9

115 21 3
                                    

Sinbi memandang kepergian ketiga pria itu setelah kedatangan mereka di rumah bordil ini. Dan disaat itu juga ia jatuh luruh. Kalimat Jungkook masih terbayang di kepalanya. Pria itu memberinya peringatan untuk menjauhi Taehyung, padahal ia tidak pernah berharap pria itu akan mengenalnya.

Ia mengusap bekas cengkraman tangan Jungkook di pergelangan tangannya. Sinbi tidak pernah mengira akan ditandai oleh rajanya sendiri dengan situasi yang tidak terduga. Dari apa yang ia dengar, Jungkook adalah raja yang bijaksana dan baik hatinya. Tapi apa-apaan itu tadi? Dia bahkan mengancamnya dengan sikap yang amat kasar dan buruk. Untung saja ia tidak mengompol disaat ia menyudutkannya.

Sinbi menghela nafas sambil menyentuh dadanya. Saat-saat dimana Jungkook mengancamnya adalah situasi yang paling menegangkan yang pernah ia alami. Bahkan Tuan Hokju yang sering menyiksanya pun tidak ada apa-apanya. Jeon Jungkook sangat menakutkan.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Sinbi berusaha bangkit. Ia hendak masuk kembali ke dalam rumah untuk beristirahat, namun tanpa ia duga tiba-tiba segerombolan pria datang dengan kudanya. Hal itu membuat Sinbi mengernyit. Apalagi ini? Pikirnya dalam hati. Apakah kabar rumah bordil tutup selama seminggu tidak tersebar seantero kerajaan? Mengapa mereka terus datang kemari?

"Maaf Tuan-Tuan, rumah bordil tutup selama seminggu."

Seorang pria turun dari kudanya, dia berjalan mendekati Sinbi sambil menyeringai. Hal itu membuat Sinbi curiga. Perasaannya tidak enak. Ia mundur perlahan untuk masuk ke dalam rumah, instingnya mengatakan jika orang-orang ini bukanlah orang baik.

"Maafkan saya, Tuan. Tapi saya harus masuk..."

"Nona Hwang Sinbi, anda mau kemana? Apakah anda takut dengan kami?"

Deg!

Sinbi merasa jantungnya dipompa dua kali lebih cepat. Kejutan macam apa ini? Mengapa dia bisa tahu namanya? Padahal selama ini ia tidak memberitahu namanya dengan jelas pada penghujung rumah bordil ini. Darimana dia tahu namanya?

Sinbi tahu, dari awal pria ini dan yang lainnya bukanlah orang baik. Ia pun bergegas hendak masuk ke dalam rumah, namun ia terlambat. Pria itu sudah menangkapnya lebih dulu. Dia tertawa dengan keras.

"Anda tidak akan bisa pergi, Tuan saya ingin bertemu dengan anda. Hahahaha!"

"Lepaskan aku, kalian siapa? Aku tidak melakukan hal buruk," katanya berusaha melepaskan diri.

Pria itu tidak mengindahkan kata-kata Sinbi dan menyuruh orang-orang yang bersamanya untuk mengurus Sinbi.

"Bawa gadis ini! Tuan akan senang bertemu dengannya pada akhirnya."

Dan Sinbi pun dibawa paksa oleh mereka. Ia berusaha memberontak, namun bagian belakang kepalanya dipukul dan kemudian gelap. Sinbi pingsan.

****

"Ada apa denganmu? Mengapa dari tadi kau diam saja?" tanya Mingyu pada Jungkook setelah mereka tiba di Istana. Mereka baru saja kembali dari rumah bordil tadi dimana mereka datang mengunjungi gadis itu. Siapa sangka dia adalah gadis yang Taehyung taksir.

Meskipun Taehyung tidak mengatakan jika dia menyukai gadis itu, tapi mereka tahu jika Taehyung tertarik padanya.

"Diamlah, aku tidak sedang ingin berbicara dengan orang." Jungkook menjawab dengan ekspresi datar. Hal itu membuat Mingyu mengernyit bingung dengan sahabatnya itu. Apakah dia sedang datang bulan? Mengapa moodnya berubah begitu cepat?

"Kau kenapa? Tadi kau baik-baik saja. Apakah sudah terjadi sesuatu?"

Jungkook melirik Mingyu kesal. Mingyu yang melihat itu langsung mengatupkan bibirnya rapat. Sepertinya dia memang dalam keadaan mood yang buruk. Mingyu tidak mau menjadi sasaran kemarahannya, akhirnya ia pun menjaga jarak dari Jungkook dan mengikuti Taehyung masuk ke dalam Istana meninggalkan Jungkook sendirian disana.

