bab 11 rvs

40 8 0
                                    

Melihatmu dari jauh tanpa berniat untuk mengganggumu dan nonamu adalah cara terbaik untukku menganggumi sosokmu _ Arunika

.....oOo.....

Langit gelap seakan paham dengan suasana hati Arun hari ini, langkahnya masih setia pelan, tanpa memperdulikan hujan yang kemungkinan sebentar lagi datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit gelap seakan paham dengan suasana hati Arun hari ini, langkahnya masih setia pelan, tanpa memperdulikan hujan yang kemungkinan sebentar lagi datang.

Arunika sesekali menggumam, meratapi kejadian singkat hari ini yang mampu memperjelas luka di hati kecilnya.

"Kalau Genta udah ada cewek yang dia suka, apa iya gw harus mundur buat dapetin Genta", gumam nya lirih.

" Gw yakin gw ga bakal sekuat itu buat ikhlas ", lanjutnya.

" Tapi merusak kebahagian sesama perempuan juga perbuatan yang sangat sangat gak baik, eh tapi kan gw duluan yang ngejar Genta ", ia mulai berargumen dengan dirinya sendiri.

" Tapi kan dia yang menang pada akhirnya", lanjut Aruni lesu. Tidak Arunika, kamu sudah kalah sejak awal.

..... oOo.....

Usai mengganti seragam nya, Aruni memilih keluar dari rumah, ia bosan dan suntuk terus berada rumah itu. Sudah kosong, sepi pula. Eh kalo kosong trus rame serem juga.

Aruni memilih pergi ke salah satu taman di pusat kota. Ia berjalan dari rumah sesekali menghirup asap kendaraan yang menciptakan polusi.

Walau begitu Aruni tetap menikmati sore yang ia anggap sedikit indah di hari itu, walau jauh dalam hatinya kini tengah terluka parah.

Aruni masih mencoba tersenyum, walau semesta menciptakan cobaan yang kadang membuatnya ingin pasrah.

Hingga tak sengaja matanya melihat suatu hal. Jantungnya berpacu cepat, ia menghentikan langkahnya menatap keluarga kecil yang kini tengah bersantai di salah satu tempat makan yang cukup ramai.

Tawa mereka terdengar, sesekali candaan terselip di antaranya. Arunika terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memilih segera meninggalkan tempat itu.

Papa nya di sana..., tapi dengan kebahagian barunya. Tanpa Aruni dan mama nya. Waktu mengubah segalanya. Aruni hanya bisa tersenyum kecut.

Perasaan nya bergemuruh, menatap bagaimana ayah kandungnya kini tengah berbahagia dengan anak barunya.

Aruni selalu merindukan kehadiran sosok bapak yang sekarang tak lagi ada di sampingnya. Entah apa maksud dunia membiarkan nya hidup sendiri.

Ingin rasanya Aruni datang ke sana, menyapa keluarga bahagia itu, lalu bergabung dan meminta untuk di akui sebagai anak papa nya.

Namun tentu hal itu tidak akan mungkin pernah terjadi, satu hal yang Aruni ketahui, semenjak keduanya tak lagi bersama, Arunika sudah bukan siapa siapa lagi.

Mengingat perceraian orang tua nya, Arunika hanya bisa kembali tersenyum masam. Ia ingin protes, namun semua sudah terlalu jauh.

Bahkan manusia yang dia anggap ayah pun tak pernah peduli dengan bagaimana keadaan nya setelah perpisahan.

Arunika masih terus melangkahkan kakinya, menuju tempat di mana dia bisa sendiri, ia memilih tempat sepi yang berada di pojok taman kota, ia terduduk di sana.

Tak ada teman, sepi, semua terasa menakutkan bagi Aruni, namun agaknya semesta sedang memberinya ujian agar dapat melawan rasa takutnya.

Setelah perceraian orang tuanya, Aruni merasa bahwa bersosialisasi dan mencari teman sangat melelahkan, bahkan hingga kini teman satu satunya yang ia punya hanya Raya, sesekali Ais akan menanyakan kabarnya.

"Woyy", teriak seseorang mengalihkan atensi Aruni. Segera dirinya menatap siapa gerangan manusia yang memanggilnya.

" Ngapain di sini", lanjutnya.

Arunika tertegun sejenak lalu segera tersenyum manis. Ia berdiri dari duduknya lalu segera memeluk sosok di depan nya.

"Aisss", akhirnya rindu ini tersampaikan, batin Aruni.

" Tch, lo gw chat seleb ya sekarang, sok sibuk banget", kesal Ais menatap jengkel ke arah Aruni.

"Ya gimana, gw kan sekarang emang jarang pegang HP", jawab Aruni lalu terkekeh pelan.

Ais mencebikkan bibirnya kesal mendengar jawaban Arunika.

" We padahal kangen main bareng kalian, mana Raya ga sembuh penyakit sok kul nya", dengus Ais, tawa Arunika sebagai balas nya.

"Eh iya Run, lo masih suka sama ga... Em... Siapa sih ga... Siapa Run itu yang dulu ketemu di SMP", tanya Ais tiba tiba.

" Genta?, masih kok, dikit... ", jawab Arunika masih dengan senyum nya.

" Lagian lo ga move on move on, mendingan move on Arun. kata Raya, tuh orang brengsek", Ais setengah berteriak dengan argumen yang menggebu gebu.

"Iya..., ini juga lagi proses", ujar Arunika walau dalam hatinya masih ragu.

ARUNIKA fdrfzaa |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang