🌨️Point of Light🌨️

886 91 0
                                    

Baheon_Siu maaf kalau nggak sesuai expect

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baheon_Siu maaf kalau nggak sesuai expect. Thanks request nya

🔞MABAR🔞

Pagi yang keruh. Awan-awan hitam bergelantungan di cakrawala yang mengamuk. Kilatan zig-zag putih nampak menyambar gedung pencakar langit yang berdiri kokoh menantang langit. Sang angin murka, menerbangkan berbagai benda yang dilaluinya tanpa perasaan.

Tak lama kemudian tangis awan pecah. Ribuan titik air berjatuhan, berlomba-lomba menghantam bumi yang tak lagi sehat. Semua orang berlarian, mencari tempat bernaung kecuali seorang laki-laki yang nampak berjalan menerjang murka alam. Seragamnya yang lusuh nan kotor kini basah.

Tas yang berada di punggungnya pun terkena imbas dari tangis awan. Rambut karamel pemuda tersebut nampak berantakan seperti tak terawat. Kondisinya terlihat menyedihkan. Namun ribuan titik air mengguyur tubuh tingkah itu, menyamarkan penampilan buruknya.

Hobin Darmawangsa, nama pemuda yang berjalan terseok-seok di tengah badai. Ia sama sekali tak menghiraukan tatapan kasihan dari beberapa pejalan kaki yang melihatnya. Dia tidak percaya dengan orang yang menaruh simpati padanya. Terlihat semu dan terasa menyakitkan.

Hobin cukup menderita karena hidup mengandalkan belas kasihan orang lain yang sama sekali tak pernah mengulurkan tangan padanya. Mereka hanya bersimpati. Namun enggan menolong demi melindungi diri sendiri. Betapa egoisnya manusia itu.

Di sekolah yang harusnya menjadi ajang berkumpul dan menimba ilmu justru menjadi neraka bagi Hobin. Hari-harinya di sekolah seperti siksaan pedih yang mengguncang mental. Dia diperlakukan dengan tidak pantas layaknya hewan oleh beberapa siswa yang menaruh kebencian. Hobin tak pernah membuat masalah dengan mereka. Ia dikenal sebagai siswa teladan dan berprestasi.

Hobin memiliki kepribadian yang dermawan, ramah, suka menolong, jujur, dan optimis. Banyak orang yang ingin berteman atau sekedar berkenalan dengannya. Mereka juga senantiasa mendukung Hobin kala ia menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti ajang kompetisi tingkat nasional. Dia adalah siswa yang mengharumkan nama sekolah. Namun dibenci karena kebaikan tersebut.

Para siswa yang sebelumnya ingin berteman dan berkenalan perlahan menjauh hingga tak ada satupun orang yang tersisa di sampingnya. Tidak ada seseorang yang mau meminjamkan pundak atau mengulurkan tangan pada Hobin. Mereka yang seharusnya bisa menolong, memilih untuk menutup mata dan mulut seolah tak pernah melihat sesuatu. Hobin menderita. Namun ia tetap bertahan sampai batas toleransinya habis.

"Ibu.." Hobin bergumam lirih, sekuat tenaga menahan bendungan air yang berada di matanya. Dia tidak kuat lagi menahan sakit yang mendera tubuhnya. Siksaan neraka dunia begitu kejam meskipun tak sebanding dengan siksa akhirat yang kelak dirasakannya nanti.

Tiba-tiba ia terjatuh, bersimpuh di jalanan yang sepi. Hobin memeluk tubuhnya, meraung-raung pada cakrawala yang nampak mengamuk. Dia berteriak, melepaskan beban yang selama ini dipikulnya. Seluruh badannya sakit karena penindasan yang terjadi kala bel pulang sekolah berkumandang.

Mabar (Harem)Where stories live. Discover now