10

571 27 3
                                    

Rumah dengan kesan mewah yg dihuni oleh para pemuda banyak drama itu tak pernah sepi dari yg namanya teriakan,akan ada saja hal yg diributkan.Tidak sulung tidak bungsu semuanya berteriak.

Namun kali ini ada yg sedikit berbeda tak biasanya Fajri Samudra hanya diam saja mendengarkan teriakan para saudaranya,padahal biasanya ia akan menjadi tokoh utama yg menimbulkan teriakan.

Semua saudaranya tentu merasa heran,tapi mereka tak yakin untuk menanyakannya,
karena muka Fajri yg terlihat datar membuat saudaranya ragu untuk bertanya.
Dengan keyakinannya Shandy selaku anak kedua dari 8 bersaudara itu memberanikan diri untuk bertanya kepada Fajri.

Saat ini Fajri sedang duduk dikursi yg ada diruang keluarga,sebagian saudaranya juga ada disitu tapi dia hanya diam saja

"Aji...."panggil Shandy ketika menghampiri Fajri

"iya bang kenapa"tanya Fajri yg merebahkan kepalanya disandaran kursi,ia terlalu malas untuk mengangkat kepalanya.

"harusnya abang yg nanya,Aji kenapa kok dari tadi diem mulu,padahal biasanya juga paling semangat kalau becandaan"tanya Shandy

"ngga papa"

"Aji ada masalah,atau Aji marah sama kita"tanyanya dengan hati hati karena Shandy takut jika menyinggung perasaan Fajri

"ngga kok Aji gpp,Aji ngga ada masalah Aji juga ngga marah sama kalian"jawabnya dengan pelan

"trus kenapa Aji dari tadi diem aja,yg lainnya jadi bingung soalnya Aji diem mulu dari tadi apalagi mukanya datar bgt,
nyeremin tau Ji"tanya Shandy sedikit bercanda tapi malah dimasukin kehati sama Fajri

"emm maafin Aji,Aji ngga bermaksud kayak gitu,Aji cuma lagi sariawan aja makanya diem,soalnya kalau buat ngomong sakit"

"ck aelah ngomong dong daritadi,kita udah panik ternyata cuma sariawan"ucap Fiki yg daritadi mendengarkan Shandy yg mengobrol dengan Fajri

"ihh kan aku udah bilang,kalau buat ngomong sakit makanya aku diem"jawab Fajri kesal

"ya tapi mukanya jangan kayak gitu dong"

"ya emang muka aku kayak gini masa ngga boleh,"

"shuttt udah udah ribut mulu ,Fiki udah dong kasian ini Ajinya ngomongnya susah"kata Shandy yg sudah kesal dengan kedua adiknya,tau gitu tadi tidak usah bertanya kalau malah jadi berisik seperti ini.

-

Makan malam akan berlangsung sebentar lagi tapi Fajri tetap saja diam membuat saudaranya yg belum tau kalau dia sedang sariawan menatapnya dengan heran.Sedangkan yg ditatap hanya menatap makanan dihadapanya dengan malas.

"Jii kenapa sih diem mulu dari tadi,ngga suka sama makananya"tanya Fenly yg ada disebelahnya

"hm"

"lagi sariawan dia,makannya mukanya jadi sepet kaya gitu"jawab Fiki sambil mengambil nasi

"Fiki muka aku tuh emang kaya gini"kesal Fajri yg terus dikatain oleh Fiki

"Fiki udah lah jail mulu"lerai Shandy yg sudah jengah dengan kelakuan Fiki yg selalu menjaili saudaranya.

"ck iya iya gue diem"

-

Kejadian sariawan itu sudah berlalu dua minggu yg lalu,saat ini Fajri,Zweitson dan Fiki akan menjalani ujian tengah semester.Mungkin bagi Zweitson dan Fajri itu tidak terlalu memusingkan tapi berbeda dengan Fiki yg merasa kalau ia harus bekerja dengan sangat keras.

Bukan karena ia bodoh,dia juga pintar sebenarnya tapi teman temannya jauh lebih pintar darinya.Fiki berusaha agar bisa masuk 3 besar karena biasanya ia hanya mampu masuk 5 besar,walaupun itu sudah bagus sih,tapi ia merasa ia harus bisa berqda diperingkat minimal 3.

Sedangkan Fajri dan Zweitson juga tak kalah semangatnya belajar,karena mereka sudah kelas 12 dan sebentar lagi akan masuk kebangku perkuliahan.Untuk Zweitson mungkin tak perlu begitu khawatir karena ia selalu mendapat peringkat 1 dan juga ia sudah mendapat beasiswa diuniversitas ternama dikotanya.

Fajri juga sebenarnya pintar namun tidak seberuntung Zweitson yg sudah mendapat beasiswa disalah satu universitas.Saat ini mereka sedang belajar bersama diruang kelaurga,dirumah itu hanya ada mereka bertiga karena abang abangnya mempunyai urusan masing masing.

"Son Fik,aku bisa ngga ya masuk univ negri"tanya Fajri pada kedua adiknya

"bisa lah,emang kenapa kan lo juga pinter,walaupun nanti ngga masuk pun diswasta juga gpp,lagian sama aja dinegri apa swasta kan yg penting ilmunya"jawab Fiki yg tetap serius mengerjakan soal yg ada dihadapannya

"bukan gitu,kan besok aku sama Soni kan bareng masuknya,trus nanti biayanya gimana kan kalau dinegri agak ringan"Fajri tidak sadar bahwa keluarganya sangat kaya.

"lo lupa kan gue udah dapet beasiswa penuh,jadi ngga usah mikirin biaya gue,satu lagi emang lo lupa kan keluarga kita kaya ngga mungkin uangnya habis cuma buat biayain kita kuliah"sombong Zweitson.

Tapi perkataan Zweitson itu tidak ia dengarkan karena saat disekolah Fajri pernah mendengar beberapa temanya membicarakan dirinya yg tak sepintar Zweitson,mereka bilang jika mungkin saja nilainya selama ini hanya hasil menyontek tugas Zweitson.

Fajri merasa tidak terima,akhirnya ia berusaha untuk mendapatkan nilai yg lebih tinggi dari Zweitson,ia selalu belajar sampai tak kenal waktu bukannya ia ingin menyaingi Zweitson tapi karena hanya ingin membuktikan jika ia juga bisa mendapatkan nilai yg tinggi dengan usahanya sendiri.

Mungkin awal awal Fajri masih sedikit santai tapi menjelang persiapan ujian Fajri bahkan tak pernah keluar kamar,yg selalu ia lakukan hanya belajar dan belajar,dan kebetulan semua saudaranya juga sedang sibuk dengan urusan mereka masing masing.

Sering kali Fajri mimisan karena terlalu memforsir tubuhnya,ia sering belajar sampai tengah malam padahal disekolah ia juga sudah mengikuti les sampai pukul 5 sore.Tapi ia selalu merasa kurang dengan waktu belajarnya,bahkan ia juga memasang alarm pada pukul 3 pagi untuk kembali belajar.

Kadang Zweitson merasa heran karena kantung mata Fajri terlalu hitam,ia yg juga belajar untuk kelulusan pun tidak sampai menimbulkan kantung mata yg menghitam tapi kenapa Fajri sangat terlihat.Apalagi saat dirumah ia juga jarang melihat Fajri keluar kamar,saudaranya yg lain juga merasa heran dengan tingkah laku Fajri.

Mereka tidak tau apa yg dilakukan Fajri dikamarnya,karena Fenly yg satu kamar dengan Fajri sedang mengikuti kkn selama 1 bulan.

Hal itu terjadi sampai ujian kelulusan dilaksanakan,puncaknya yaitu hari terakhir dimana mata pelajaran yg paling ia tidak bisa,Fisika,ia belajar sampai adzan subuh berkumandang ia bahkan tidak memejamkan matanya barang sebentar saja.

Pada saat mengerjakan soal terakhir Fajri sudah merasakan pusing yg luar biasa dan juga tiba tiba darah keluar dari salah satu hidungnya untung saja ia selalu membawa tisu kemana mana dan juga mimisan kali ini tidak terlalu banyak jadi ia bisa mengatasinya.

-

Saat ini Fajri sedang berada dikamarnya,ia tidak lagi belajar karena uijan sudah berkahir,akhirnya ia bisa mengistirahatkan tubuhnya tapi ketika melewati cermin ia merasa heran dengan bentuk tubuhnya ia terlihat kurus dengan kantung mata yg semakin menghitam,ia juga ingat ia semakin sering mengalami mimisan.

Mungkin saja itu karena kelelahan pikirnya.Karena merasa lapar akhirnya ia keluar kamar,tapi saat menginjak tangga terkahir ia merasa dunianya berputar dan tak lama semuanya gelap

"Ajiiiiiii"












hai guys maafin nih lama up nya,kehabisan ide soalnya wkwk,maafin juga kalau kurang nge feel

Ajiiiii (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang