bab 22 rvs

29 5 0
                                    

Deg

Arunika merasa jantung nya berpacu lebih cepat, matanya berkaca kaca menatap sosok Herlin.

"Tante boong ya? Gamungkin tante kenal sama Genta", Aruni kini tertawa kecil.

" Dia anak tante, maaf... ", Herlin menatap sendu Arunika yang terpaku.

" Kamu mau kan ketemu sama Genta? ", lanjutnya lirih.

Aruni terdiam lama, mencoba mencerna apa yang kini terjadi, kembali sebuah kenyataan membuat setengah jiwa nya hampir keluar dari raganya.

" Tapi Genta udah punya pacar tante, hehe, gausah aneh aneh deh, ntar Aruni di labrak gimana", Aruni mencoba menyelipkan candaan di kalimatnya.

" Tante mohon Aruni "

....

"Maaf... ", suara itu terdengar di saat keduanya setia dengan diam.

Jantung Aruni berdetak lebih cepat, masih sama menyiratkan perasaan lebih untuk sosok di sampingnya, tak berubah dan akan tetap seperti itu.

" Untuk? ", Aruni mencoba menyembunyikan gugup nya.

" Buat semuanya, maaf Arunika, maaf", kalimat penuh penyesalan itu terdengar di indra pendengaran Arunika.

"Gaada yang perlu di maafin Genta", ujarnya dengan senyum tulus.

"Kenapa? "

"Kamu ga salah", lirih Aruni menatap mata Genta yang kini nampak sayu tak seperti biasanya.

Muka nya juga terlihat sedikit pucat, ah kenapa ada kantung mata di mata indah itu, ah tidak apa Genta menangis, batin Aruni menatap khawatir ke arah Genta.

Genta kembali menundukkan kepala, sepertinya akan susah untuk mendapatkan kata maaf dari sosok di depan nya.

Skip.

Kasus terkait penusukan itu kini telah selesai dengan tuntas, tak ada lagi dugaan dugaan yang menyatakan Renata sebagai pelaku. Arunika dengan mulutnya sendiri sudah menceritakan apa yang terjadi.

Arunika menatap sayu ke arah Renata yang kini juga menatapnya dengan tatapan penuh luka, mungkin dirinya harus tau bahwa gadis itu tersiksa karena dirinya.

"Maaf Renata", kalimat itu terdengar sebelum Aruni memilih keluar dari ruangan kepolisian di bantu Raya, ia masih menggunakan kursi roda. Bahkan sebetulnya pihak rumah sakit melarang Aruni untuk datang langsung ke tempat sidang, namun entah ada apa, Aruni kekeh ingin segera menuntaskan salah paham ini.

Arunika masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Gadis itu.... Vita namanya, sosok teman bagi Renata, yang dengan tega nya menusuk dari belakang teman nya sendiri.

Bahkan mengambing hitamkan sosok teman untuk hal pribadi nya. Ah benar tidak semua teman hadir dengan ketulusan.

"Gw masih ga nyangka", gumam Raya.

"Gw takut kalo setelah ini ada orang kaya Vita dateng ke hidup lo", tiba tiba Aruni berucap.

" Iya sih, padahal gw pikir dia anak nya baik, tapi ternyata gitu ", ujar Raya.

" Oh iya Raya, lo harus inget pesen gw, Tentang cinta, lo harus punya setidaknya satu orang yang bisa jadi rumah buat lo", ucap Arunika tiba tiba.

"Kan gw ada lo Run"

"Selain gw Raya, ntar kalo gw pergi ninggal lo, masa iya lo sendirian", Arunika menatap Raya dengan senyum indah di wajah nya.

" Kenapa bilang gitu? Lo mau ninggalin gw? Tega banget ya lo Run, udah kmrn tidur ga bangun bangun, sekarang bahasa nya seakan mau pergi", sinis Raya menatap kesal ke arah Arunika.

Entah mengapa Raya akhir akhir ini terlihat tidak kaku, ucapan katanya pun tak seperti biasa, dia lebih banyak bicara.

"Kan kita gatau Raya", lagi Aruni berucap demikian.

" Pada bahas apa nih", seseorang datang lalu segera mendekat.

"Dih baru nongol lo? Kemana aja? ", sinis Raya, pada sosok Aisya yang baru saja datang.

" Heh gw sering ya jenguk Arunika, cuma kemarin we sibuk mikirin PR banyak banget, baru dapet kabar kemarin kalo Aruni udah bangun, ini pun gw dari rumah sakit langsung ke sini tau Aruni gaada", jelas Ais panjang lebar.

ARUNIKA fdrfzaa |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang