01

49.3K 1.3K 43
                                    


...


Sadewa mendudukan dirinya di atas ranjang dengan seprai hitam bercorak bintang, menatap teman kostnya yang masih asik berbaring tengkurap sambil menonton film yang di tampilkan oleh laptop.

Kamar kecil dengan cat abu abu gelap dan barang berserakan, membuat Sadewa menghela nafas.

Apalagi di jam delapan pagi Bian masih bergulung di selimut dengan bulu lembut berwarna biru gelap, melilit tubuhnya.

"Bersihin."

Bian men pause film yang tadi ia tonton, melepas lilitan selimut. Menatap teman dekat kost dengan malas.

"Mager, lagi libur juga!"

Sadewa mendelik. "Kotor, jorok, najisin."

"Bodo amat, gak peduli."

Bian kembali tengkurap, selimut birunya jatuh ke lantai. Memperlihatkan pantat sekal yang hanya memakai celana dalam berwarna putih yang ketat.

Mungkin karena terlalu sering di remas, makanya terlihat montok.

"Mandi."

Bian merengek frustasi. "Di bilang mager! Ini tuh hari libur, harus di pergunakan dengan benar."

Yang di marahi mengelus kerutan kening Bian dengan lembut, Sadewa kembali menghela nafas. "Bau, kotor, kek gembel."

"Biarin sih, ribet banget hidupmu itu!"

Karena ucapannya tak di turuti oleh si empu, Sadewa menepok pantat kenyal milik Bian dengan kencang.

Bian yang kesal, berteriak kencang. Kesal sekaligus sakit menjadi satu.

"Pergi lo anjing! Pengganggu kesenangan."

"Keluar lo!"

Bian menarik narik lengan kanan Sadewa dengan penuh kekuatan, pintu kamar terbuka lebar.

Betapa lucunya seorang pemuda pendek, hanya menggunakan celana dalam. Menarik tubuh bongsor yang tetap diam di tempat.

Sadewa bangkit, merasa kasihan sudah melihat keringat di pelipis Bian yang mengalir.

Sebelum pergi, tangan kanannya dengan lancang meremas pantat Bian lalu langsung menutup pintu.

"Udah tau sakit! Dasar gelo!"

Bian mengelus ngelus bokongnya yang masih nyut nyut, menatap barang barang miliknya yang berserakan.

"Iya juga, pengep gue liatnya."

"Tapi males, tapi gak enak kalo di liat."

Sabian menggerakkan tubuhnya sebentar untuk meregangkan otot. Di mulai menaruh baju kotor ke dalam keranjang, lalu merapihkan beberapa barang.

Menyapu, mengepel, membersihkan debu, merapihkan kasur.

Melewati sejam lebih hanya untuk membersihkan kamar kecil.

Bian menghela nafas lelah, berlutut menghadap ranjang dengan wajah dramatis. "Perjuanganku, tak sia sia."

"Kalo capek, enaknya minum dingin biar seger. Habis tuh mandi."

Bian membuka pintu kamar, berjalan menuruni tangga menuju dapur.

Beberapa kakak juga adik kelas yang tinggal di rumah Kost bersama dengannya, sedang berkumpul di ruang tamu. Menonton televisi.

Dengan badan penuh keringat yang terlihat licin, dengan penuh percaya diri Bian memasuki dapur.

Menemukan Dareen yang memang biasa berada di dapur, entah memasak atau membuat cemilan.

"Dareen, buatin minum dingin dong~ ya~?"

Yang di panggil terkejut ketika menoleh. Sejujurnya, pemandangan dimana Bian keluar kamar hanya menggunakan celana dalam itu sudah biasa.

Bahkan beberapa kakak kelas jika malam pun seperti itu.

Tapi tetap saja, membuat jantungan.

"Pake celana dulu kek, itu pantat boing boing kemana mana."

Dengan wajah merengut, Dareen mengambil blender lalu memasukan beberapa ice cube ke dalamnya.

Buah alpukat dan susu kental manis, terlihat sangat menggiurkan.

"Alvan, tangan kamu!"

Pemuda dengan kolor spongebob, dan kaus kuningnya menyengir lucu. Gigi gingsul atas terlihat menyembul.

Mukanya yang imut tidak sinkron dengan tangannya yang asik mengelus elus bokong Bian.

"Pantat kakak kayak kue, enak."

"Aku lagi keringet dek, bau. Jangan pegang pegang dulu."

Alvan menggeleng, bocah yang baru saja masuk bangku SMA malah semakin mendekatkan diri.

Memeluk erat tubuh Bian, menduselkan wajahnya ke dada yang lebih tua.

"Ini minumnya tuan, silahkan di nikmati."

Bian terkekeh, mengucapkan terimakasih sebelum menggendong tubuh adik kelasnya yang tak kecil.

Alvan itu manja, Bian bingung bagaimana anak itu bisa bertahan di kost an.

"Nen boleh?"

"Ga."


...

kost 69Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang