5. Dia dan es batu itu sama

3 1 0
                                    

Haii,

Selamat datang di lapak Algian.

Aku harap kalian menyukai nya.

Jangan lupa tinggalin jejak, ya.


-Happy reading-

Sudah larut malam, tapi Algi belum juga bisa tidur. Cowok itu selalu berganti posisi hadap. Merasa tidak enak, Algi lalu berganti posisi menjadi terlentang dan membuka kedua mata nya menatap langit-langit kamar.

"Gue terlalu keras, ya, tadi?" tanya nya monolog.

"Syifa marah nggak, ya gue bentak kayak tadi?"

Itulah yang Algi pikirkan sejak tadi hingga membuatnya tidak bisa tidur. Ia merasa sangat bersalah karena telah membentak Syifa.

Algi kemudian duduk di pinggir tempat tidur nya, menatap jam dinding yang berada di depannya.

"Udah jam setengah dua belas, Syifa udah tidur belum, ya?" Algi berdiri dari duduk nya. "Nanti kalau udah tidur gue ganggu dong."

Algi mulai berjalan menuju pintu. "Tapi nggak mungkin juga dia udah tidur jam segini, dia kan paling suka begadang."

Algi akhirnya keluar dari kamar nya dan berjalan ke kamar Syifa. Sesampainya di depan kamar Syifa, ia langsung mengetuk pintu kamar gadis itu.

Tok tok tok

Belum ada sahutan dari dalam, Algi berpikir kalau Syifa mungkin tidak dengar karena terlalu fokus pada tontonan nya. Ia kembali mengetuk pintu tersebut.

Tok tok tok

Belum juga ada jawaban dari dalam. "Ni bocah tidur atau emang nggak mau buka pintu, sih?" ucapnya monolog, kesal. Algi menutup mata nya untuk menahan rasa kesal nya. Cowok itu kembali mengetuk pintu.

Baru satu ketukan, Namun..

"Aww, Kak sakit." teriak Syifa saat baru saja membuka pintu. Algi tidak tahu kalau Syifa akan membuka pintunya saat itu juga.

"Ya, sorry, gue nggak sengaja." ucap Algi sambil ikut mengelus jidat Syifa.

"Mau ngapain? belum tidur?"

"Mau ngambil minum. Belum ngantuk." jawab Syifa sembari memegang gelas.

"Kak Al sendiri ngapain ke kamar, Syifa?" tanya gadis itu.

"Nggak, gue nggak ngapa-ngapain."

"Masa?"

"Iya," jawab Algi cepat. Ia memalingkan wajahnya ke samping.

"Yaudah, aku mau ke bawah dulu, ya," ucap Syifa yang langsung berjalan melewati Algi.

"Maaf, ya," ucap Algi sangat lirih, namun Syifa masih bisa mendengar saat lewat di depannya.

"Hah? kenapa, Kak?" sahut Syifa.

"Nggak, nggak papa."

"Besok lo mau coklat, nggak?" tanya Algi yang mampu menghentikan langkah Syifa.

Syifa yang berada di tangga pertama, seketika langsung berbalik badan. "Dalam rangka apa?"

"Nggak ada. Cuma lagi pengen beliin lo coklat aja."

"Yakin?"

"Iya, yakin."

"Serius?"

"Iya, serius."

"Demi apa?"

"Demi lo biar nggak nyariin gue pacar lagi." jawab Algi, seketika. "Terutama bocil-bocil kayak lo." lanjutnya.

Syifa sedikit memanyunkan bibirnya. "Nanti nggak nyesel, kan?" tanya Syifa lagi sampai membuat Algi kesal.

"Iya."

Syifa berjalan mendekati Algi, mengulurkan telapak tangannya ke depan.

"Ngapain?" tanya Algi yang tidak paham. Syifa yang tidak sabaran langsung mengambil tangan Algi untuk bersalaman.

"Deal." ucap Syifa.

***

Keesokan hari nya, Kia sudah selesai memakai seragam sekolahnya. Ia lalu memoleskan sedikit bedak ke wajah dan lipcreem warna pink ke bibir nya. Gadis itu kemudian menatap diri nya pada cermin. Lima detik kemudian, ia berkata, "Udah cantik kayak gini, masa sih, Algi nggak ngelirik?"

Setelah puas berkaca, ia langsung duduk untuk memakai sepatunya. kemudian, ia mengambil tas nya lalu keluar dari kamar. Kia terus berlari menuju ke pintu utama tanpa berniat berbelok ke ruang makan untuk sarapan.

"Kia, mau kemana kamu? sini sarapan dulu." teriak Widia- Mama Kia dari arah dapur.

"Nggak, Ma, nanti aja di sekolah." balas Kia teriak.

Setelah keluar dari rumah, Kia masih terus berlari menuju ke Halte. Jarak rumah ke Halte lumayan jauh, sekitar lima belas menit jika berjalan. Dan itu rutinitasnya setiap berangkat dan pulang sekolah. Sedangkan Hendra sudah berangkat ke kantor terlebih dahulu. Dia tidak pernah mau mengantar Kia. Padahal, Kantor dan sekolah Kia satu arah.

Kia sudah sampai di Halte dengan napas ngos-ngosan. Melihat jam di ponselnya ia merasa lega. "Huh, aman, tinggal nunggu bentar."

***

Kia baru saja turun dari Bus, dan saat itu juga ia melihat Algi baru datang memakai motor vespa nya. Ia segera menyebrang ketika tidak ada kendaraan yang lewat. Dengan segera, ia menghampiri Algi yang sedang memarkirkan motornya di parkiran.

Senyum tipis di bibirnya terlihat saat Algi berjalan keluar parkiran. "Al, mau ke kelas, kan? bareng, ya?" ujar Kia saat Algi melewatinya. Namun, cowok itu tidak ada niatan untuk berhenti ataupun menoleh.

"Anjir, gue di kacangin." gumamnya kesal. Tapi, ia tidak mau kesal terlalu lama. Kia langsung mengikuti Algi di belakang. Gadis itu terus saja berbicara sepanjang jalan meskipun tidak ada respon dari Algi.

Kemudian saat sampai di depan kelas, Algi tiba-tiba saja berhenti dan berbalik menatap Kia. Kia langsung memberikan pertanyaan kepada Algi. "Menurut kamu gimana, Al?"

"Suka-suka lo aja."

Setelah mengucapkan itu, Algi langsung masuk ke kelas dan meninggalkan Kia.

"Dingin banget kayak es batu. Kapan luluh nya, sih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALGIAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang