"Aku mencintaimu tetapi bukan aku yang ada di hatimu, dan bahkan semesta juga tak ingin kita bersatu."
***
Pengantin wanita itu tak henti-hentinya terus menebar senyum kepada para tamu undangan yang datang dan memberi selamat padanya. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa pandangannya, pikirannya hanya tertuju pada sosok yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Hanya Ryan lah sosok yang berhasil menyita seluruh perhatian pengantin wanita yang saat ini sedang bersama dengan suaminya.
"Qania!" Suara yang melingking dari Dina itu berhasil membuat perhatian Qania teralihkan. Dengan penuh kehebohan gadis itu langsung memeluk erat sahabatnya yang hari ini sudah resmi menjadi istri orang.
"Selamat my bestod, udah jadi bini orang sekarang," ujar Dina dengan intonasinya yang sangat menjengkelkan sembari melepaskan pelukannya.
"Iya deh, makasih ya Din. Lo udah bareng sama gue dari gue jomblo sampai sekarang gue udah nikah," balas Qania. "Gue beruntung deh punya sahabat kayak lo, lo selalu ada buat gue dalam suka maupun duka. Lo itu benar-benar definisi sahabat." Kata-kata dari Qania membuat Dina merasa terharu. Entah Dina yang cengeng atau memang perkataan Qania yang sangat menyentuh, Dina malah menangis sekarang.
"Aaaaaa, gue juga beruntung banget bisa punya temen kayak elo, Qan." Kedua sahabat ini sekarang sama-sama menangis terharu. Suasana ini jadi haru hingga membuat lelaki yang berdiri di belakang Dina terlihat kebingungan.
"Dylan. Awas aja lo ya sampai nyakitin Qania. Gue bakal buat lo jadi Dylan penyet pakai sambal terasi terus gue kasih sama anak kosan pas akhir bulan," ancam Dina, yang membuat Dylan merasa merinding. Bahkan lelaki di belakang Dina saja sampai kepayahan menelan salivanya sendiri.
"Serem amat kak Din," kata lelaki yang berada di belakang Dina. Lelaki itu mulai melangkah sehingga dia berada di sebelah Dina sekarang yang membuat siapapun akan melihat jelas wajah tampan dari lelaki itu.
"Eh, Kivin datang juga lo, gue kira nggak akan datang," tutur Qania agak sedikit kaget melihat Kivin ada di sebelah Dina.
"Kalau ada kak Dina pasti ada gue," cengir lelaki itu yang langsung mendapat dengusan kesal dari Dina. Kivin ini sebenarnya adalah Kiming yang selama ini sering meneror Dina. Kivin ini anak komunikasi semester 4 yang lagi berusaha untuk mendapatkan hati Dina--yang lebih tua darinya.
"Ini siapa, Qan?" tanya Dylan, "Aku nggak pernah lihat dia."
"Oh, ini namanya Kivintama Andrea, panggilannya Kivin tapi si Dina manggil dia Kiming," kekeh Dina, mengingat betapa lucunya nama 'Kiming' yang diberikan Dina pada lelaki yang tampan seperti Kivin.
"Kenalin kak, gue Kivin anak komunikasi semester 4. Calon pacarnya kak Dina." Mendengar kata-kata lelaki itu Dina langsung saja memukul lengan Kivin kesal.
"Nggak usah gila deh lo, lo itu nggak seganteng Min Yoongi jadi jangan harap lo jadi pacar gue," sebal Dina. Kivin hanya cengengesan saja itu sudah biasa kok. Kivin sudah terbiasa kalah saing dengan para bias Dina jadi Kivin ini mental baja.
Dina dan Qania masih saling mengobrol selama beberapa saat, melempar candaan dan tertawa seperti biasa. Namun hal itu membuat Ryan yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Qania merasa tak senang.
Seharusnya yang ketawa bareng sama Qania itu gue, bukan lo Dylan, batin Ryan mengepalkan tangannya menatap Dylan penuh dengan amarah, Gue benci sama lo, Lan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryan dan Pesawat Kertas
Ficción GeneralQania berfikir bahwa kepergian Ryan dari hidupnya adalah akhir dari kisah mereka. Namun, nyatanya kepergian Ryan adalah awal dari kisah yang sebenarnya. Kejadian yang membuat Ryan dan Qania memiliki hubungan yang rumit dan tak bisa diperbaiki lagi...