7. Dangerous Woman

158 14 9
                                    


»»————𝒘𝒐𝒏𝒅𝒆𝒓𝒘𝒂𝒍𝒍 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈————-««

Stella berlari sambil menuruni tangga, ia dibuat kaget pagi ini sebab terbangun di rumah mereka. Iya, rumah mereka, bukan apartment pacarnya. Padahal mereka berdua sepakat ingin menghabiskan malam bersama.

"Why I'm here?" Tanya Stella pada Erland yang tengah memasak.

"What do you mean? It's our home, Estella. Ofc, you're here." Balas Erland sambil menuangkan orange juice ke dalam gelas dan mendorong nya mendekat kearah Stella.

"No. I supposed to spend my night at my boyfie's apartment." Sanggah Stella sambil meneguk orange juice tersebut.

Stella diam-diam menganggumi rasa manis dan segar dari orange juice tersebut. Bukan dari orange juice kemasan supermarket, namun orange juice buatan Erland sendiri. Aneh, sekarang zaman sudah serba modern dan Erland tetap milih jalan yang sulit.

"Kamu pulang sendirian, naik taksi." Beritahu Erland.

Kedua alis tebal Stella bertaut. Namun ia memilih untuk tidak peduli.

"Then, who was change my clothes?" Tanya Stella dengan tatapan menunduh.

"I did."

Kedua bola mata perempuan itu membola, sedetik kemudian ia menerjang Erland. Wanita itu menghadiahi nya dengan satu tonjokan diperut nya dan disusul dengan gerakan membabi-buta lainnya.

"It's a KDRT." Ujar Erland sambil memahan tangan Stella karena wanita ini terus saja melayangkan tonjokkan.

"You change my clothes without my concern! It's a rape." Tajam nya sambil memandang Erland bengis.

"We are married, Estella." 

"Menikah atau nggak, tetep aja! Aku nggak mengizinkan hal itu." Ujar Stella masih marah.

"Iya. Maaf ya, Estella." Tutur Erland lembut sambil mengusap bahu Stella berusaha menenangkannya.

"Nggak dimaafin! Nggak usah pegang-pegang!" Sentak nya langsung menjauh dari Erland.

God. Matahari bahkan baru menampakkan diri dan  Erland sudah membuat dirinya kepalang emosi.

"Sini, sarapan dulu." Ajak Erland sambil menarik kursi untuk Stella. "I make you cream soup. You will like it."

Erland menarik pelan tangan Stella, menuntunnya untuk kembali duduk di kursi meja makan. Stella berontak, namun Erland juga kekeh pada pendiriannya.

"Don't force me!" Ujar Stella menolak, nada nya naik beberapa oktaf lebih terdengar membentak.

"Aku cuma suruh kamu makan Estella, nggak susah kan?" Tanya Erland masih sabar.

Meskipun Stella tetap berontak, Erland berhasil membuat Stella duduk manis di kursi, dan secepat itu pula Erland menyodorkan sendok berisi cream soup yang sudah ia tiup supaya tidak terlalu panas.

"Aaaa."

Stella yang awalnya ingin memuntahkan soup tersebut pun mengurungkan niat nya. Jujur, ia terkesima dengan kemampuan memasak Erland.

"Eat a lot, Estella." Ujar Erland sambil menggenggamkan sendok pada tangan Stella.

"How it taste?" Tanya Erland penasaran karena sedari tadi Stella hanya diam tidak berekspresi apa-apa selain marah.

"Diem deh, berisik banget!" Ujar nya ketus, mengabaikan pertanyaan Erland sebelumnya. Stella menikmati cream soup itu bersama garlic bread dengan tenang karena setelahnya Erland juga ikut diam.

WonderwallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang