Nyamannya kasur ini.. Meskipun hanya mengunjungi Sekolah Dasar lalu pergi makan kemudian langsung pulang saat menjelang petang, namun tubuh Midori terasa lemas. Apa karena ia belum istirahat total dari perjalanan panjang kemarin? Tapi tak apalah, dibalik itu semua ia justru bisa merasakan kebahagiaan yang tak sebanding dengan harga apapun. Yang bisa membuatnya lupa pada rasa lelah. Menangkap memori yang akan selalu menjadi cerita manis dalam hidupnya. Bersama pria itu, sahabat terbaiknya.. Katayose Ryota!
-Mi-chan, video call yuk?-
sebuah pesan line dari Ryota.
Tanpa pikir panjang ia langsung menghubunginya.
“Kenapa malah kamu yang mulai?” ucap Ryota dari balik layar ponsel.
“Memangnya kenapa? Sama aja toh ujungnya juga bakal kayak gini.” balas Midori.
“Apa Mi-chan gak sabar ingin melihat wajahku? Hem? Hem? Kangen yaa?” goda Ryota sembari senyum-senyum tak jelas.
“Hah? Buang jauh-jauh kenarsisanmu! Aku matikan nih teleponnya.” Midori pura-pura mengancam.
“Kamu tega buat mematikannya? Masa?” Ryota malah menantang.
“Nyebelin ya, Katayose-kun!!” gadis itu mulai kesal.
“Oke oke oke Mi-chan.. Jangan marah beneran dong. Aku minta maaf hahaha,” tawa puas ditunjukkan Ryota.
“Hmm padahal kan kamu yang minta duluan, apa sebenarnya Katayose-kun yang sudah merindukanku?” kini Midori membalikkan ucapan Ryota.
“Kalo aku jawab iya, pasti Mi-chan akan menganggap itu candaan, kan?”
“Yaa karena kita baru ketemu sore tadi, jadi rasanya itu adalah hal yang mustahil.”
“Baiklah.. Mi-chan sedang apa?”
“Tiduran aja di kamar. Badanku rasanya lemas..”
“Tapi baik-baik aja kan?”
“Daijoubu! Dibawa tidur pun aku akan segar lagi.”
“Kamu udah mau tidur?”
“Belum.. jam segini mana bisa aku tidur. Katayose-kun sendiri?”
“Belum ngantuk juga.. kadang aku baru bisa tidur dinihari.”
“Karena pekerjaan ya.. Kamu harus tetap menjaga kesehatan.”
“Hai’! Tapi kayaknya aku akan tetap sehat hanya dengan melihat Mi-chan terus.”
“Mulai lagi.. Pait! Pait!”
“Kamu kira aku lebah?!”
“Lebah racun!!”
“Sudah, sudah! Oh ya.. Mi-chan udah siapkah dengan besok?”
“Ajakanmu itu bersifat memaksa, jadi aku harus siap! Kita mau ke mana sih? Terus ngapain?”
Ryota lalu memberitahu tentang kegiatan apa yang akan mereka lakukan esok. Sungguh diluar perkiraan Midori sama sekali. Ia masih menganggap ini candaan, namun nyatanya Ryota serius. Entah mengapa hatinya berubah jadi gelisah, tapi ia coba untuk abaikan saja. Ia sembunyikan dulu perasaan itu dari Ryota dan tetap terlihat santai menanggapinya walau di awal ia sempat merasa bingung. Setelah itu obrolan mereka merambat membahas satu topik ke topik yang lain. Saking banyaknya, ia sulit untuk menjelaskan satu persatu. Yang pasti, baterai ponselnya yang semula penuh kini akan habis gara-gara panggilan video ini.
⭐⭐⭐
Hari kedua di Osaka
“Kamu akan pergi lagi dengan temanmu yang kemarin?” tanya sang ibu saat Midori meminta izin kepada orangtuanya di sela sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story (other Version)
Fiksi PenggemarSebuah fan fiction bersama grup musik dari Jepang, GENERATIONS from EXILE TRIBE. Fan Fiction ini sudah ditulis dan dipublikasikan sampai tamat sejak Juli 2018 - Juli 2020. Ditempatkan di blog pribadi dan menjadi fan fiction GENE berchapter pertama y...