5. I Won't be Hurt

221 20 6
                                    

»»————𝒘𝒐𝒏𝒅𝒆𝒓𝒘𝒂𝒍𝒍 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈————-««

Setelah selesai dengan kegiatan mandi dan melakukan night skincare routine Stella menaiki bed patient Erland tanpa tahu malu, sambil meletakkan kopi pandan milik nya disamping nakas.

Erland yang sedang membaca buku pun menoleh saat mendapati Stella tiba-tiba ikut naik keatas ranjang nya tanpa Stella minta Erland menggeser badan.

Tanpa mau repot menoleh atau memulai pembicaraan Stella menghidupkan iPad milik nya dan segera mencari film atau series yang akan ditonton untuk melewati malam penuh kebosanan ini.

Erland benar-benar orang yang sangat membosankan! Stella tidak bisa membayangkan akan jadi seperti apa hidup nya untuk hari-hari esok.

"Puk-puk." Ujar Stella sambil menatap Erland yang tengah membaca buku.

Erland menuruti nya, Stella memang manja. Kadang Mom atau Dad sampai harus menemani nya dan menepuk-nepuk kepala nya dulu barulah ia bisa tertidur.

"Tidur. Ipad nya taruh."

"Iya bawel." Balas nya sambil menarik selimut dan merapatkan diri ke arah Erland.

Kalau sedang kalem seperti ini Stella betulan lucu. He wanna keep her on his pocket, for sure.

"Are you still hate me?" Tanya Erland out of nowhere.

Stella mengangguk dalam tidur nya. Tentu saja ia masih membenci Erland. Bagaimana tidak, gara-gara Erland Stella sudah tidak sebebas dulu lagi karena terikat dengan pria pathetic seperti Erland, duh.

Dering ponsel yang tadi nya Erland kira milik nya ternyata tak lain dan tak bukan adalah milik Stella. Tertera 'Boyfie' dengan emoji red heart disana, itu adalah pacar Stella.

"Your boyfie is about to calling." Ujar Erland memberitahu.

"Puk-puk lagi." Ujar nya sambil menerima ponsel.

"Yaa, I'm so freaking busy this week babe. Maybe next week, ya, we can meet up next week. I love you!" Ucap Stella dengan suara malas karena saking ngantuk nya.

"You have a boyfriend?" Tanya Erland penasaran.

"Ya." Jawab Stella membenarkan. "You can have too if you want."

"No."

"Why?" Tanya Stella penasaran.

"Is that because this stupid marriage thingy? Or you already love me?" Ujar Stella tak pikir panjang.

"Marriage isn't stupid things, Estella. And about your second question, I think that's true, I don't wanna hurt you." Ucap Erland dengan suara lembut.

"It's a stupid things, Erland. Fucking arranged married that I don't even have no right to say no." Kata Stella tajam. "Don't waste your time because of loving me. Don't worry, I won't be hurt."

Stella tentu nya mengucapkan itu dalam keadaan sadar sepenuh nya namun ia masa bodo. Lagi pula apa yang ia ucapkan itu benar semua.

"I'm sorry. Because make you trapped with pathetic guy like me."

"I know right. That's why, let's act like we never know. Just act like we are stranger that forced to live in the same house." Ujar Stella setengah menggumam karena sudah kepalang ngantuk.

"Estella."

"Apa lagi?"

"Let me love you anyway. You don't have to care about me, but if you falling love with me too. Please tell me asap." Kata Erland sambil menyisir rambut halus Stella dengan jari-jari kurus nya.

"You're so confident for saying that I will fall for you too." Ujar Stella sambil tersenyum tipis.

⭐ The Moon and The Star 🌙

Stella merebahkan diri diatas ranjang empuk milik Erland. Si empu nya tengah menata baju di walk in closet milik nya, Stella memejamkan mata sebentar setelah habis sarapan, efek kekenyangan ia jadi mengantuk. Mereka sudah pulang dari rumah sakit pagi ini tadi.

Bibi mengetuk pintu namun Stella memilih untuk mengabaikannya, karena ia sudah setengah perjalanan menuju alam mimpi. Tak sanggup jika harus membuka mata dan berjalan membukakan pintu.

Erland yang mendengar pintu terus diketuk pun berjalan membuka pintu, ia menyambut ramah Bibi yang datang untuk membawakan camilan dan buah-buahan untuk mereka.

"Estella, oh, you're sleep."

Erland yang tadi nya ingin memberitahu jika buah-buahan yang tadi Stella minta kini sudah datang pun mengurungkan niat nya saat mendapati Stella yang tertidur memeluk guling nya. Lantas yang Erland lakukan hanyalah mengusap lembut rambut Stella.

"You're so pretty, Estella." Puji nya.

"Where's my fruit?" Tanya nya langsung mendudukan diri.

Erland menjauhkan diri sebab sedikit kaget begitu tahu kalau Stella tidak sepenuhnya tertidur. Stella manggapai piring berisi buah-buahan tersebut, menusuknya dengan sendok kemudian menyuapkan buah itu ke mulut nya sendiri.

"Mau?" Tawar nya sambil mengacungkan garpu berisi mangga didepan Erland.

"I have my own fork." Tolak Erland sedikit gugup.

Stella hanya tersenyum kecil. Suasana hening karena mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Erland yang sibuk dengan laptop nya dan Stella yang sibuk memakan buah-buahan dan camilan itu.

"Kita nggak mau pindah?"

Erland menoleh menatap pertanyaan Stella. Memang mereka berencana pindah kerumah mereka sendiri, Stella yang mau. Dan Erland pun tak masalah, selama ia bisa memenuhi semua permintaan Stella, maka akan ia kabulkan.

"Kamu mau?" Tanya Erland.

"Mau, aku memang sejak awal kan bilang gitu." Ujar Stella disertai anggukan.

"I'll talk with our parents then. Kalau mereka sudah setuju kita bisa pindah secepatnya." Ujar Erland memberi solusi.

"Secepatnya. Aku mau kita pindah secepatnya."

"Iya, Estella. Anything for you." Jawab Erland tenang.

━━━━━𝐖𝐎𝐍𝐃𝐄𝐑𝐖𝐀𝐋𝐋━━━━━

don't forget to gimme the feedback, kay? 💟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


don't forget to gimme
the feedback, kay? 💟

smg weekend kalian menyenangkan~
much love, hera. ♡

WonderwallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang