»»————𝒘𝒐𝒏𝒅𝒆𝒓𝒘𝒂𝒍𝒍 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈————-««
Stella menatap langit-langit ruang inap Erland sambil rebahan diatas sofa. Sekarang pukul 12 malam dan mata nya tak kunjung mau terpejam padahal ia sudah sangat mengantuk sejak tadi.
Orang tua mereka sudah pulang sejak satu jam yang lalu, dan kini Stella sendirian menjaga Erland. Stella hanya ingin merebahkan diri nya dikasur yang empuk, ruang VIP tentu nya memiliki segudang fasilitas. Bed juga tersedia, Stella sudah mencoba merebahkan diri disana namun ia takut. Fyi, Stella itu agak sedikit penakut apalagi di RS sendirian seperti ini.
Ia sudah mencoba memejamkan mata dan tidur di ruangan untuk keluarga pasien atau di sofa namun fakta nya tidak bisa! Ia tidak bisa terlelap dialam mimpi begitu saja padahal sudah mencoba berulang kali.
Kalau disini kan setidaknya Stella tidak sendirian meski Erland tak membantu banyak karena ia masih belum sadarkan diri.
Lantas Stella mendudukan diri di samping brankar Erland. Jemari nya menyentuh veiny hand Erland yang memang terlihat jelas, ia dilanda kebosanan yang sangat parah. Stella merebahkan kepala nya pada bed pasien dengan tangan kanan sebagai bantalannya.
"Hoam..."
Tidak disangka, dengan posisi seperti ini Stella malah bisa tertidur dengan tenang.
⭐ The Moon and The Star 🌙
Erland membuka mata perlahan saat mendapati cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden yang tidak tertutup rapat, ia merasakan rasa tidak nyaman di hampir seluruh tubuhnya. Tangan nya mengusap lembut puncak kepala Stella, untung saja si perempuan masih tidur coba saja dalam keadaan sadar, sudah pasti Erland akan ditendang atau di tonjok mungkin.
Why does she sleep here. Batin Erland dalam hati.
Stella yang merasakan sesuatu menyentuh kepala nya pun langsung membuka mata.
"You wake up." ucap nya dengan suara parau sehabis bangun tidur sambil mengucek mata dan merapihkan rambut nya yang acak-acakan seperti singa.
Stella mengalihkan pandang karena sedari tadi Erland menatap nya lekat-lekat. Ia tidak mau menatap pria itu!
"Apa kamu sakit?" Tanya Stella.
Bodoh sekali, kalau tidak sakit lantas kenapa ia bisa ada disini? Dan menjadi pasien pula! Sementara Erland hanya mengangguk kecil, menanggapi kebodohan Stella.
"Hmm, kalau begitu aku panggilkan Dokter. Tunggu ya." Ucap nya kemudian Buru-buru Stella mencuci muka dan menyisir rambut juga menyemprotkan parfume ke seluruh tubuh nya yang belum mandi. Ia berencana untuk memanggil Dokter guna memeriksa kondisi Erland.
Setelah memeriksa kondisi Erland, Dokter Kevin berani untuk melepas endotracheal tube pada pasien nya.
"Stella, extubation ini akan terasa sangat menyiksa, kamu bisa bantu dia." Ujar Dokter Kevin.
Stella yang tadi nya terdiam pun kini melangkah ragu, seharusnya tadi ia kabur saja daripada terjebak dalam situasi seperti ini. Stella paling tidak bisa dengan hal-hal seperti ini, ia ngeri sendiri melihat orang sakit.
Begitu Stella mendekat Erland langsung menggenggam tangan nya dengan erat. Untuk kali ini Stella membiarkannya, perempuan itu langsung menatap ke arah lain saat Dokter Kevin mulai menjalankan prosedur extubation, genggaman yang semula biasa saja kini terasa begitu erat.
"Uhuk! Uhuk!"
Erland terbatuk-batuk dengan rasa mual bukan main saat selang panjang itu berhasil keluar dari mulut nya. Stella baru berani menatap Erland sekarang, mata nya memerah dan berair dengan bibir yang kering dan pucat. Setelahnya Dokter Kevin memberikan oksigen melalui anesthetic face mask kira-kira sampai pernapasan Erland teratur lagi dan barulah saat ia bernapas dengan nyaman dan dengan saturasi yang bagus Dokter Kevin memasangkan oxygen mask untuk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
Romance"I do. I always have another option to choose." Stella jelas menolak untuk menikahi pria penyakitan dan pathetic seperti Erland. Tidak mungkin kan, ia harus menghabiskan waktu nya untuk menjaga dan merawat si pathetic itu? Tapi kata penolakan tidak...