Bagian 6: Into You

10 3 0
                                    

Siang ini kebosanan melanda diri Midori. Jam istirahat kerja telah selesai begitu pun pekerjaannya. Namun waktu pulang masih terhitung lama. Ia merasa terpenjara di ruangan kotak pencari nafkah ini karena tak bisa pergi ke mana-mana. Jika nekat? Teguran bos bahkan surat peringatan akan melayang. Mengobrol dengan rekannya pun mustahil karena mereka masih memiliki kesibukan. Mau tidur? Ia tak pernah bisa melakukan itu. Mengotak-atik ponsel adalah jalan satu-satunya. Tapi tetap saja tak asyik, hanya membuka sosial media, menscroll terus menerus, itu saja. Ia coba untuk mengechat Asuka, namun belum ada balasan. Begitu juga dengan Angel, walau nanti malam mereka bertiga sudah ada janji bertemu. Sempat ia terpikir akan Ryota, tapi saat melihat pada story instagram si artis itu, hari ini nyatanya ia sedang syuting. Jadi Midori tak boleh mengganggunya. Ia sempat membayangkan satu nama, tapi sungguh tak mungkin baginya untuk menghubungi pemilik nama itu. Membosankan...

~Big City Rodeo.. Rodeo.. Rodeo..~~~

Ponselnya berdering. Satu nama yang ia bayangkan adalah si penelepon. Oh my God! Ia coba mengucek-ngucek mata dan memang nama itulah yang muncul.

Moshi-moshi..” angkatnya pelan.

Konnichiwa Midori-san! Apa aku mengganggu?” sapaannya berbalas dari di balik telepon sana.

“Tidak! Aku tidak sibuk. Ada apa Kazuhara-san?” tanya Midori. Untuk yang pertama kalinya Ryuto menelepon. Di waktu yang pas sekali. Saat ia bosan dan merasa sendiri, Ryuto tiba-tiba hadir menemani, meski hanya dalam bentuk suara saja.

“Eee anoo.. apa lukamu sudah sembuh?”

“Kau baru menanyakan itu sekarang? Ini sudah hampir seminggu, lukanya pasti sudah sembuh lah..” balas Midori dengan nada meninggi. Pertanyaan macam ini.

Gomen gomen.. akhir-akhir ini aku sibuk sekali. Jangan marah.” ucap Ryuto segera meminta maaf. Ia menyadari juga bahwa telah salah dalam bertanya. Ekspresi wajahnya melemas.

“Hahaha aku bercanda Kazuhara-san! Untuk apa aku marah, kau bukan siapa-siapaku..” namun, tawa lah yang menjadi tanggapan dari lawan bicara Ryuto. Membuat pria ini keheranan. Tapi sejujurnya.. secara tersembunyi, Midori merasa sedikit kecewa karena Ryuto baru menghubunginya sekarang. Sejak pesan pertama yang Ryuto kirimkan pada malam itu, dia tak pernah mengiriminya pesan lagi dan menanyakan keadaannya. Mungkin aku yang terlalu berharap tinggi padanya. Sudahlah..

Masih dengan dibumbui rasa heran, Ryuto kembali menimpal, “Kalau aku jadi siapa-siapanya Midori-san, bagaimana? Marah kah?”

“Memangnya kau mau jadi siapanya aku? Hahaha.. Ehh, tapi Kazuhara-san sudah jadi temanku sih.” balas Midori dengan santai.

Hai’ aku memang temanmu..” ucapan Ryuto tertahan. Lebih baik ia utarakan saja tujuan utama mengapa dia menelepon gadis ini. “Midori-san, nanti malam aku akan berkunjung ke tempatmu. Bolehkah?" tanyanya lagi.

“Hmm boleh sih.. udah ada janji sama Taishi?”

Iie.. aku ingin ke sana saja.”

“Hmm apa kau ingin bertemu denganku? Hahaha.” Midori memulai candaan.

“Ya.. aku merindukanmu, Midori-san.." jawabnya lembut.

“Ehh?? Chotto.. Candaanmu gak lucu.. Apaan sih..” balas Midori menyangkal tapi ia malah senyum-senyum dengan hati yang berdebar.

“Huh, kau selalu membuat semua jadi candaan saja..” suara Ryuto memelan tanpa gairah.

“Apa deh Kazuhara-san! Udah ah..” entah apa yang berputar di pikirannya, di satu sisi, Midori senang dengan perkataan Ryuto sebelumnya, tapi di sisi lain ia pun malah ingin mengalihkan obrolan tersebut.

Story (other Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang