Chapter 8

4 1 0
                                    

Mentari memang menoreh cukup banyak luka dibalik sinarnya yang begitu terang seolah memberi sebuah harapan pada insan dimuka bumi ini, tak terkecuali pagi ini. Jam menunjukkan pukul 6.00 WIB, waktu dimana sang surya seharusnya menampakkan sinarnya yang begitu menghangatkan. Pagi hari ini mentari enggan menampakkan kehangatannya.

"Vel, ayo mau hujan nih!!" Suara bariton itu sudah memenuhi setiap sudut rumah Vely.

"Kak berisik ih, aku masih ngantuk tau." Suara parau itu hadir, walau bukan yang diharapkan seorang Lukas Aksara Bulan.

Mata Lukas memicing kearah suara parau itu, "ini juga satu mentang-mentang baru dateng juga banyak omong.  Eh kamu lupa sama kesalahan kamu, kamu itu main pergi dari rumah bikin orang khawatir, nggak kakak, nggak orang tua semua khawatir sama kamu. Mending sekarang kamu pergi beres-beres kamar kamu habis itu kamu beresin rumah!" Lukas mengoceh tanpa jeda.

"Iya... iya gitu aja ngomel." Sang adik lalu pergi meninggalkan sang kakak yang tengah menggedor-gedor pintu Vely.

Yang dipanggil masih terlelap dan tenggelam dalam mimpi.

"Gua tinggal nih." Lelaki berusia 26 tahun itu akhirnya menyerah dan memilih untuk pergi duluan.

****

"Waktu memang misterius, kehadirannya membuat setiap orang bertanya-tanya." Seorang lelaki mengelus pipi lembut Vely seraya tersenyum. Dengan posisi berdiri lelaki itu tiba-tiba menghilang menjadi sebuah serbuk berkilau.

"Lho hei kamu kemana, Felix?" Vely lalu berjalan mengikuti kemana serbuk berkilau itu pergi. Perlahan serbuk itu menghilang menyatu dengan udara.

Angin menderu cukup kencang hingga membuat rambut lebat gadis itu menari-nari.

"Ada apa ini, Felix menghilang dan gue nggak tau ini dimana, hisk." Gadis itu hanya melihat hamparan gurun pasir yang tandus dan tidak berujung.

Gadis berpakaian serba putih itu hanya bisa terduduk pasrah dan memejamkan matanya, sembari terus membiarkan angin mengacak-acak rambutnya.

"Kak...kak...." Suara itu seolah tak asing ditelinga Vely.

Gadis itu lalu membuka matanya dan mendapati seorang lelaki dengan rambut setengah dikucir dengan manik coklat yang menawan berada tepat dihadapannya.

"L-Luki?"

"Bangun kak, sebentar lagi kakak terlambat masuk kelas."

Gadis itu masih mencerna perkataan yang dilontarkan oleh sang adik, dan melempar pandangnya ke arah langit-langit berhiaskan stiker mentari itu.

Aku dikamar, batinnya

Sontak otaknya baru terasa sinkron dan menyadari sesuatu.

"Astaga! Ki kenapa nggak bangunin gue dari tadi sih!" Gadis itu lompat dari ranjang berwarna coklatnya dan berlari menuju kamar mandi.

"Yeh, kak Lukas dari tadi udah bangunin sampe nyemprot aku, but kakak nggak bangun. Dia udah ngomel kayak emak-emak."

Yang diberi tahu begitu terburu-buru hingga melewatkan mandi pagi. Dan hanya menggosok gigi dan memakai make up.

Setelah selesai gadis itu lalu keluar kamar dan memakai sepatu di teras rumah, "nggak sarapan?"

"I don't have a time for that."

Saat tengah bersiap untuk berangkat, angin bergemuruh cukup kencang dan mentari seolah tidak menyambut  dengan hangat. Awan kelabu seolah mengurung sinar mentari hingga yang tersisa hanyalah kegelapan.

Guntur seolah menghantam setiap sisi Bimantara hingga gelegar suaranya mengisi setiap sudut kota.

"Opps ada yang akan kehujanan nih."

Mata gadis itu memicing kearah Luki yang tengah melahap selembar roti tanpa topping itu.

Gadis itu lalu melihat sebuah jaket parasut berwarna coklat yang duduk manis disebuah gantungan jaket.

Ia lalu berlari mengambil dan memasangkan pada tubuh mungilnya dan memakai penutup kepala jaket itu. Walau terlihat seperti seseorang yang menggunakan karung, tapi gadis itu cukup imut saat memakainya.

"Lo beli jaket ke gedean kak, size Lo S yang dibeli L lucu tau nggak." Luki sembari tertawa melihat sang kakak.

"Ini bukan jaket gue."

"Terus jaket siapa dong?" Luki sembari menutup mulutnya.

Gadis itu melengos,"it's not your business." Lalu ia berlari menerobos hujan yang perlahan turun tanpa keraguan.

To be continue

****

Hei Fellas, sorry nih author nggak update kemarin, soalnya habis kuliah ngezoom jadi kecapean dikit. Hehehe but anyway chapter 8 is up guys.

Jangan lupa untuk vote dan komen kalau cerita ini berkenan dihati kalian.

See u on the next chapter
Bye👋🏻👋🏻


Alaska DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang