Haii,
Selamat datang di lapak Algian.
Aku harap kalian menyukai nya.
Jangan lupa tinggalin jejak, ya.
-Happy reading-
Sudah dua jam Kiara di kamar mengerjakan soal Matematika yang Hendra kasih. Sudah selama itu ia belum juga mengerjakan satu pun soal, bahkan buku nya masih bersih tanpa tercoret.Hendra tadi memang memberikannya soal terlebih dahulu sebelum keluar rumah mengantar Mama nya ke minimarket. Dan ia hanya di kasih waktu sampai Papa nya pulang. Kiara menaruh bolpoin nya di atas buku.
"Ish, udah tau anaknya bodoh, pakai acara di kasih soal segala." gerutu Kiara. Gadis itu beralih mengambil ponselnya yang sedang ia carger. Membuka aplikasi WhatsApp lalu membuka chat room Aira.
Airaaa
Aiii
Bantuin gue dongg
Bentar lagi papa pulang dan gue belum ngerjain sama sekali
Iya, fto aja soalnya
Send fto
Halah, ini mah kecil
Aaaa makasiiihh aii
Airaa cantik dehh
Punya sahabat kayak Aira itu adalah anugrah terindah buat Kiara. Karena, hanya dia yang mau ia repotkan untuk menjawab soal matematika yang papa nya kasih tanpa nolak, walaupun kadang Aira juga memarahi nya, kadang dia juga yang meminjamkan buku matematika nya untuk ia salin jawabannya.
Hari ini Aira tidak jadi datang ke rumahnya, ada hal penting yang tidak bisa ia tinggalkan, katanya.
toktoktok
Suara ketukan itu berasal dari pintu kamarnya, dengan segera ia berdiri dari duduk nya dan berjalan untuk membuka pintu kamar.
"Masih belum selesai juga?" tanya Danu, Kakak sepupu nya yang rumah nya bersebelahan dengan nya.
"Belum," jawab Kiara.
"Beneran bisa, nggak?" tanya laki-laki itu lagi, memastikan.
"Bisa, dong." jawab nya dengan pede.
Danu hanya menganggukkan kepala dengan mulut bagian bawah yang ia cebikkan.
"Nih, pesenan lo." ucap Danu menyerahkan kantong plastik kepada nya. Kiara dengan senang hati mengambil kantong plastik itu. Kantong plastik itu berisi satu kotak martabak manis kesukaannya.
Danu Mahendra, kakak sepupu yang sangat menyayangi nya. Hampir semua keinginan gadis itu di turuti nya. Dia sudah kuliah semester 4, jurusan kedokteran. Dia juga sudah mempunyai tunangan.
"Makasihh," ucap gadis itu dengan senangnya. Kemudian menutup pintu kamar nya kembali dan kembali ke meja belajarnya. Tidak menunggu lama, gadis itu langsung membuka kotak tersebut dan memakan martabak manis itu dengan lahap.
***
"Yuda!"teriak Bani dari arah pintu dapur. "Itu mie gue!" Bani langsung berlari menuju meja makan. Mengambil mangkok yang sudah berada di tangan Yuda.
"Yuda, ini mie gue satu-satunya kenapa lo habisin." ucap Bani kesal ketika melihat mangkoknya yang sudah kosong. Eh, ralat, masih ada sisa kuah nya sedikit.
"Ya, habis nya mie nya menggoda banget. Kebetulan gue juga belum makan." ujar Yuda tanpa bersalah. Cowok itu dengan santai nya malah kembali duduk.
Yuda memang selalu datang ke rumah Bani tanpa diundang, bahkan ia selalu makan makanan yang ada di rumah Bani tanpa di persilahkan terlebih dahulu.
"Kayak jailangkung aja, lo. Dateng nggak di jemput, pulang nggak di anter, makan nggak ijin dulu." omel Bani yang berjalan menuju dapur, menaruh mangkuk kotor tersebut.
"Ya elah, Ban, ngomel mulu." sahut Yuda. "Inget nggak Mama lo bilang apa, 'nggak usah malu-malu, ya, Yud, anggap aja rumah sendiri'." lanjut cowok itu dengan suara yang ia lembut-lembutkan, menirukan suara Mama Bani.
Bani hanya diam, dengan mulut yang ia gerakkan menirukan ucapan Yuda. Yuda selalu saja mengeluarkan kata-kata tersebut ketika ia sedang marah ataupun kesal kepada cowok itu saat datang ke rumah nya.
"Udah ke 154 lo ngulangin ucapan, Mama gue." kata Bani, ia langsung berjalan menuju kamar nya yang berada di dekat ruang makan.
Yuda yang melihat itu langsung berdiri dan menyusul Bani. "Lo mau kemana, Ban?"
"Tidur." Jawab Bani.
"Kok tidur sih, gue kesini kan niatnya mau lihat jawaban Kimia kemarin." ujar Yuda.
"Mau lihat jawabannya?" tanya Bani.
Yuda mengangguk. "Iya,"
"Gampang itu, sih, tapi, lo harus beliin gue mie dulu." ucap Bani.
"Oke, cuma beli doang, kan." ucap Yuda menyetujui.
"Nanti kalau udah beli sekalian di masak, ya, jangan lupa harus sama persis sama mie yang lo makan tadi." ucap Bani lagi.
***
"Dari mana aja jam segini baru pulang?"
Mendengar pertanyaan itu dari Algi, Syifa yang baru saja akan naik ke lantai atas sontak menghentikan langkahnya.
"Dari rumah temen," jawab Syifa.
"Ngapain?" tanya Algi lagi.
"Ngerjain tugas kelompok." jawab nya.
Tidak bersuara lagi, Algi hanya mengangguk-anggukkan kepala nya. Cowok itu kemudian berjalan ke arah tangga yang saat ini Syifa sedang berdiri di sana.
Syifa yang melihat Kakaknya hanya lewat tanpa menoleh ke arahnya pun merasa kesal.
"Udah, gitu doang nanya nya?"
"Iya." jawab Algi yang sudah berada di lantai atas.
"Kamu kok kayak baru kenal aja sama Kakakmu," celetuk Maya- Mama Algi dan Syifa yang sedang santai di ruang tengah.
Yeaayy...
Selamat tahun baruu,
Semoga nggak pada stress, ya, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN (On Going)
Ficção Adolescente"Kamu sederhana, sama seperti perahu kertas ini." *** "Al, tau nggak bedanya Kupu-kupu sama kamu?" "Apa?" "Kupu-kupu itu terkejar tapi tak tergapai, kalau kamu.." "...Terkejar dan tergapai." "Yang tergapai belum juga selamanya tergenggam." ---