Chapter 10

4 1 0
                                    

"Oh iya pulang kampus nanti aku boleh ajak kamu ke suatu tempat nggak?"

Ke suatu tempat? Vely menatap heran Felix seraya memikirkan jawaban yang tepat.

"Boleh sih, tapi emangnya mau kemana?"

Felix tersenyum sembari menancap gas hingga motornya melaju dengan begitu kencang.

15 menit waktu berlalu, mereka sampai dikampus bertepatan dengan hujan yang mulai terhenti.

Vely lalu turun seraya berjalan meninggalkan Felix. Bukan apa-apa tetapi Vely masih mengingat statusnya sebagai pacar Revan dan belum resmi memutuskannya.

Ia tidak ingin terjadi sebuah skandal dan semua orang menunjuknya bahwa ia lah yang sebenarnya selingkuh bukan Revan.

Walau dengan berat hati, ia melakukan hal ini kepada orang yang sudah menolongnya beberapa kali. Tak peduli hujan.

"Vel, kamu nggak apa-apa?" Tanpa ia sadari Revan sudah berdiri di hadapannya.

Gadis itu menghindari Revan berjalan cepat, namun ia kalah cepat Revan sudah terlebih dahulu mencengkeram tangan mungilnya.

"Vel tunggu! Dengerin penjelasan aku dulu."  Revan mengeluarkan jurus jitunya dengan memasang muka memelas. Ia cukup tau tentang Vely, Vely merupakan salah satu orang yang tidak tega jika melihat orang lain memelas dihadapannya.

Wajah itu lagi. "Denger ya, nggak ada yang perlu kamu jelasin lagi ke aku. Semuanya udah jelas."

Revan mengusap kasar wajahnya sembari memegang keningnya.

"Semua itu cuma bisa-bisaannya Agatha doang, nggak lebih."

Vely berdecak sebal sembari bertolak pinggang menatap wajah memelas Revan. Ia berusaha melawan rasa tidak tega yang bersemayam dalam dirinya.

"Buktikan sekarang juga!" Sungguh, Vely saat ini tidak begitu yakin dengan apa yang ia katakan, namun tidak ada pilihan lain.

"Sayang!" Suara itu langsung menarik perhatian Revan dan juga Vely seketika menyela diantara perdebatan mereka.

Gadis itu tiba-tiba merangkul lengan Revan genit, jujur kali ini Revan terdiam seribu kata.

"Eh denger ya cewek cupu, Revan itu nggak pernah sayang sama Lo, dan dia juga nggak pernah suka sama Lo. Dia cuman kasihan aja sama Lo yang cuman jadi bahan mainan gue. Hahaha." Tawa gadis itu pecah, menarik setiap perhatian orang yang melintasi mereka.

Melihat hal ini Felix tak tinggal diam dan memilih untuk bertindak. Seperti apa?

Felix lalu menghampiri gadis yang tengah mematung itu sembari menggenggam tangannya.

Gadis itu lalu menoleh kearah wajah itu yang seolah berubah, berubah menjadi begitu dingin. Cukup dingin hingga membuat kedua sejoli ini tidak bisa berkutat.

"Ayo Vel kita pergi dari sini." Genggaman itu tidak pernah Vely rasakan sebelumnya. Tulus dan hangat hanya itu.

Genggaman Felix terasa begitu erat, seolah ada lem yang mengikat keduanya untuk tetap terus bersama, makin lama makin dalam pula genggaman tangan Felix.

Vely lalu teringat oleh sebuah kejadian yang cukup mirip dengan yang ia alami saat mimpi.

Aneh? Walau begitu Vely tetap mengikuti kemana Felix mengajaknya, namun pikiran Vely kembali terganggu mengingat ini adalah kali kedua ia bolos kelas, ia tidak dapat membayangkan wajah sangar Lukas jika mengetahui ia bolos kelas dua kali.

"Felix?"

Yang dipanggil tidak bergeming dan memilih untuk terus berjalan tanpa henti menuju sebuah klinik kampus.

"Tunggu disini, aku mau masuk sebentar."

Gadis itu lalu berdiri sembari menatap Felix yang sedang memasuki klinik dengan wajah bertanya-tanya.

Tak ada penjelasan mengenai mengapa Felix membawanya ke klinik, yang pasti Vely tidak mau kegeeran.

Vely berjalan bolak-balik melihat pantulan dirinya pada kaca klinik, jika dipikir-pikir ia cukup cantik tubuhnya di balur oleh jaket basah tetapi ia merasa cantik.

"Ini." Felix memberikan sebuah kantong plastik berisi beberapa vitamin.

Gadis itu menatap wajah Felix dengan raut bertanya-tanya, dan belum menerima kantong plastik itu.

Vely merasa sedikit canggung saat Felix memberikan sebuah kantong berisi beberapa vitamin, ah tidak tidak, ini cuman perasaan Vely saja tidak lebih. Vely mencoba menyadarkan dirinya mengenai statusnya yang masih secara resmi menjadi pacar Revan, karena kata-kata putus belum terlontar dari mulutnya.

"Dengar, nggak usah merasa canggung. Aku beli ini karena memang kamu butuh vitamin karena selalu kena hujan." Gadis itu akhirnya menerima kantong plastik itu dan menaruhnya ke dalam Tote bag nya.

"Aku juga mau ngomong tapi nanti aja kalau sudah ketemu sama seseorang yang kamu maksud."

To be continue

****

Hello Fellas, apa kabar nih? Semoga baik-baik saja ya.
Chapter 10 sudah upp nih, semoga kalian suka ya.....

See u on my next chapter
Bye👋🏻



Alaska DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang