01. Chalandra

88 11 9
                                    

"selalu ada angan palsu, mungkin amarahku terlalu bisu."
- Chalandra .E

•🦋•

Di taman belakang sekolah, di kursi dekat pohon pinus. Chala duduk sembari menganggukkan kepalanya, menikmati musik yang mengalun di kedua telinganya. Menunggu bukanlah hal yang disukai Chala.

Tak lama kemudian, sosok lelaki jangkung mengenakan baju yang berbeda dengannya. Baju kemeja dengan almamater birunya khas siswa unggulan.

"Lo telat 30 menit."

"Sorry sayang, tadi gue ada mapel tambahan," alibinya. Jelas-jelas laki-laki itu berbohong. Chala melihat teman sekelas Xander tadi, tetapi dia sudah pulang sebelum ia datang kesini.

Chala tetap mengangguk. "Ayo putus?"

Xander menatap tak percaya kearah Chala. Rahangnya mengeras menandakan bahwa ia tidak suka dengan kata-kata yang Chala keluarkan. "Lo bilang apa? Lo bercanda?!"

"Gue selalu serius Der, gue selalu serius! Bukannya lo yang gak serius sama gue?" tanya Chala, matanya berkaca-kaca.

"Kurang serius apa lagi?"

"Reysa!" tekan Chala.

"Dia cuman temen, lo salah paham!"

"Temen? Lo cium dia kemarin, bangsat!" ucap Chala menatap tajam Xander yang terkejut ditempatnya. "Masih bisa lo bilang dia temen? Jadi, ini alasan lo pengen hubungan kita backstreet?"

"Cih, lawak lo." Chala berdecih, menghadapi manusia brengsek dihadapannya sekarang.

Kecewa.

"JAWAB XANDER, GUE INI SIAPA LO, HAH?!"

Chala memukul dada cowok itu, air matanya terbuang sia-sia hanya menangisi lelaki brengsek yang sayangnya adalah pacarnya.

"Gue suka Reysa."kata-kata itu keluar dari mulut Xander begitu saja. Membuat hati Chala tersayat kembali. "Tapi gue juga suka lo."

"Dasar penjahat, putusin gue sekarang! gue gamau punya pacar brengsek kayak lo!" Tangannya menunjuk ke arah Xander, dia lelaki itu. Tenggorokannya sakit karena berteriak.

Xander membawa Chala kedalam pelukannya, meskipun gadis itu terus meronta. Ia tak mau di peluk olehnya, tak rela sekali.

"Lepasin gue, lepasin!" Chala tak mau diam, sedangkan Xander tak mau melepaskannya. Dirinya mencengkram bahu Chala.

"Gue gak akan lepasin lo, gak akan!"

"Lo jahat, lo brengsek!" umpat Chala. Ia mendorong dada Xander agar menjauh, akhirnya pelukan itu terlepas.

"Pergi lo, pergi!"

"Gue pergi, tapi gue gak mau putus." Xander pergi dari sana, meninggalkan luka bagi Chala. Tubuh lelaki itu menghilang dibalik bangunan tinggi sekolah.

Chala menangis.

Jika diibaratkan kayu, hatinya seperti kayu yang sudah rapuh di makan rayap. Dan jika diibaratkan lautan, hati Chala tenggelam di dasar laut yang paling dalam. Hanya orang tertentu yang bisa membawanya kembali ke daratan.

Aku Hanya Luka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang