis, Jason hanya menatap datar wajah sahabatnya sejak awal masuk kelas sepuluh itu sebelum akhirnya melemparkan pandangan ke arah lain.

"Kurasa kau sudah tahu jawabannya." Jawab Jason dengan nada dingin.

Ingatan tentang Ivon yang semakin dekat dengan orang yang ia sukai akhir-akhir ini membuatnya khawatir.

Dan menyadari bahwa Ivon adalah rivalnya untuk mendapatkan gadis itu, pikirannya semakin kacau. Bagaimana tidak, Ivon adalah sahabatnya sejak satu tahun lalu.

Menyebalkan sekali bukan, jika harus bersaing dengan sahabat sendiri karena perempuan?

Jason mendengus kesal. Ia bergegas membuka pintu mobil begitu Ivon selesai mematikan mesin.
Terdengar ponsel Ivon bordering, membuatnya menoleh sesaat lalu menghembuskan napas kasar.

Tanpa memperdulikan Ivon yang mulai berbicara dengan lawan bicaranya di seberang sana, cowok itu berjalan lebih dulu menuju gedung futsal. Baru dua langkah, samar-samar didengarnya Ivon berkata, "Apa dia baik-baik saja?"

Jason mengerutkan keningnya, merasa penasaran.

Siapakah orang yang disebut-sebut Ivon dengan lawan bicaranya?

Tetapi otaknya saat ini sangat lambat untuk diajak berpikir kritis. Ia pun mengabaikan hal itu dan segera menaiki tangga yang membawanya ke pintu utama.

***

Begitu selesai berbicara dengan seseorang di ponselnya, Ivon melanjutkan langkahnya untuk menyusul Jason.

Cowok itu tersenyum tipis mengingat jawaban dari sahabatnya tadi. Ia tahu bahwa Jason sangat menyukai gadis itu, tentu saja. Cara pandang Jason saat melihat layar ponsel tadi telah menjelaskan semuanya.

Mendadak raut wajah Ivon berubah menjadi dingin. Ia memang belum bisa memastikan siapa sebenarnya gadis yang disukai Jason di antara dua orang tadi. Tetapi jika pilihan Jason jatuh pada gadis yang selama ini menjadi incarannya, Ivon tidak akan tinggal diam.

Karena bagi cowok itu,

Semua hal sah-sah saja dilakukan jika itu berurusan dengan perang dan cinta.

○○○○ {bersambung} ○○○○

.

.

.

.

*
Sampai jumpa besok~

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang