Tak ada yang lebih buruk dari sebuah kesedihan, tak adapula yang lebih baik dari sebuah kebahagian. Bulan menampakkan dirinya dengan kebahagian walau mentari perlahan menaruh kesedihan.
Seperti seorang gadis bersurai merah bata yang tengah terduduk ditengah hiruk-pikuk sebuah pesta. Tidak ada yang dapat menghapus setiap butiran kristal yang perlahan meloloskan diri dari singgasananya.
Gadis bergaun putih itu tak bergeming sedikit pun, tak menghiraukan setiap orang yang melintas disampingnya. Dunianya serasa hancur, tak ada yang tau mengapa. Bahkan dirinya sendiri.
"Kau sudah selesai?" tanya seorang lelaki bersurai hitam legam. Gadis itu mendongakkan kepalanya, lalu mendapati seseorang menggunakan jas hitam dengan dasi yang tidak tersimpul mengulurkan tangannya.
Atensi gadis itu menerawang wajah lelaki itu dengan ragu.
"Tinggalin gue sendiri Fel," ucap gadis sembari membuang muka. Lelaki yang disapa Fel itu hanya tertunduk dan tersenyum.
Ia lalu meraih saku kanan seperti sedang mencari sesuatu sembari menyelaraskan posisinya dengan gadis itu. "Kamu tau nggak tidak ada yang lebih indah dari sebuah kristal, dan tidak ada pula yang lebih berharga dari seorang Velyana Aksara Bintang ." Lelaki bernama lengkap Felix dirgantara Juna itu hanya bisa tersenyum seraya memakaikan sebuah kalung liontin pada gadis yang kerap disapa Vely itu.
Seketika itu derai air matanya terhenti, entah apa yang ia rasakan namun kata-kata itu cukup membuat seekor kupu-kupu perlahan keluar dari kepompongnya dan bersiap untuk menari tanpa henti.
Felix perlahan menarik Vely ke dalam dekapannya. "Aku tau hal ini menyakitkan tetapi kamu nggak sendiri, walau dia udah nyakitin kamu. Sebagai sahabat aku akan selalu ada disisi kamu, no matter what." Felix mendekap Vely dengan begitu erat hingga wajah Vely tenggelam di dada bidang lelaki berumur 26 tahun itu.
Felix melonggarkan dekapannya lalu mengenggam tangan Vely, "let's get out of here." Tanpa ragu Vely mengangguk lalu berangkul lengan kokoh Felix.
Mereka berdua berjalan menyusuri malam yang hanya disinari oleh rembulan, walau kesedihan masih membuat dada Vely sedikit sesak, tetapi seolah ada sesuatu yang membuat ruang pada dada Vely terasa lapang.
Mereka berdua tiba disebuah minimarket tak jauh dari tempat pesta itu diadakan.
"Kamu lapar?" tanya lelaki berjas itu yang kini jasnya berada dipundak Vely. Pertanyaan itu dibalas anggukan samar oleh Vely. Felix lalu masuk dan meninggalkan Vely di luar minimarket sembari duduk menatap terangnya rembulan.
Entah apa yang dipikirkan Vely saat ini, ia hanya bisa terdiam termenung. Kata yang terlontar dari mulut lelaki blasteran itu membuat jantung Vely berdetak tak beraturan.
"Ini, aku hanya dapat menemukan ini." Felix menyodorkan sebuah susu strawberry kesukaan Vely.
Mereka berdua duduk sembari terdiam satu sama lain. Felix hanya dapat tertunduk melihat kondisi sang sahabat.
Kehadiran Felix membuat kesedihan Vely perlahan sirna seperti rembulan yang sinarnya selalu siap menerangi setiap bilik-bilik kegelapan.
"Maafkan aku," batin Felix seraya tertunduk.
****
Hello semua I'm back dengan cerita baru. Ciahhhh, semoga kali ini ceritanya cukup menarik ya dan gua bisa konsisten bikin cerita amin.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska Dream
RomanceBIASAKAN FOLLOW DULU YA.... Habis itu jangan lupa untuk tinggalkan jejak berupa vote dan komen ya.... Kalau kalian follow nanti author pasti akan follow balik okey..... ENJOY THE STORY GUYS...... Vely seorang gadis pengagum mentari tak pernah menya...