Sepeninggal Mingyu, Jungkook memandang udara kosong di depannya. Pria itu mengetatkan rahangnya mengingat kejadian di rumah bordil tadi. Tindakannya sudah benar, ia memberikan ultimatum peringatan pada gadis itu untuk tidak mencoba menggoda adiknya.

Ya, ia merasa jika gadis bernama Hwang Sinbi itu bukanlah gadis yang baik. Ia bisa melihat dari wajahnya dan dari pertemuan pertama mereka di rumah bordil malam itu. Dia bersikap tidak sopan dengannya. Dan setelah tahu jika ia pemimpin di kerajaan ini, dia berpura-pura seolah gadis yang baik.

Jungkook heran, bagaimana bisa Taehyung tertarik dengannya. Padahal dia hanya pelayan minuman dan seorang budak rendahan. Ia masih tidak habis pikir dengan pemikiran Taehyung. Dia seorang jendral kemiliteran, tentu saja Jungkook tidak ingin adiknya diperdayai oleh budak rendahan seperti gadis itu.

"Jeon Jungkook!" Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Pria itu menoleh ke sumber suara dan seketika kedua matanya membulat sempurna merasa tidak percaya akan apa yang dilihatnya saat ini.

"Jennie?" ucapnya lirih. Ya, tunangannya ada disini. Jungkook seakan tidak mempercayainya. Kapan dia datang? Padahal Jungkook sudah melarangnya untuk pergi kemari karena memanasnya situasi diperbatasan antara Kerajaan Philips dan Kerajaan Desia.

"Sayang, aku merindukanmu," katanya langsung memeluknya dengan erat.

"Hei, kau datang dengan siapa? Mengapa kau kemari? Sudah kubilang untuk tidak kemana-mana." Jungkook memarahinya. Namun Jennie terlihat tidak menggubris perkataannya.

"Aku datang dengan mom," katanya sembari menunjukkan Chaerin yang berada tidak jauh dari mereka. Wanita paruh baya itu tersenyum dan memberi salam hormat kepada calon menantunya itu.

"Selamat sore, Yang Mulia. Lama tidak berjumpa," sapanya.

Jungkook pun langsung memberi salam hormat kembali kepada wanita itu. "Astaga, tidak seharusnya anda datang. Situasi sedang memanas diperbatasan, saya tidak mau sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Makanya saya melarang Jennie datang kemari. Tapi karena kalian sudah disini, saya tidak punya pilihan untuk memberitahu kalian lagi, kan?"

Jennie terkekeh. "Yang Mulia, anda jangan khawatir. Saya datang dengan pengawalan terbaik dari kemiliteran Kerajaan Desia. Lagipula kau tega sekali mengadakan pesta tahunan tapi aku tidak boleh datang," jawabnya sambil menggerutu.

Jungkook menghela nafas, pria itu mengusap puncak kepala tunangannya itu dengan sayang. "Maafkan aku, kau tahu mengapa aku bersikeras melarangmu datang kemari, kan? Aku ingin memastikan kau baik-baik saja."

"Sekarang aku sudah datang dengan selamat. Jadi, mari bersenang-senang calon suamiku."

"Baiklah, baiklah. Apa yang kau inginkan saat ini pasti langsung aku kabulkan."

Jennie semakin terlihat antusias. "Benarkah?"

"Ya, mau berkeliling?"

"Tentu saja," katanya dengan senyum makin mengembang. Wanita itu menggenggam tangan Jungkook dan menariknya pergi dari sana. "Mom, aku mau berkencan dulu dengan Jungkook," pamitnya pergi dari Chaerin. Jungkook terlihat memberikan salam perpisahan kepada Chaerin juga sebelum akhirnya ditarik pergi oleh Jennie.

"Hati-hati, jangan berlari Jennie. Kau calon Ratu di Kerajaan ini," ujarnya memperingatkan. Sepeninggal kedua orang itu, Chaerin tersenyum miring. Wanita itu kemudian berbalik memandang ke arah Istana megah di depannya.

"Aku tidak percaya sebentar lagi putriku akan menjadi Ratu di Kerajaan ini. Mimpiku akan menjadi kenyataan."

Spesial promo 50k dapet 4 ebook, 75k dapet 6 ebook, 100k dapet 9+1 ebook yang belum rilis.

Let Me Know You More(Sinkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang