Baka
Baka...
Bakaaaaa!!!
Bodoh sekali! Aku bagaikan manusia terbodoh di dunia!!
Kata itu terus berulang dalam pikiran Midori. Meski mulut membisu namun matanya tampak bekerja melebihi kapasitas seolah gerombolan air berlomba-lomba keluar dari sana. Masih dalam keadaan yang seperti itu dengan tubuh menelungkup di atas kasur, kemudian suara pesan line terdengar dari ponselnya.
-Kamu baik-baik aja kah, Mi-chan?-
Tangan Midori menggapai benda itu yang tergeletak di samping kiri. Sebaris kalimat datang dari sang mantan yang jelas-jelas menjadi saksi dari penyebab tangisnya, meskipun orang itu tidak mengetahui apa yang telah terjadi. Tanya dari Yuta semakin membuat perasaannya teriris. Menyesali. Meratapi kebodohan yang saat ini ia lakukan.
"Midori bodoh!"
Kembali lagi ia menyebut kata itu yang sungguh mendeskripsikan dirinya. Ia yang telah mengubur kenangan masa lalu dengan Yuta, namun sekarang malah membongkarnya lagi. Teringat pada tujuh tahun silam. Andai saja kebodohan fatal masa lalu itu tak dilakukannya. Andai saja ia tak bersikap egois. Andai saja dirinya bisa lebih mengerti Yuta. Maka ia dan Yuta pasti akan tetap bersama sampai sekarang. Dan rasa sakit yang sekarang menerpa tak akan pernah terjadi di hidupnya. Takkan ada kebodohan lain yang ia perbuat. Namun.. itu hanyalah 'seandainya'. Kini mereka sudah tak sejalan dengan masa lalu. Ia memang tak pantas untuk bersama Yuta lagi. Aku benar-benar bodoh!
Ryota.. ia pun begitu bodohnya tak pernah bisa mengerti bagaimana perasaan sahabat yang tulus mencintainya. Ia tak bisa memahami dengan benar apa keinginan Ryota. Orang macam apa dia ini yang selalu menganggap kesungguhan dari Ryota sebagai candaan belaka. Buruk sekali dirinya! Ryota, maafkan aku. Ryota.. aku membutuhkanmu.. jangan pernah pergi, kumohon..
Terakhir, kebodohan yang benar-benar membuatnya terlempar ke dasar jurang, bahwa ia telah jatuh cinta pada orang yang salah! Aaarrggghh!!
Begitu banyak penyesalan berkecamuk di pikiran. Lambat laun tenaganya berkurang. Terkuras akibat puncak emosi yang sedari tadi menguasai diri. Lelah sekali ia rasa serta tubuhnya semakin lemas. Rasa kantuk mulai tak tertahankan. Ia pun terlelap.
Untuk yang kedua kalinya di hari ini, ia diganggu oleh suara gemuruh yang seenaknya masuk ke telinga. Sudah jelas siapa si pelaku keributan itu. Ia merasakan jika tubuhnya begitu kaku, tak sanggup untuk bangkit. Hanya tangan yang berusaha meraba sekitar, mencari sebuah benda persegi panjang penghubung manusia tanpa jarak. Ketika berhasil meraihnya, langsung ia kirim sebuah pesan pada si pelaku,
-Jangan ganggu!-
Tak sampai lima detik, balasan diterima, -Nee-chan udah makan?-
-Jangan ganggu!-
Tulisan yang sama ia kirim kembali. Berharap adiknya bisa mengerti dengan keadaannya saat ini, dan bisa membuat atau mencari makanannya sendiri. Seketika terhenti keributan yang terjadi di depan pintu kamarnya.
Sejujurnya, perut Midori teramat lapar, namun rasa itu kalah telak oleh kondisinya yang.. ahh! Parah sekali. Sangat memprihatinkan. Patah hati (berturut-turut) bisa membuatnya jadi tumbang seketika. Di mana akal sehatmu, Midori? Ia memang tak sehat. Sekali lagi, ia adalah manusia bodoh!
⭐⭐⭐
“Hoaamm..” Midori menguap dengan lebar saat bangun dari tidur yang panjang. Sudah menjadi kebiasaan, hal pertama yang ia lakukan pasti mengecek telepon selular.
“YABBBAI!! SETENGAH 8!” ia bak tersengat listrik saat melihat jam yang terpampang di layar ponsel. Hari ini sudah waktunya ia bekerja! Hanya tersisa 30 menit sampai jam masuk tiba. Mana ia belum mandi, sarapan, menempuh perjalanan, bagaimana ini... aku pasti terlambat! Sial!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Story (other Version)
FanfictionSebuah fan fiction bersama grup musik dari Jepang, GENERATIONS from EXILE TRIBE. Fan Fiction ini sudah ditulis dan dipublikasikan sampai tamat sejak Juli 2018 - Juli 2020. Ditempatkan di blog pribadi dan menjadi fan fiction GENE berchapter pertama y...