09

22.1K 702 44
                                    

...

Bian menoleh ketika pantatnya di remas. "Apa?"

"Nen!"

"Kan udah punya pacifier, pake itu aja."

Alvan menggeleng tegas, rasanya aneh. Lebih baik pentil kakak kakaknya dari pada pentil palsu.

"Sebentar, abang ambil makanan dulu."

Bian membuka semua pakaiannya, menaruh piring camilan yang tadi ada di atas meja belajar menjadi di atas nakas.

Lalu merebahkan diri di samping Alvan yang sudah siap.

Kelakuan Bian memang demen pamer, apalagi sama Alvan yang belum memulai pertumbuhan.

Dengan pedenya telanjang, berbaring miring sambil sesekali menyodorkan lengan untuk mengambil makanan.

Alvan ikut tiduran, mendekatkan bibirnya ke pentil cokelat Bian. Melahapnya dan mulai mengenyot.

"Tadi kamu mimpi basah?"

Alvan mengangguk acuh.

"Terus? Katanya di coli in sama bang Kai?"

Mengangguk.

"Di coli in enak gak?"

Mengangguk.

Bian melepaskan kenyotan di dadanya, mengambil laptop dan mulai menyalakan sebuah film yang sempat ia cari.

"Karena udah pernah mimpi basah, ayo kita liat bokep."

Alvan yang kesal menyender di kepala ranjang, satu tangannya masih bertengger apik meremas dada Bian.

"Nanti kita saling coliin, gue penasaran. Dewa kalo di ajak kagak mau mulu."

Film di putar.

"Bang, ceweknya berisik."

"Kita sepemikiran!? Kirain cuma gue doang yang mikir gitu."

Dengan suka rela Bian mengganti menjadi laki laki yang sedang memainkan pentil dan lubangnya, atau sesekali mengocok titit besarnya yang sudah berdiri tegak.

Sabian tersenyum, ternyata bukan hanya dia sendiri yang terangsang dengan desahan laki laki.

Melihat kontol Alvan juga ikut bangun, sudah di pastikan jika mereka mempunyai masalah ketertarikan yang sama.

Cowo di vidio sedang menikmati ketika batangnya di jilat jilat seperti ice cream oleh laki laki lainnya.

"Mau nyoba gitu gak?"

Alvan mengangguk, langsung menggenggam kontol Bian yang sudah berurat. Menjilatnya perlahan sebagai permulaan.

Bian yang baru pertama kali merasakannya sudah kelonjakan, betapa hangat mulut Alvan ketika bocah itu malah melahapnya.

Tapi sedikit ngilu saat gigi si bontot tak sengaja menggesek.

Mungkin tak terbiasa.

Alvan menggesekkan kontolnya dengan tumit kaki yang melipat, masih asik mengenyot ujung titit abangnya yang panas.

Yang lebih tua menggila, menjambak rambut Alvan tak terlalu kencang. Terus membuka mulutnya mengeluarkan desahan nikmat.

Sampai pada klimaks, Bian menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan suara.

"Mmn, rasanya aneh."

Alvan melepeh ke lantai, kembali menyusu pada pentil Bian yang mengeras.

"Sekarang giliran abang yang muasin kamu dek."

Bontot di tidurkan telentang, menaruh ketua tungkai kakinya ketika Bian menyuruhkan menaruh di atas bahu.

Wajah kecilnya tersentak ketika langsung merasakan goa yang hangat, matanya terpejam.

"Aahhn~ A-banggh."

Bian tak sadar malah tersenyum senang ketika mendengar desahan adik kelasnya, dengan penuh keberanian ia sedikit menjilat kerutan di belahan pantat.

Alvan yang kaget sekaligus merasa geli mendesah kencang.

Suaranya lembut namun serak.

Tak berisik tapi menggairahkan.

"Nggh, G-geliihh."

Bian menjilat ke atas, hingga sampai di lubang kencing. Menyesapnya kencang. Dan langsung melahapnya.

Alvan bergerak ribut ketika Bian merasakan titit kecil itu berkedut.

Semburan lahar putih langsung di telan, Bian menyesapnya habis.

Memeluk tubuh Alvan dan memejam erat, menikmati kenyotan di pentilnya yang mulai ia rasa.

Lebih baik tidur sebelum makan siang.

"Ng, jangan di gigit dek."

...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kost 69Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang