4

126 41 0
                                    

"Argh! Ini sakit, tidak bisakah kau mengolesinya dengan pelan-pelan?" Moonbin nampak meringis kesakitan disaat Sinbi sedang mengolesi salep yang diberikan oleh Dokter Seokjin untuk membuat luka dipunggung pemuda itu segera mengering dan lebih baik.

"Aish, aku sudah melakukannya dengan pelan-pelan." Sinbi menjawab dengan ketus. "Rasanya sakit, kan? Makanya jangan sok jadi jagoan," tambahnya.

Moonbin yang awalnya membelakangi gadis itu pun akhirnya merubah posisinya untuk melihat ke arahnya. "Oh astaga, lihatlah gadis tidak tahu terima kasih ini. Aku begini karena melindungimu tahu!"

Plak!

Sinbi memukul pelan bahu Moonbin, pemuda itu meringis kesakitan lagi. "Hei, jangan sampai kau memukul lukaku ya?!"

"Sini biar aku tambahkan lukamu biar kau tahu rasa!"

"Hwang Sinbi, dimana rasa belas kasihanmu? Bukankah perkataanmu barusan sedikit keterlaluan... Hei, hei... Jangan memukulku lagi!"

Moonbin berusaha melindungi dirinya ketika Sinbi masih saja ingin memberi pukulan lagi. Gadis itu benar-benar tidak memiliki perasaan manusiawi sama sekali.

"Besok lagi jangan berbuat hal bodoh lagi! Ini urusanku dengan Tuan Hok Ju, jadi kau jangan ikut campur. Paham?"

"Hei, kau pikir aku akan diam saja ketika ayahku memukulmu tanpa belas kasihan? Sinbi, aku begini karena aku peduli padamu."

"Kau bilang itu peduli? Kau sangat naif, Moonbin. Jangan melakukan hal gila lagi, aku tidak membutuhkan perlindunganmu."

Moonbin memejamkan kedua matanya sejenak, pemuda itu sangat amat kesal karena perjuangannya melindungi Sinbi sama sekali tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal ia hanya ingin memastikan jika dia baik-baik saja, namun reaksinya selalu begini.

"Sinbi...."

"Berhentilah membela dirimu lagi, Moonbin. Aku tahu kau memiliki niatan baik, tapi justru hal itu bisa membahayakan keselamatanmu sendiri."

"Lalu bagaimana denganmu?!"

Sinbi memandang Moonbin dengan serius, lalu beralih membereskan salep yang baru saja ia pakai untuk mengobati pemuda itu. "Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jadi mulai sekarang, jika aku berbuat kesalahan dan Tuan Hok Ju memberi hukuman, berpura-puralah kau tidak melihatnya," katanya.

Mendengar hal itu membuat Moonbin berdecih. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa Sinbi selalu saja membangkangnya. Padahal ia begini karena dirinya menyukai gadis itu. Ya, Moonbin tidak ingin gadis yang ia sukai dilukai siapapun bahkan oleh ayahnya sendiri.

"Sinbi, kau tahu jika aku menyukai..."

"Hentikan!" Sinbi bangkit dari posisi duduknya setelah tahu kemana arah pembicaraan pemuda itu.

"Sinbi?"

"Moonbin, berhenti mengatakan hal itu. Kau tahu aku hanya menganggapmu sebagai teman saja."

Sebenarnya Moonbin sering kali mengutarakan perasaannya padanya. Entah sejak kapan perasaan pemuda itu berubah, padahal dari dulu mereka adalah teman. Mungkin Moonbin pertama kali memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya disaat ia beranjak usia ke tujuh belas tahun. Ya, tahun kemarin.

Sinbi ingat sekali waktu itu. Hari itu ia sedang berulang tahun, Moonbin memberinya kejutan kecil dengan membawanya ke atap rumah bordil ini. Setelah memberikan kue, Moonbin kemudian menyatakan perasaannya. Dan disaat itu juga setelahnya Sinbi langsung menolak perasaan pemuda itu mentah-mentah. Sinbi tahu sikapnya terdengar kasar, tapi dirinya memiliki alasan.

"Tidak bisakah kau membuka hatimu untukku?" tanya Moonbin pelan. Selama ini ia sudah berusaha keras agar Sinbi juga membalas perasaannya, namun dia selalu bersikukuh menolaknya. Terkadang hal itu sangat menyakitinya.

Sinbi menggelengkan kepalanya. Prinsipnya tidak pernah berubah, begitupun dengan perasaannya. Moonbin adalah pemuda yang baik, mungkin sikapnya memang kasar karena terus menolak pernyataan cinta pemuda itu, tapi setidaknya ini jauh lebih baik daripada dirinya berpura-pura menerima cinta Moonbin karena merasa kasihan padanya.

"Aku ingin pergi dari tempat ini suatu hari nanti, aku ingin melihat dunia luar. Aku ingin bebas, Moonbin."

"Kita bisa melarikan diri berdua kalau begitu! Tidak bisakah kau memberiku kesempatan?!"

"Kau tidak akan mengerti posisiku, Moonbin! Aku tidak mau melarikan diri denganmu!"

"Kenapa? Karena aku anak dari Hok Ju?"

Kali ini Sinbi mengangguk. "Aku tidak mau di masa depan nanti berhubungan lagi dengannya."

"Kalau begitu aku akan merubah identitasku, anggap saja aku bukan anak Hok Ju. Bagaimana?!"

"Hal itu tidak akan pernah bisa merubah kenyataan, Moonbin. Aku ingin melanjutkan hidupku sendiri. Dan aku yakin kau juga memiliki jalanmu sendiri tanpa diriku."

Moonbin meneteskan air matanya. Perkataan Sinbi begitu menyakitinya. Perasaannya pada gadis itu amatlah sangat besar. Ayahnya yang membuat gadis itu menderita, mengapa dia juga melimpahkan kesalahan ayahnya pada dirinya? Padahal ia selalu ingin melindungi dan membahagiakannya. Bukankah itu sangatlah tidak adil?

Sementara itu, Sinbi yang melihat Moonbin menangis pun menepuk bahu pemuda itu pelan bermaksud memberinya kekuatan. Sikapnya barusan sudah amat keterlaluan padanya, namun ini juga demi kebaikan mereka.

"Kau berhak berbahagia dengan jalan hidupmu sendiri, Moonbin. Jangan berharap dan menungguku, kita tidak akan pernah bisa bersatu sampai kapanpun. Jadi tolong, lepaskanlah perasaanmu padaku. Jangan menyakiti dirimu sendiri." Dan setelah mengatakan hal itu, Sinbi keluar dari dalam kamar Moonbin sembari membawa nampan wadah makanan pemuda itu.

Sinbi harap Moonbin bisa mendengar perkataannya dengan baik. Dia tidak boleh menyakiti dirinya lagi karena menyukainya, mungkin hal itu tidak akan mudah baginya, tapi Moonbin harus tetap melanjutkan hidupnya.

"Hai!" sapa seseorang secara tiba-tiba. Sinbi yang baru saja keluar dari dalam kamar Moonbin itupun nampak terkejut dengan sapaan tak terduga itu.

"Astaga, anda mengagetkan saya!" Dan sontak ia membeku ditempatnya setelah mengetahui siapa orang itu.

"Kau gadis pelayan kemarin, kan? Kita bertemu lagi."

Sinbi kembali ke dunia nyata setelah terpaku diposisinya selama beberapa detik, ia meneguk ludahnya susah payah untuk membasahi kerongkongannya yang mengering. Dan ia sama sekali tidak menduga bertemu dengan pria pembelanya itu lagi.

"Be..benar, anda datang lagi... maksud saya, umm... ya."

Sinbi merasa bibirnya berubah menjadi gagu. Disisi lain ia juga merasa gugup bertemu dengan pria itu. Sinbi sama sekali tidak tahu mengapa ia jadi begini.

Sementara itu, Taehyung nampak terkekeh melihat sikap Sinbi yang amat canggung kepadanya. Mungkin karena insiden semalam, gadis itu sedikit merasa segan padanya.

Lantas ia pun mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan gadis itu. "Taehyung," katanya memperkenalkan dirinya.

Sinbi yang tidak menduga jika pria itu mengajaknya berkenalan pun dengan canggung membalas perkenalannya dengan menyebut namanya balik.

"Saya Hwang Sinbi, maafkan saya yang tidak bisa membalas perkenalan anda dengan baik karena saya sedang membawa nampan ini. Tapi ya, terima kasih sudah mengajak saya berkenalan."

Taehyung yang baru menyadari Sinbi sedang membawa nampan itupun menarik tangannya, pria itu mengangguk.

"Tidak apa-apa, justru aku yang harusnya meminta maaf karena tidak peka. Mau ku bantu bawakan?" tawar pria itu.

Sinbi langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, anda adalah pengunjung disini. Lagipula saya harus membawa ini ke dapur. Tapi tunggu dulu, bagaimana anda bisa masuk ke dalam sini?"

Ya, ini adalah rumah Hok Ju yang berada tepat di belakang Rumah Bordil, sementara Taehyung adalah pengunjung rumah bordil itu dan seharusnya dia ada di depan sana. Bagaimana dia bisa ada disini? Apakah pria itu baru saja bertemu dengan Hok Ju?

Let Me Know You More(Sinkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang