Epilogue

335 23 1
                                    

Author's pov

"Astaga, dimana aku meletakan kacamataku?" Gerutu seorang gadis bernama Camilla sambil mengacak-acak rambutnya, kesal.

Bagaimana tidak? gadis itu tidak dapat melihat dengan jelas tanpa benda berlensa tersebut.

"Ugh, kenapa aku sial sekali hari ini?" Lagi-lagi, Camilla kembali menggerutu.

Gadis itu pun mendaratkan tubuhnya disalah satu bench, sekolah. Keadaan disekelilingnya sudah benar-benar buram.

Bahkan, Ia harus menyipitkan kedua matanya untuk memperjelas penglihatannya.

"Cam!" Gadis itu pun menoleh, tetapi Ia sama sekali tidak mendapatkan siapapun.

"Hey, aku disini." Tiba-tiba saja, seorang lelaki menghampiri Camilla. Gadis itu pun kembali memicingkan kedua kelopak matanya.

"Apa ada yang salah denganku?" Tanya lelaki bernama Louis, itu. Camilla pun cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

"Hmm, ngomong-ngomong kau sendirian saja?" Tanya Louis, sekedar mencairkan suasana canggung diantara mereka.

"Yeah, seperti yang kau lihat." Louis pun mengangguk-angguka kepalanya.

"Apa sepulang sekolah nanti kau ada waktu, Cam?" Tanya Louis, membuat Camilla menolehkan kepalanya.

"Begitulah. Memangnya, ada apa?" Tanya gadis itu dengan kedua alis yang terangkat.

"Uh- aku tahu ini kedengarannya aneh, tetapi apa kau mau menemaniku menganti lensa kacamataku? yeah, kurasa minus dimataku bertambah." Louis pun menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Baiklah, kurasa aku juga akan membeli kacamata baru." Louis pun melihat kearah wajah Camilla. Benar saja, gadis itu sama sekali tidak menggenakan kacamata miliknya.

"Kemana kacamatamu, Cam?" Tanya Louis yang baru saja menyadari hal tersebut.

"Kacamataku hilang. Ugh, betapa bodohnya aku." Lagi-lagi, Camilla kembali merutuki kebodohannya sendiri.

"Hahaha, kenakan saja kacamata milik-ku." Tiba-tiba saja, Louis melepas kacamata miliknya dann memasangkannya pada Camilla.

Hey, ini seperti deja vu, gumam Camilla dalam hati.

"Bagaimana denganmu? apa kau bisa melihat tanpa kacamata?" Tanya Camilla seraya membenarkan letak kacamata milik Louis, yang kini berada pada kedua mata miliknya.

"Setidaknya, kerusakan pada mataku tidak separah kerusakan matamu, Cam." Camilla yang mendengarnya, langsung menjitak kepala Louis. Dan itu, membuat Louis mengaduh kesakitan.

"Sialan kau, Cam." Umpat Louis sambil memegangi kepalanya yang kesakitan.

"Itu salahmu sendiri, Lou." Louis hanya memutar kedua bola matanya. Tidak, Louis sama sekali tidak marah kepada Camilla. Ia hanya ingin membuat Camilla kesal agar, Ia dapat melihat wajah merah padam milik gadis itu.

Entahlah, mungkin Louis menyukai Camilla. Seperti, Camilla menyukai Louis.

"Oh ya, jangan lupa untuk menemaniku sepulang sekolah nanti." Ucap Louis sebelum benar-benar pergi meninggalkan Camilla.

Camilla pun menganggukan kepalanya, walaupun Ia masih merasa sedikit kesal kepada Louis.

Oh, dan satu lagi. Sebuah kecupan dari Louis mendarat tepat pada pipi kiri Camilla. Dan hal itu, membuat Camilla sedikit tersentak. Namun, beberapa detik kemudian, gadis itu tersenyum. Sambil, berusaha menyembunyikan semburat merah pada kedua pipinya.

Soft kisses on the cheek.

**

Camilla's pov

Glasses ♡ l.tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang