bab 9 rvs

34 7 0
                                    

Aruni kini berada di kelasnya. Tak ada satupun yang ia ajak berbicara seusai dirinya bertemu Raya, dalam hatinya ia menahan luka yang luar biasa.

Tak pernah ia terpikirkan akan begini akhir dari semuanya. Terlalu susah untuk di terima.

Arunika kemudian tersadar akan lamunan nya saat suara bel terdengar tanpa pelajaran akan segera di mulai.

Ia menjalankan kewajiban nya di kelas dengan baik, memperhatikan guru, dan menjawab bila pertanyaan terlempar untuknya.

Hingga suara bel istirahat pun tiba. Arunika kembali menghela nafas setelah berulang kali melakukan hal sama. Ia bosan, bingung ingin melakukan hal apa.

Baru dia menatap jam tangan berwarna navy miliknya, Ia teringat suatu hal. Dengan cepat Arunika mengeluarkan satu kertas kosong yang ia sobek dari buku bagian tengah.

..... oOo.....

Langkah Aruni melemah saat merasakan pening di kepala nya tiba tiba mendera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah Aruni melemah saat merasakan pening di kepala nya tiba tiba mendera. Sakit... Sangat sakit, ia tak bisa menahan nya.

Ia memilih pasrah lalu menjatuhkan tubuh lemahnya di jalanan sepi ini. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan kini dirinya belum sampai rumah.

Ia menggeram tak kuat, lalu merasakan cairan keluar dari hidungnya. Ia semakin tak dapat berbuat apa apa, sakit yang mendera membuatnya tak berdaya.

Hingga.... Semuanya gelap

"Kamu udah bangun? ", suara itu samar terdengar saat Aruni mencoba membuka mata nya yang masih terasa susah untuk di buka.

" Sshhh", ringis Aruni memegang kepalanya.

"Ada yang sakit?", tanya nya setelah memencet bel memanggil bantuan petugas rumah sakit.

" Sakittt", lirih Aruni.

"Tolong dok", suara itu terdengar saat langkah kaki terdengar masuk.

Arunika merasakan beberapa sentuhan, bahkan suara alat pun kontras terdengar di telinganya, bau obat menyeruak membuatnya mual merasa ingin segera pergi dari sini.

" Sebelah mana yang sakit? ", tanya seseorang membuat netra Aruni terfokus lalu melihat jelas sosok berbaju putih yang kini tepat ada di depan nya.

" Pusing", lirih Aruni jujur.

Dokter itu tersenyum lalu memilih keluar dari ruangan itu.

Aruni bertanya tanya siapa yang membawa nya kemari, siapa seseorang yang menemukan nya tergeletak di jalanan sepi itu.

Ia sempat mendengar suaranya, suara yang tak dia kenal. Mungkin seseorang yang tengah berkendara di sekitar sana yang membawa nya sampai kemari.

Aruni sedikit tersetak kaget saat mendapati seseorang ada di sampingnya. "Gimana keadaan kamu? ", tanya seseorang itu yang kini menatap Aruni lembut.

Wanita paru baya seusia ibunya berdiri dengan senyum lembut ke arahnya, hatinya sedikit menghangat akan tatapan peduli itu.

" T...tante siapa? ", tanya Arunika sedikit parau.

" Kenalin, nama tante Herlin, tante lihat kamu tiba tiba ambruk gitu aja pas tante lewat di jalan situ. Maaf gak hubungin keluarga kamu, tante gak nemuin HP kamu", jawab nya masih terus menatap Aruni dengan pandangan yang sulit di jelaskan.

"Maaf tante, HP Arun kayaknya ketinggal di kelas, makasih banyak ya tante udah bawa Arun, Arun gatau lagi kalau gaada tante, masalah biaya Arun bakal pake uang tabungan Arun", ujar Aruni tulus dengan mata sedikit

" Biar biaya tante yang bayar", ujar wanita itu tiba tiba membuat Arunika mengernyitkan dahi nya tak paham.

"Tapi tante, kan.. "

"Sttt, udah, kamu istirahat ya, Arun", ujar wanita itu lembut lalu mengelus surai panjang milik Aruni.

'Tante gak tau hidup bagaimana yang Arun jalani, tapi tante tau, pasti semua terasa berat buat anak seusia Arun", gumam Herlin sebelum memilih keluar dari kamar itu.

ARUNIKA fdrfzaa |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang