Ep. 06 Little Star (ChanJin)

691 19 0
                                    

Seorang laki-laki berambut panjang terlihat menatap laki-laki yang baru saja keluar dari mobilnya. Dia dengan segera berbalik dan mengambil gelas karton, lalu mengisinya dengan iced americano yang memang sudah dipersiapkannya, mengambil dua buah croffle dari etalase, memasukkannya ke dalam kertas pembungkus roti dan berdiri tegap tepat saat si laki-laki berkemeja putih tiba di hadapannya.

"1 iced americano dan dua croffle ya," ucapnya, menatap ke arah ponselnya, terlihat begitu sibuk dan membayar pesanannya tanpa melihat si pelayan dan pergi. Ya, dia selalu seperti itu, benar-benar terlihat sangat sibuk.

Si kasir masih menatap laki-laki yang kini masuk ke dalam mobilnya dan menghela napasnya saat mobil itu menjauh. Pathetic, sudah enam bulan sejak kedatangan laki-laki itu ke kafenya setiap pagi dan sudah enam bulan juga laki-laki itu tidak pernah menatapnya.

"Lama-lama lo bakal penuhin kafe ini sama karbon dioksida gara-gara terus napas kayak gitu," ucap seorang laki-laki yang baru saja keluar dari dapur, meledek laki-laki manis itu.

"Sam, gue bingung. Bisa-bisanya lo demen sama tu orang. Dia kayaknya rude deh. Segitu sibuknyakah sampe gak bisa angkat kepalanya? Sedetik doang kan bisa," ucap si laki-laki berpipi tembam dengan bibir mengerucut kepada laki-laki yang ternyata bernama Sam.

"Yaaah... Kita mah mana ngerti. Bagi orang kaya setiap detik itu menghasilkan uang dan lebih berharga dari pada natap lawan bicaranya kali. Lagian juga emang apa manfaatnya bagi dia kalo dia natap gue?" ucap Sam, wajahnya sedikit tertekuk karena jujur saja ucapan temannya itu ada benarnya.

"Manfaatnya adalah dia akan jatuh cinta sama lo dan gak akan ada di sini kurang dari lima menit," ucap si laki-laki berpipi tembam itu dan berjalan menuju kasir, menggantikan Sam.

"Gue mau sarapan dulu deh. Gantiin gue dulu ya, Peter," pamit Sam seraya berjalan menuju pintu dapur. Ya, jam 8 pagi, dia tidak boleh telat makan atau maagnya akan kambuh dan akan merusak semuanya. Dan ya, laki-laki yang barusan menasehatinya adalah Peter, sahabatnya.

Malam itu Sam tertegun saat pintu kafe di buka padahal dia sudah memasang papan "CLOSE" di pintu. Dia mengangkat kepalanya dan dilihatnya si laki-laki yang setiap pagi selalu datang untuk membeli sarapan berdiri di balik pintu, menatapnya dengan kikuk.

"Sorry dateng malem-malem. Masih ada makanan gak ya? Gue... cek semua restoran di sekitar sini udah tutup," ucap laki-laki itu, membuat Sam mengerjapkan matanya. Dia menatap jam dinding, jam sebelas malam. Dan memang di lingkungannya tidak ada restoran yang buka dua puluh empat jam.

"Kalo gak ada gapapa, gue akan cari mini market. Thanks," ucap laki-laki itu dan berbalik, tetapi Sam refleks menghentikannya.

"Chef-nim udah pulang dan gue cuma kasir aja di sini. Tapi, kalo masak nasi goreng kimchi gue bisa," ucap Sam, ntah kenapa wajahnya memanas saat mengatakannya, merutuki dirinya karena hanya bisa memasak nasi goreng kimchi.

"Nanti gue kasih bonus telor ceplok dua," ucap Sam lagi dan dia menggigit bibirnya. Rasanya dia ingin Bumi terbelah dan menelannya, dia benar-benar malu.

"Boleh. Makasih ya," ucap laki-laki itu dengan senyuman yang baru pertama kali dilihatnya. Rasanya Sam hampir pingsan saat melihat senyuman laki-laki itu yang ternyata memiliki lengsung pipit di pipi kiri dan kanannya. Sam kemudian mengerjapkan matanya, tersadar saat mendengar suara decit kursi, yang ternyata laki-laki itu sudah duduk di sudut ruangan.

Sam pun bergegas berjalan menuju dapur dan menyiapkan makan malam untuk laki-laki itu. Memastikan bahwa dia tidak salah memasukkan bumbu dapur, tidak memasukkan terlalu banyak garam, dan juga tidak memasukkan terlalu banyak cabai karena dia tidak tau apakah laki-laki itu suka pedas atau tidak. Dan tentunya, dia tidak lupa untuk memberikan dua telor ceplok di atas nasi goreng kimchi buatannya dan merasa sedikit bangga karena kedua telor itu terlihat begitu sempurna.

Taste ⚠️🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang