Sinbi memandang kepergian teman-temannya yang mengendarai kereta kuda menuju ke Istana. Dari sekian banyaknya orang yang bekerja disini, hanya dirinya lah yang tersisa. Ia ingin pergi, namun Hok Ju tidak memberinya kesempatan lagi kali ini. Sangat amat tidak adil baginya, namun Sinbi tidak punya pilihan. Memang ini terdengar tidak masuk akal karena Hok Ju tidak memperbolehkannya pergi dengan alasan agar dirinya menjaga rumah bordil ini. Jika hanya terjadi sekali mungkin tidak masalah, namun setiap kali ada pesta di Istana, hanya dirinya yang tidak diperbolehkan pergi. Apakah dirinya adalah Rapunzel atau semacamnya?
Semua orang pergi selama seminggu ke depan, rumah bordil pun juga tutup. Tidak ada siapapun disini selain dirinya sendiri. Hoseok maupun bartender lainnya juga tidak datang karena tidak ada pengunjung yang memesan minuman.
"Wah, rasanya hanya aku yang tinggal disini," cicit Sinbi mengisi kesunyian saat ini.
Berada di rumah bordil sendirian sudah ia lalui selama bertahun-tahun dan Sinbi tidak pernah menyadari jika dirinya memiliki mingguan istimewa tahunan.
"Tidak ada orang di rumah, jadi aku tidak perlu melakukan apapun juga, kan?" Sinbi terus berceloteh mengisi kesendiriannya. Ini terjadi setiap tahun, tapi Sinbi merasa kali ini ia merasa cepat bosan. Apakah karena ia bertambah umur jadi dirinya cepat merasa bosan jika tidak melakukan apapun?
Lantas Sinbi pun bangkit dari kursinya dan memilih untuk pergi menuju ke balkon. Setidaknya disana ia bisa menghirup udara segar. Semalam ia tidak jadi pergi kesana karena insiden salah satu pengunjung yang tiba-tiba sesak nafas, makanya kali ini ia harus pergi ke balkon.
Dan langkahnya terhenti ketika tiba-tiba ia mendengar suara gaduh dari luar. Padahal sudah jelas ia memasang papan jika rumah bordil sedang tutup dalam waktu beberapa hari ke depan, tapi mengapa ada yang datang?
Sinbi pun kembali ke depan untuk memberitahu orang-orang itu. Padahal ia sudah ingin pergi ke balkon tadi, mengapa ada saja halangannya?
"Permisi Tuan-Tuan, saat ini kami sedang tutup...." Sinbi tidak melanjutkan kalimatnya lagi setelah mengetahui siapa mereka.
"Halo, Sinbi." Taehyung menyapa gadis itu yang sama sekali tidak bergeming ditempatnya. Sepertinya dia masih syok.
"Bagaimana bisa anda disini?" Lalu Sinbi segera memberi hormat pada seseorang yang berdiri tepat di samping Taehyung. "Hormat saya, Yang Mulia."
Ya, Taehyung tidak sendirian. Dia datang bersama Jungkook dan Mingyu. Tiga orang itu memang tidak bisa dipisahkan.
Jungkook yang melihat Sinbi memberi hormat padanya pun tampak memutar bola matanya jengah. "Ternyata kau tahu sopan santun juga," sindirnya. Pria itu sepertinya masih memiliki dendam kesumat pada Sinbi sejak insiden beberapa waktu yang lalu.
Sinbi yang langsung mengerti akan maksud sindiran itu pun langsung bersimpuh memohon ampun. "Yang Mulia, ampuni saya. Saya pantas diberi hukuman."
Hening. Tidak ada yang bersuara sampai akhirnya Sinbi mau tidak mau harus sedikit mengangkat kepalanya memastikan jika ketiga pria itu masih berada diposisinya.
"Wah, reflekmu sangat bagus." Mingyu memuji kecekatan Sinbi.
"Hei, sudahlah. Sinbi, bangunlah. Hari ini Rajamu sedang menjadi rakyat biasa, kau tidak perlu bersusah payah memberi hormat padanya." Taehyung membantu Sinbi untuk bangun dari posisinya.
"Kim Taehyung, beraninya kau mengajari budak seperti dia untuk merendahkan pemimpinnya sendiri!" Jungkook nampak marah.
Sinbi yang melihat kemarahan Jungkook hendak bersimpuh lagi, namun Taehyung menahannya. "Jangan dengarkan dia. Dia memang selalu begitu."
"Tapi..."
Taehyung menuntun Sinbi masuk ke dalam rumah bordil meninggalkan Jungkook yang meradang.
"Aish, anak itu. Apakah aku harus menurunkan jabatannya sebagai Jendral?" Jungkook berkata sambil memandang ke arah Mingyu meminta bantuan dari sahabatnya itu. Namun sepertinya Mingyu juga tidak sesuara dengannya. Pria itu justru menepuk bahu Jungkook dan berlalu.
"Jung, lupakan. Dia hanya gadis berusia delapan belas tahun yang tidak pernah keluar dari kandangnya."
"Hei, Kim Mingyu! Apakah kau benar-benar sahabatku?!" teriaknya kesal pada pria itu. Sementara Mingyu yang sudah berdiri diambang pintu berbalik memandang Jungkook.
"Sekarang kau tahu kan rasanya dipojokkan ketika semua orang tidak ada yang berpihak padamu? Itu yang aku rasakan selama ini. Kau sudah menerima karmanya, sekarang tinggal Taehyung saja. Tuhan memang sangat menyayangiku."
Mendengar alasan tidak masuk akal Mingyu, lantas Jungkook berdecih. "Bagaimana manusia kekanakan seperti dia bisa menjadi Raja?!"
"Dan bagaimana denganmu?" Mingyu membalikkan perkataan Jungkook. Pria itu naik pitam, ia hendak membalas perkataan Mingyu lagi, namun intrupsi Taehyung menghentikannya.
"Sampai kapan kalian berdiri disana?"
Sementara itu, Sinbi menyajikan tiga gelas bir untuk ketiga orang itu. Ia juga menyiapkan beberapa camilan untuk mereka. Sebenarnya ia masih begitu terkejut dengan kedatangan ketiga orang itu, bukankah saat ini di Istana sedang ada pesta? Tapi mengapa mereka justru memilih datang kemari?
"Kau pasti bertanya-tanya mengapa tiba-tiba kami datang." Taehyung berbicara seakan tahu isi pikiran gadis itu.
"Ya, saya merasa heran mengapa kalian bertiga ada disini sementara sekarang pesta sedang berlangsung."
"Aku datang kemari karena ikut dengan Jungkook," ucap Mingyu menyambung.
Jungkook yang namanya disebut pun hanya berdecak. "Bukankah ini ide Taehyung? Mengapa kau menyebut-nyebut namaku?"
"Tapi kan jika kau tidak ikut Taehyung aku juga tidak akan ikut."
"Dia bilang mau berburu, makanya aku ikut. Lagipula bukankah kau maniak pesta? Mengapa malah ikut aku? Dan kau Taehyung, kau benar-benar pembohong."
"Aku memang suka pesta, tapi jika kau pergi siapa yang akan menemaniku?"
Lagi-lagi Jungkook dan Mingyu beradu argumen. Taehyung yang melihat kedua Raja itu bertengkar hanya karena hal kecil pun tampak menghela nafas. Kemudian ia memandang ke arah Sinbi.
"Hei, mengapa kau tidak datang ke pesta? Bukankah semua orang yang ada disini datang kesana? Makanya aku datang kemari untuk memastikan keadaanmu."
Sinbi yang mendapatkan pertanyaan itupun tampak terdiam. Ia tidak mungkin mengatakan jika dirinya tidak diperbolehkan pergi keluar lagi, kan? Tapi pasti Taehyung juga sudah mengetahuinya. Meski waktu itu Sinbi tidak menjelaskan secara detail tentang impiannya untuk bebas. Karena Sinbi ingin melindungi dirinya.
"Jika semua orang pergi siapa yang akan menjaga rumah bordil ini? Apalagi sekarang banyak sekali bandit berkeliaran."
"Semua agen kemiliteran sudah berjaga disekitar kerajaan, kau bisa pergi. Bukankah kau ingin melihat dunia luar?"
Sinbi sama sekali tidak menyangka Taehyung masih mengingat perkataannya waktu itu. Ia ingin menjawab, namun intrupsi seseorang menghentikannya.
"Hei, kau. Bisakah kau membantuku mengambil minuman keras terbaik? Aku ingin mabuk hari ini." Jungkook meminta bantuan Sinbi karena hanya gadis itu yang tahu tempat ini.
Sinbi yang tidak menduga mendapatkan tawaran itupun terdiam.
"Jung, kau kenapa sih?" ucap Taehyung heran.
"Aku kesal dengan kau dan Mingyu. Lagipula aku juga butuh udara segar. Ayo, dimana gudangnya? Antarkan aku!"
Hei guys, I'm back.. yang mau beli ebook "friendzone" bisa langsung chat aku ya.. edisi terbatas
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Know You More(Sinkook)
FanfictionHwang Sinbi hanyalah gadis berusia delapan belas tahun yang tinggal di rumah bordir dan menjadi seorang pelayan sepanjang hidupnya. Ia tidak memiliki orang tua, selama ini Sinbi hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk melawan kerasnya dunia ini dan...