Sedekat itukah hubungan antara Raina dan Ivon hingga sahabatnya memutuskan untuk bermain ke rumah cowok itu malam ini?
Lalu bagaimana dengan Jason?
Kedua pertanyaan itu terus menerus berputar di kepala Natasha saat ini. Beruntungnya hal itu dapat teralihkan ketika ia mendengar suara ketukan kaca jendela mobil.
Natasha memalingkan wajahnya ke arah kaca jendela yang ada di sampingnya. Dilihatnya Ivon memberi isyarat agar dirinya keluar dari mobil. Kedua matanya membulat, tertarik dengan dua cone es krim cokelat yang ada di tangan Ivon.
Dengan semangat, ia segera membuka pintu mobil dan berjalan menghampiri cowok itu. Begitu selesai menerima satu cone es krim dari Ivon, Keduanya berjalan menyusuri jalan setapak yang membawa mereka menuju taman yang letaknya tak jauh dari sana.
Setelah menemukan kursi kosong, dua remaja itu kompak mempercepat langkahnya menuju bangku taman yang belum ditempati oleh orang lain. Dengan terburu-buru, Natasha langsung menyantap es krim cokelatnya yang mulai meleleh.
Dilihatnya Ivon yang saat ini tengah melakukan hal yang sama, sibuk dengan es krimnya.
"Sudah lama kita tidak melakukan ini." Ujar Ivon tiba-tiba.
Gadis itu memutar tubuhnya agar menghadap penuh ke arah Ivon.
"Apa sebelumnya kita pernah ke sini?" tanya Natasha dengan ekspresi yang jelas-jelas sedang mengingat sesuatu.
Ivon malah tersenyum miring, sedikit memajukan kepalanya dan menatap Natasha lekat.
"Kita memang tidak pernah ke sini. Tapi dulu kita sering ke kedai es krim depan sekolah hanya untuk menikmati es krim bersama-sama."
Natasha tertegun. Bukan karena telah diingatkan dengan hal yang sudah dilupakan, tapi karena Ivon menatapnya seperti itu. Tentu saja membuatnya tersipu malu.
"Kau ini bicara apa, hah?" protes Natasha tampak salah tingkah.
Ivon sendiri malah tertawa, lalu menggeleng.
Tapi berikutnya cowok itu mengulurkan tangan kanannya ke wajah Natasha, merapikan poni Natasha yang sedikit berantakan karena tertiup angin.
Natasha merasakan desiran aneh di tubuhnya ketika Ivon melakukan hal sederhana itu, namun ia memilih diam dan tersenyum kaku.
"Kau... ada hubungan apa dengan Raina?" tanya Natasha penuh selidik. Ia teringat dengan pesan yang diterima oleh Ivon - sekaligus mencoba mengalihkan perasaan anehnya tadi.
Yang ditanya tampak tidak terlihat kaget sama sekali, kini malah menggigit salah satu sudut cone es krim.
"Dia sahabatku sejak kecil. Ada rencana bahwa kami akan dijodohkan," jawab Ivon tanpa beban.
"Kau menerima rencana itu?" tanya Natasha kaget.
Bukan apa-apa. Hanya saja... ini seperti cerita di dalam novel.
"Entahlah. Masih terlalu muda untuk memikirkannya."
Cowok itu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, dengan kedua tangan bersendekap karena es krimnya sudah habis. Ia kembali memandang Natasha, kali ini dengan tatapan lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
Fanfiction"Bahkan dalam kegelapan pun, kami akan tetap berusaha mendapatkan hati orang yang kami cintai." "Menyedihkan sekali, bukan? Tapi tidak apa-apa. Aku berharap cerita ini akan berakhir bahagia." Yang lainnya ikut menyahut dengan nada penuh keyakinan.