"Kau tampak seperti Rapunzel."
Ivon langsung memberikan penilaian ketika Natasha selesai menutup pintu mobil.
Refleks Natasha memelototkan matanya ketika mendengar ucapan cowok itu. Hari ini ia memang mengenakan gaun berwarna soft pink agar terlihat seperti Princess Aurora, salah satu karakter putri cantik dari Disney. Namun siapa sangka respon dari Ivon malah demikian.
"Iya, dan kau ibu tiriku!" balas Natasha sedikit kesal.
"Seperti ini katanya mirip Rapunzel? Aku ini Aurora!" Batinnya berseru dari dalam hati.
Di luar dugaan, cowok itu malah tertawa begitu mendapat pelototan dari Natasha.
"Apa karena rambutku yang sedikit panjang ini, akhirnya membuatmu berpikir bahwa aku juga perempuan?" tanyanya balik.
Natasha melirik cowok itu sekilas, lalu menggeleng dan menjawab dengan enggan, "Tidak juga."
"Aku Pangeran Ivon." Ucap Ivon penuh percaya diri, bahkan sebelah tangan cowok itu membenarkan letak dasinya.
"Ha ha, lalu siapa putrinya? Putri Raina?" tebak Natasha langsung.
Dilihatnya Ivon yang menggeleng, masih fokus pada pandangan di depannya.
"Dia juga putri, tapi itu beda cerita karena Raina adalah sahabatku sejak kecil. Tunggu... bukankah kau yang akan menjadi pasanganku malam ini?" Sanggah Ivon sembari menoleh sebentar.
"Itu benar... astaga, aku hanya menduga-duga saja," Bantah Natasha tak mau kalah. Namun berikutnya ia menoleh ke luar jendela, mengamati pemandangan kota.
"Lagipula, malam ini Jason-lah akan menjadi pasangan Raina."
Natasha hanya mengangguk samar, fakta itu membuat suasana hatinya menjadi lebih buruk.
"Wah, sepertinya Jason akan ikut menjadi pusat perhatian." Gumam Natasha pelan.
Ivon memalingkan muka ke arahnya, memberi tatapan tak mengerti lalu kembali melihat jalan yang ada di depannya.
Tanpa Ivon ketahui, Natasha merasa semangatnya untuk datang ke pesta Raina malam ini seakan menguap begitu saja.
***
Jason sangat tidak sabar untuk melakukan rencananya malam ini. Cowok itu sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, tinggal eksekusinya saja.
Setelah memarkirkan mobilnya, ia menghampiri Raina yang telah menunggunya di pintu utama. Sesuai dengan kesepakatan mereka, ia harus datang sedikit terlambat dari jam yang ada di undangan agar menjadi pusat perhatian.
Berkali-kali ia kagum dengan penampilan Raina malam ini. Gaun merah yang mengembang di bagian pinggang hingga mata kaki seperti gaun perempuan eropa pada abad pertengahan. Mahkota kecil di kepalanya seolah memberi penegasan kepada siapa pun bahwa ia adalah putri yang ada di pesta ini.
Raina tersenyum menyambut kedatangannya, dan senyum itu kian mengembang ketika ia mengulurkan sebuket bunga mawar merah ke hadapan gadis itu.
"Cantiknya..." puji Raina seraya memeluk buket bunga itu.
"Ayo, pasti sudah banyak yang menunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
Fanfiction"Bahkan dalam kegelapan pun, kami akan tetap berusaha mendapatkan hati orang yang kami cintai." "Menyedihkan sekali, bukan? Tapi tidak apa-apa. Aku berharap cerita ini akan berakhir bahagia." Yang lainnya ikut menyahut dengan nada penuh keyakinan.