bab 3 rvs

43 7 0
                                    

"Bisa nggak sih? Aku minta Tuhan buat kembaliin masa kecil aku?, bisa gak sih aku minta Tuhan buat hadirin kalian di sini? Tetap di sini? " _arunika

.....

Dunia indahku hilang di telan bumi yang mengaung hebat dengan gelegar keras yang membuat semua orang merasa takut.

Hujan kencang dan sambaran petir seakan kalah dengan suara keras dari luar pintu.

Ributnya membuat ku menutup rapat rapat hati yang kini di penuhi ketakutan. Tak ada yang menemani di sini.

Hingga saat suara ribut itu terhenti, ia kehilangan semuanya, seakan hidupnya di ambil alih oleh masa, menghilang di bawa kabut yang datang di pagi hari.

...

...

...

"Arghh", teriak keras seorang gadis yang agak nya baru terbangun dari tidur. Tubuhnya bergetar ketakut.

Kenapa mimpi itu datang lagi?, batinnya merasa tak tenang. Ia memegang kepalanya yang berdengung, tangisannya keluar tanpa di minta. Trauma nya kembali datang membuka luka lama.

Broken home? Apa yang kalian pikirkan dari kata itu?.

Mungkin bagi sebagian orang perceraian adalah solusi dari sebuah masalah dalam rumah tangga, namun pernah gak sih kalian pikir? Korban dari perceraian itu gak cuma hati kedua pasang manusia, tapi ada anak yang mereka punya. Tak salah bila seorang anak korban broken home akan bermasalah dengan kesehatan mental nya.

Begitu dengan Arunika, ia trauma akan pertengkaran hebat antara kedua orang tuanya. Pertengkaran yang menghasilkan perpisahan antara orang tuanya.

Malam di mana pertengkaran itu, dirinya sendiri di dalam kamar, mendengar dengan jelas barang barang terlempar dan teriakan histeris dari ibunya.

Aruni yang masih sangat belia hanya diam di kamar dengan perasaan terluka, anak mana yang tak histeris mendengar kedua orang tuanya bertengkar hebat? Anak mana yang tak menangis mendengar kalimat perpisahan antara keduanya?.

Tak pernahkah mereka berpikir keberadaanya, itu pikir Aruni. Dirinya masih butuh kedua orang itu untuk bertumpu, dirinya masih terlalu belum siap hidup sendiri.

Ah namun apa daya? Pada akhirnya dia tetap sendiri, berada di rumah itu. Saat kedua orang tuanya hidup dengan orang baru dan anak masing masing. Tidak ada kah yang mau membawanya? Sekedar mempedulikan perasaan?.

Rasanya Aruni ingin menangis saat mengingat nya. Bahkan kejadian itu masih membekas dan lantas kerap hadir di antara mimpi buruknya.

....

Karena mimpi nya semalam, kini Aruni memilih tidak berangkat ke sekolah dan diam di rumah dengan ibuk yang membuatkan bubur untuk nya.

"Non kenapa sih?, tiba tiba panas gini, padahal semalem masih baik baik aja ", ujar ibuk dengan tulus, matanya menyorot kesedihan.

" Semalem mimpi lagi buk", gumam Aruni parau.

Tatapan ibuk meredup, tak ayal hatinya bergemuruh. Tentu ia tau apa yang di alami anak dari majikan nya ini. Ah dia terkadang ingin menangis memikirkan anak yang sudah di anggap anaknya sendiri.

"Gausah terlalu di pikirin ya Non, gak baik buat kesehatan", ujar ibuk mengelus lembut rambut Aruni.

" Aku kangen mereka buk, kenapa mereka gaada yang mau jenguk aku? Sebentar aja gitu, aku kadang mikir, apa mereka lupa punya anak aku ya bik? ", ujar Aruni membuat batin ibuk semakin teriris.

" Non yang sabar, ibuk tau, ibuk tau apa yang Non rasakan, jangan sedih, masih ada ibuk di sini", lirih ibuk dengan air mata yang kini mulai turun melewati pipinya membentuk sungai kecil.

"Ibuk kenapa nangis?, aku gak papa kok, ya ampun maaf ibuk, Arun ga bermaksud begitu", ujar Aruni saat melihat ibuk yang mulai berlinang air mata.

Selalu saja begitu, Aruni tak mau melihat orang yang ia sayang mengeluarkan air mata. Cukup dirinya yang terluka, jangan ada orang lain terluka karena nya.

Momen haru itu terganggu saat telpon genggam Aruni berbunyi, Aruni segera mengambil handphone nya lalu mengangkat panggilan itu.

"Halo? "

"Iya hehe"

"Nggak kenapa napa kok, cuma masuk angin"

"Iya rayaaaa"

"Iya makasih "

"Papayy"

Ah rupa nya sang teman, Raya menelponnya. Mungkin karena dirinya tak menganggu manusia itu di perpus. Eh tapi dirinya lupa bertanya Raya tau dari mana dirinya sakit?.

Ah tak terlalu memperdulikan hal itu ia mengaku ingin istirahat lalu meminta ibuk untuk keluar, karena rupanya ibuk juga akan keluar mengunjungi salah satu kerabatnya.

Ibuk awalnya ingin membatalkan rencana berkunjung ke rumah salah satu temannya, namun aruni dengan sedikit memaksa mempersilahkan dirinya untuk pergi, katanya sih mau istirahat.

Ah akhirnya Aruni sendirian di rumah ini, kembali sepi, ah tidak selalu sepi. Tak ada satu manusia pun di dalam nya hanya seekor kucing peliharaan Aruni yang menemani.

Namanya Cimi, kucing putih berbulu lebat dan mata bulat milik Aruni. Lucu, imut, menggemaskan, tiga predikat tersemat untuk kucing berjenis anggora itu.

"Sini cimi", ujar Aruni gemas saat melihat kucing kesayangannya berguling guling di atas karpet bulu yang senada dengan warna bulu kucing itu.

Meongan kucing itu terdengar menggemaskan sebelum hewan berbulu itu melangkah dan melompat ke ranjang yang di tiduri Aruni.

Aruni tertawa kecil melihat pergerakan Cimi, kucing nya ini mana pernah tidak lucu. Walau tingkah nya kadang menyebalkan, xixi.

"Aku sakit loh Cim", adu Arun pada Cimi yang kini mengibas ekornya dengan wajah menghadap ke arah Aruni.

Seakan paham dengan apa yang Aruni ucapkan, Cimi mendekat lalu tidur di pelukan Aruni. Aruni kembali tertawa kecil.

"Lucu banget sihhh", gumam Aruni saat melihat kucing gembul itu tertidur di pelukannya.

Lalu Aruni pun ikut tertidur....

ARUNIKA fdrfzaa |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang