8

213 25 3
                                    

Louis pov

"Apa yang kau lakukan dengan Luke? huh." Camilla pun cepat-cepat menjauhkan posisinya dari lelaki bernama Luke tersebut.

"Ka—kami hanya sedang mengembalikan buku-buku itu ke rak perpustakaan." Jawab Camilla sedikit terbata-bata.

Aku memutar kedua bola mataku, mendengar jawaban Camilla yang begitu tidak masuk akal.

"Sejak kapan mengembalikan buku dengan cara seperti itu, hmm?" Jujur saja, aku merasa sedikit tidak suka dengan kedekatan Camilla dan Luke. Apalagi, dengan posisi mereka yang Uh—- aku tidak ingin membahasnya lagi.

"Aku hanya membantunya karena, kebetulan tidak ada tangga disekitar sini. Akan tetapi, aku tidak dapat menahan keseimbanganku dan hasilnya, kami terjatuh." Jelas Luke panjang lebar. Cih, anak itu masih tidak mau mengakui perbuatannya.

"Terserah kalian saja. Akan tetapi, aku akan segera melaporkan ini kepada penjaga perpustakaan, dan juga kepala sekolah." Aku pun segera membalikan badanku, tentu saja untuk keluar dari perpustakaan terkutuk itu.

Awalnya, aku hanya ingin meminjam salah satu buku tetapi, melihat adegan menggelikan antara Luke dan Camilla, aku pun mengurungkan niatanku.

Tiba-tiba saja, seseorang menahan pergelangan tanganku. Aku pun menoleh, dan mendapati Camilla yang tengah menatapku dengan tatapan kesalnya.

"Jika kau ingin melaporkan kejadian tadi kepada kepala sekolah, aku juga bisa melakukan hal yang sama." Ucap Camilla sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"A—apa maksudmu?" Aku mengerutkan keningku, pertanda tidak mengerti.

"Aku juga bisa melaporkanmu dan Eleanor yang tengah kissing di koridor sekolah." Aku membulatkan kedua mataku. Jadi, Camilla melihat kejadian menggelikan itu?

Sebenarnya, aku sama sekali tidak mau melakukannya dengan Eleanor. Apalagi, gadis itu telah merebut first kiss-ku. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa menolaknya. Aku memang sangat menyukai Eleanor. Tetapi, bukan berarti aku ingin gadis itu yang merebut first kiss-ku.

Aku hanya ingin memberikannya kepada orang yang benar-benar kucintai.

"Bagaimana, Tomlinson?" Camilla pun mengangkat kedua alisnya.

"Uh—Ah, sial. Baiklah—baiklah, aku tidak akan melaporkan kalian. Puas?!" Dengan sengaja, aku berteriak dihadapan wajah gadis itu.

"Tentu saja." Aku hanya bisa mendengus kesal. Sial. Benar-benar sial.

Aku pun meninggalkan Camilla dan Luke yang masih berada didalam perpustakaan tersebut.

Persetan dengan Camilla. Ia benar-benar cerdas.

**

"Tidak, Perrie! aku sudah melakukan apa yang kalian inginkan!" Hey, bukankah itu adalah suara milik Eleanor?

Karena penasaran, aku pun darimana asal suara tersebut.

Benar saja. Eleanor dan kedua temannya tengah berbincang-bincang dikantin sekolah.

"Jadi, kau sudah mencium Louis?" Tanya Sophia. Tunggu, kenapa namaku disebut-sebut oleh gadis itu?

"Tentu saja. Dan apa kalian tahu, itu sangat menjijikan! ew." Apa yang baru saja Eleanor katakan? keterlaluan.

"Hahahaha. Aku tidak dapat membayangkan ekspresi konyolmu saat sedang mencium bibir Louis!" Pekik Perrie diselingi dengan sebuah tawa.

"Sialan kau, Perrie. Aku bersumpah, itu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan seumur hidup." Ucap Eleanor sambil mengumpat kearah gadis bernama Perrie.

"Hahaha, kalau begitu kau bisa segera mengakhiri hubungan kalian, Ele." Gadis bernama Sophia pun kembali angkat bicara.

"Benarkah? akhirnya, aku terlepas dari permainan truth or dare yang begitu bodoh." Kurang ajar! jadi, selama ini aku adalah bahan permainan oleh gadis itu?

Ternyata, Eleanor tidak benar-benar mencintaiku. Tidak bisa dimaafkan!

Aku pun menghampiri gadis itu dan langsung mencengkeram wajahnya dengan tangan kananku.

"Uh—uh, Lou—Louis. A—apa-apaan kau?" Tanya Eleanor yang kaget akan kehadiranku.

"Kau benar-benar kurang ajar, Eleanor!" Bentak-ku sambil menatapnya tajam.

"Apa ma—maksudmu?"

"Kau pikir, aku sebodoh itu? hah? kau sungguh keterlaluan, Eleanor! kau telah merusak persahabatanku, dan kau telah mencuri first kiss-ku. Satu-satunya hal yang hanya akan kuberikan kepada orang yang kucintai. Dan, orang itu bukan kau!" Kali ini, aku sudah tidak dapat lagi menahan emosiku. Aku ingin sekali mendaratkan sebuah tamparan pada pipi mulus milik Eleanor.

Akan tetapi, aku masih memiliki hati untuk tidak melakukannya.

"L—Lou, sungguh a—aku tidak bermaksud." Kali ini, Eleanor sudah hampir menangis. Dan, sialnya aku merasa iba.

"Anggap saja kita tidak saling kenal." Ucapku sebelum benar-benar pergi, meninggalkan gadis itu.

Keterlaluan sekali. Aku tidak menyangka Eleanor adalah seorang gadis yang begitu brengsek.

Ralat, sangat brengsek.

Disaat-saat seperti ini, aku sangat membutuhkan seseorang untuk menceritakan semua masalahku. Tetapi, orang itu malah menjauhiku dan mendekati lelaki lain.

Hidupku memang benar-benar sial.

* * * * *

Heyhoo semua, kasihan abang louis mba eleanor keterlaluan terhadap aang louis.. Aduh kaysaa bingung mau ngomong apa lagi, otak kaysaa tiba tiba berhenti bergerak.. Sudah ya kaysaa bingung tingkat dewa.....

BHAY BHAYY

Vomment(s)


Glasses ♡ l.tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang