EPS 1 FIRST DAY

30 4 0
                                        

Hari itu, adalah hari pertama Ayra masuk di sekolah barunya, SMK Bakti Jaya. Untung saja, ia masuk di awal semester pada semester dua, jadi untuk pelajaranpun tidak ada ketertinggalan. Hari itu, hari pertama pula bagi Ayra bertemu dengan seorang pria yang tanpa Ayra duga sebelumnya dapat berdampak besar di kehidupannya. Siapa yang menyangka kalau Ayra dipertemukan dengan seorang pria aneh yang memiliki perangai acak yang dapat berubah sewaktu-waktu. Ayra tak menduga sebelumnya kalau pria satu ini bisa menjadi salah satu bagian terbaik di dalam beberapa episode ceritanya.

Pria tersebut bernama Fatur Dirandra, tokoh paling berkesan dengan sejuta perangai yang tidak bisa didefinisikan jika hanya dengan tulisan sederhana. Namun, apa daya Ayra yang tak cukup untuk hal yang lebih daripada itu.

Kala itu, di jam istirahat Ayra tersenyum puas karena setelah lama mengantri, akhirnya ia bisa berduduk santai menyantap es batu yang telah ia pesan sedari tadi. Hari ini, adalah hari yang sedikit payah bagi Ayra, yang hanya seorang murid baru yang sama sekali belum sepenuhnya mengenal orang dan tempat-tempat di sekolah barunya ini. Maka dari itu ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di koridor kelasnya, sebenarnya ia sedikit malu dan tak percaya diri karena banyaknya orang berlalu lalang, tapi apa pedulinya.

Ayra fokus pada ponselnya dengan tetap menyantap es batu di tangannya. Ayra merasa kursi panjang yang ia duduki sedikit berderit pertanda ada seseorang ikut duduk di sebelahnya. Ayra menoleh, ternyata memang benar, ada seorang murid laki-laki yang duduk disebelahnya. Sedari awal,  Ayra tak ingin memperdulikannya, namun laki-laki tersebut sedikit berdehem membuat Ayra dengan ragu-ragu menoleh, entah apa maksud dari laki-laki tersebut terus memperhatikan wajah Ayra membuat Ayra sedikit malu, apakah ada yang salah dengan dirinya?

" Umm, es batu kak?" Ayra yang memberanikan diri, dengan polosnya menawarkan es batu yang tengah disantapnya.

" Apa ayanggg?" dengan santainya laki-laki tersebut berkata demikian, namun bertolak belakang dengan Ayra yang justru terkejut.

" Hehh!! Mabuk lo yaa?" Tanya Ayra dengan nada kagetnya yang lumayan tinggi. Karena refleks, laki-laki tersebut membekam mulut Ayra dengan tangan kanannya.

" Enak aja lo kalo ngomong sekata-kata," sarkas laki-laki tersebut.

" Hueee, lepasin. Tangan lo bau bawang," ucap Ayra dengan nada yang masih kedengaran walau mulutnya tertutup penuh oleh tangan laki-laki tersebut.

" Bocil kematian kayak lu emang suka sekata-kata ya, kalo ngomong." Ungkap laki-laki tersebut sedikit geram.

" Ya abisnya, lo ngapa kagak kenal main ayang-ayangan aja," jelas Ayra.

" Bacot lo, kayak tau aja ayang apaan?" tanya laki-laki yang duduk disebelahnya tersebut.

" Nyenyenye, apaan? Kuyang?" cicit Ayra.

Laki-laki tersebut menjawab setelahnya, " Nah, benar. Anak kuyang," sembari menunjuk halus ke arah Ayra.

" Lo yaaa?" ucap Azza.

" Kamuu ayang," balas laki-laki tersebut.

" Dihh, apaan si lo sokab banget," malas Ayra.

" Lo tuh sok asik," balas pria tersebut tak mau kalah.

Ayra yang tak mau memperpanjang urusanpun akhirnya memilih untuk meninggalkan laki-laki tersebut, " Terserah lo, yang waras ngalah aja."

Laki-laki tersebut tetap tidak beranjak dari kursi tersebut, membuat Ayra kembali menoleh dan melayangkan tatapan sinisnya.

" Apaan?" tanya laki-laki tersebut.

" Manusia!" Ayra.

F  A  T  U   R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang