"Aku juga mau ngomong tapi nanti aja kalau sudah ketemu sama seseorang yang kamu maksud."
Felix lalu menarik tangan Vely menuju motornya yang terparkir tak terlalu jauh dari klinik.
Mungkin kali ini Felix lah yang merasa sedikit canggung setelah menarik tangan Vely di hadapan pacar gadis itu.
"Buka saja j-jaketnya, biar aku taruh dibagasi." Gadis itu lalu membuka jaket coklat itu lalu memberikannya pada Felix.
Tiba-tiba gadis itu merasakan ada sesuatu yang menari-nari di dadanya, ada sebuah rasa yang sulit untuk ia ungkapkan melalui kata-kata. Ah, tidak-tidak ia masih berstatus pacar Revan mana mungkin melakukan hal bodoh seperti menyukai orang lain selain Revan hal yang jelas-jelas bodoh. Gadis itu berusaha membuang jauh-jauh pikiran dan perasaan itu.
"Ayo naik." Karena tenggelam dengan pemikirannya sendiri gadis itu sampai lupa dengan Felix yang sudah sedari tadi siap menancapkan gas. Tanpa basa-basi gadis itu langsung naik.
Diperjalanan terbesit sebuah perasaan bersalah terhadap Revan lelaki yang sudah menjadi pacarnya selama satu tahun. Gadis itu merasa Revan tidak mungkin melakukan hal itu, tanpa alasan, harusnya ia mendengarkan penjelasan lelaki itu baru main pergi.
Vely merasa ada hal yang salah dan membuatnya ingin untuk bicara lebiih lanjut dengan Revan. "Felix sorry nih, bisa kita turunin aku disini nggak. Soalnya tiba-tiba dapat sms dari kakakku disuruh beli sesuatu di supermarket."
"Oh.... Mau aku anterin?"
"Nggak usah."
Tanpa berpikir panjang Felix menepikan motornya dan meurunkan Vely, "sorry banget ya."
"Nggak apa-apa, lain kali aja kalau kamu sempat." Percaya atau tidak lelaki ini cukup pandai menyembunyikan apa yang ia rasakan, bahkan saat kecewa sekalipun.
Walau dengan perasaan bersalah Vely berjalan meninggalkan Felix yang masih menatap kepergian Vely.
****
"Revan, gua mau ngomong penting datang ke kafe mentari sekarang."
"...."
Gadis itu menutup telepon lalu menyilangkan kedua tangannya di atas meja sembari menatap setiap lukisan mural yang duduk manis di setiap dinding kafe itu. Vely merasakan sedikit sesak setelah membatalkan rencana Felix mempertemukannya dengan seseorang dan kesempatannya mengenal lebih dalam Felix.
Ah, apa yang membuatnya merasa gelisah? Memangnya Felix itu siapa? Toh juga bukan pacarnya tetapi hatinya merasa berbeda. Ah tidak ini hanya rasa bersalah yang menghantuinya.
10 menit berlalu, sosok lelaki berbaju kemeja kotak-kotak lengan panjang yang kancingnya dibiarkan terbuka hingga menampakkan dalam kaos warna putihnya.
"Sorry ya, aku telat."
Vely lalu mempersilahkan lelaki itu duduk. Walau saat ini Vely serasa ingin mencabik-cabik wajah tidak bersalah lelaki itu, tetapi ini kesempatannya untuk mengetahui yang sebenarnya.
"Denger sayang, aku mau jelasin. Sebenernya aku nggak ada hubungan dengan Agatha, serius. Kamu liat sendiri kan muka aku tadi pas dia datang, aku bingung. Dia tiba-tiba kayak begitu, main peluk-peluk segala."
Vely menghembuskan nafasnya kasar, "tapi kan kamu juga suka, di peluk-peluk dirangku-rangkul sama gadis itu."
"Nggak sayang, serius. Nih ya kalau aku suka untuk apa muka ku kayak orang bingung begitu?"
Jujur Vely merasa alasan yang dilontarkan Revan cukup logis dan cukup sesuai dengan fakta, walau sebenarnya Vely masih menyimpan keraguan di dalam hatinya.
"Terus gimana dengan pesan ini?"
****
Weetttsssss hello Fellas
Sorry nih author absen lagi kemarin. Maafin ya soalnya kemarin author lagi tepar habis pulang kampus. But anyways hari ini Chapter 11 is up gimana menurut kalian...Jangan lupa buat vote dan koment ya
See u on the next chapter
Bye👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska Dream
RomanceBIASAKAN FOLLOW DULU YA.... Habis itu jangan lupa untuk tinggalkan jejak berupa vote dan komen ya.... Kalau kalian follow nanti author pasti akan follow balik okey..... ENJOY THE STORY GUYS...... Vely seorang gadis pengagum mentari tak pernah menya...