"Adek mau beli apa?" Tanya Raina yang sedang mengajak Harvey jalan-jalan berdua saja di taman dan mulai mendekati para penjual makanan juga minuman disana. Padahal, niat awal Raina mengajak Harvey ke taman adalah untuk menemani anak berusia 6 tahun itu bermain sepakbola.
Tapi, karena Raina tidak suka berkeringat, sebab harus berlari-larian menjaga Harvey. Sebagai gantinya gadis itu mengajak Harvey untuk jajan saja.
"Es krim."
"Satu aja, ya?"
Harvey menggeleng. "Dua."
"Mana boleh makan es krim banyak-banyak? Di rumah juga udah ada es krim."
"Tapi, kalo di rumah nggak boleh makan es krim banyak-banyak."
"Nah makanya, di luar juga sama, nggak boleh makan es krim banyak-banyak."
"Terus, Harvey makan apa? Masa cuma makan es krim satu? Harvey mau dua!"
"Enggak, satu aja!"
"Dua, kak!"
Raina merogoh kantongnya untuk mengambil ponsel. "Ini, coba telpon bunda sana! Minta ijin buat beli es krim dua biji!"
Tangan Harvey menjauhkan ponsel Raina darinya. "Nggak mau! Nanti bunda bilang sama ayah, terus kalo ayah tau, pasti ayah marah."
"Ayah marah, soalnya kamu nggak bisa dibilangin!"
"Tapi, Harvey mau makan dua es krim!"
"Enggak! Kamu gampang batuk soalnya! Makan es krim satu aja, sama beli roti bakar isi coklat, ya?"
Harvey tampak enggan menjawab, bibirnya bahkan mengerucut. Raina berdecak dan berkacak pinggang. "Ya udah, kita pulang aja, lah!"
Harvey mulai merengek. "Nggak mau! Masa, Harvey udah nggak boleh main, nggak dapet jajan juga?" Protesnya.
"Makanya, beli es krim satu aja sama makanan yang lain!"
"Ya udah, iya!"
"Nah, gitu dong, jadi anak pinter dan nurut sama kakak! Kamu mau beli apa?" Tanya Raina.
"Es krim sama telur guling-guling!" Jawab Harvey semangat.
"Telur gulung!" Ujar Raina membenarkan.
"Iya, itu pokoknya!"
Tanpa banyak bicara lagi, Raina menggandeng Harvey menuju penjual es krim dan telur gulung.
"Adek mau es krim rasa apa?"
"Coklat!"
"Telur gulungnya mau beli berapa?"
"Dua puluh ribu!"
"Heh! Banyak amat, bisulan kamu ntar! Lima ribu aja!"
"Kakak kenapa sih? Ngapain nanya kalo ujung-ujungnya nggak boleh?" Protes Harvey.
"Ya, soalnya kakak nggak punya duit lagi! Kamu mah enak, tinggal minta! Kalo kakak yang minta pasti dimarahi!"
"Makanya kakak kerja, biar punya uang kayak ayah sama kakak Xiena, sama kakak Naina! Kakak Xiena aja tetep kerja biarpun udah nikah, walaupun kata bunda, dokter Dery bisa kasih uang terus!"
"Hmm... Enak bener emang bocil kalo ngomong! Dipikir nyari kerja itu gampang apa!"
"Salah sendiri kakak nggak mau kerja di kantor ayah! Kalah sama kak Naina yang kerja jadi model ikut mommy-nya dokter Dery."
'Bang*** banget ni bocil! Liat aja lo kalo ntar ada di posisi gue sekarang! Gue ketawa paling kenceng!' Ucap Raina menyumpah dalam hati. "Udahlah, jangan ngomong mulu! Jadi beli jajan, nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello
FanfictionGUANREN GS LOKAL!!! DISARANKAN UNTUK MEMBACA BOOK "BABY HARVEY" SAMPAI SELESAI DI KBM SUPAYA ALURNYA MUDAH DI MENGERTI 😊 AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Setelah sekian tahun lamanya...