Fal membuka kedua matanya. Wajah sendu sisa kegalauan semalam masih tampak di wajah cantiknya. Jejak air mata yang mengemering masih berbekas di kedua pipinya. Fal menghela napas sejenak. Hatinya masih terasa mengganjal.
"Huft ...," keluh Fal. Dengan sangat terpaksa, gadis dengan surai hitam panjang itu duduk dan menggeser tubuhnya. Beranjak turun dari peraduan.
...
Maria mengaduk-aduk nasi goreng di hadapannya. Pandangannya menerawang ke depan. Menopang kepala dengan telapak tangan kirinya. Sesekali gadis, yang kini mengepang dua surai legamnya itu, tampak menghela napas.
"Dimakan, Aryani Maria. Pamali makan sambil melamun gitu." Teguran Sang Ayah tak melepas Maria dari lamunannya. Budi tersenyum. "Kamu lagi jatuh cinta, ya?" tanya pria bertubuh tinggi itu.
Maria menoleh ke arah Sang Ayah. Dahinya berkerurt. "Ayah kok ngomong gitu sih? Maria enggak lagi jatuh cinta kok." Gadis memajukan bibirnya. Cemberut. "Ayah nih sok tahu deh."
Budi tertawa. "Terus kenapa? Apa yang bikin putri kesayangan ayah pagi-pagi sudah melamun?"
Maria mulai menyendok nasi gorengnya. "Enggak apa-apa kok, Yah," jawabnya dengan nada enggan.
Tak lama kemudian, Maria mendorong piring sarapannya dan meraih tas selempang merah muda miliknya. Berjalan malas ke arah Budi. Meraih tangan pria itu dan menciumnya. "Maria pergi dulu, ya. Ayah jangan lupa bawa bekal buat makan siang, ya."
Mendapat anggukan dari Sang a1. Ayah, gadis berkemeja bunga-bunga dan rok panjang itu segera beranjak menuju garasi, tempat mobil tua kesayangannya terparkir.
...
Fal menatap lekat pintu kelas. Dirinya bahkan sengaja datang lebih pagi dari biasanya. Kedua mata tajam nan dingin itu tak mengalihkan pandangan dari pintu.
Fal menghembuskan napas kesal setiap kali pintu terbuka dan bukan Maria yang muncul. Gadis berpakaian serba hitam itu berdecak tak sabar. Melipat kedua tangan di depan dada. Tak peduli dengan bisik-bisik di sekitarnya, yang menggunjing sikapnya sejak tadi.
...
Maria meneguk ludah. Menatap pintu kelas yang menjulang di hadapannya. Beberapa mahasiswa lain sudah melewatinya, tapi gadis itu tetap berdiri mematung di tempatnya. Ada rasa ragu dan takut untuk sekedar meraih kenop pintu. Seolah dirinya tengah dipaksa untuk masuk ke dalam kandang sekawanan singa lapar.
...
Fal meraih ransel dan beranjak dari duduknya. Berjalan cepat menuju pintu kelas. Niatnya untuk menuntut ilmu hilang begitu saja. Menguap bersamaan dengan ketidak hadiran Maria.
Gadis bersurai panjang itu meraih kenop pintu dan menariknya ke arah dalam. Seketika berdiri mematung tepat di pintu saat mendapati sosok, yang sejak tadi ditunggunya ternyata berdiri di balik pintu. "Lo ...," gumamnya dalam bisikan.
Fal maju satu langkah. Meraih lengan Maria dan menariknya menjauhi kelas. Cengkeramannya mengetat saat merasakan rontaan kecil dari Maria.
"Fal ... kita mau ke mana? Kelas sudah mau mulai loh," tegur Maria. Masih berusaha melepaskan lengannya dari cengkeraman Fal. Tapi tentu saja, tenaga Fal lebih kuat darinya. Bahkan bantuan tangan kanannya pun tak mampu melepas cengkeraman Fal.
...
Brak.
Fal menutup pintu kelas, yang memang kosong dan sudah tak terpakai, setelah mendorong Maria masuk tentu saja. Gadis itu berdiri bersandar pada pintu, yang tak terkunci. Ditatapnya Maria dengan tatapan tajam penuh selidik. "Kenapa kamu tidak membalas pesan saya?" tanya Fal langsung tanpa ada keinginan untuk berbasa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya