07

18.1K 569 8
                                    

...

"Kenapa? Emangnya aku kurang apa?"

"Kita udah di kamar mandi, kamu masih gak tertarik sama tubuh aku? Kecantikan aku?"

Raka keringat dingin.

Masalahnya nih cewe nekat ngunciin diri. Berdua. Di dalam bilik kamar mandi. Mana sempit lagi.

"Kamu masih mau bilang gak tertarik?"

Raka panik.

Melihat cewe di hadapannya sudah membuka kancing kemeja satu persatu, malah bh merahnya udah keliatan, di sambut belahan.

"B-bukan gitu, ini namanya pelecehan seksual bro!"

Raka tak tertarik.

Alasan mengapa ia masih betah di kost berisi makhluk makhluk mesum yang suka meremas pantat atau dada, ya karena ia tak lagi tertarik pada wanita.

Entah kenapa, setiap wanita di matanya tak lagi membuatnya bernafsu atau bahkan tertarik.

"Ini dada kesukaan banyak orang, kamu mau nyusu?"

Raka menggeleng kencang, lebih baik wanita di hadapannya memberi tete gede itu pada Alvan saja!

"G-gisel, bentar lagi dosen masuk. Kita bisa di kata absen kalo ga hadir cok!"

Gisel tak peduli, ia malah semakin berani membuka rok ketat yang ia pakai.

Sekarang terlihat bagaimana tubuh seksi itu menggunakan bra merah dan celana dalam yang senada, pentil cokelat yang terlihat memang seharusnya menggoda iman.

Dengan senyuman, Gisel membuka resleting celana yang Raka gunakan.

Karena blank bahkan si empu tak sadar jika adik berotot kebanggaan miliknya sudah di genggam erat.

Raka bingung. "Aduh gimana ya, nih masalahnya dosen kesukaan gue .."

"Gini deh, kalo lo berhasil buat gue tegang. Ayok kita lanjut, tapi kalo enggak biarin gue pergi!"

Gisel mengangguk yakin. "Oke."

Dengan penuh keberanian, Gisel mendudukan dirinya di pangkuan Raka. Menggesekkan kemaluan mereka dengan berutal, Raka memejamkam mata dan merapatkan mulut.

Sebagai tanda jika ia tak mau di cium.

"Jangan cium, gue ga suka."

Gisel mengangguk maklum, memainkam lidahnya di area leher.

Bukannya terangsang, Raka justru panik. Bagaimana jika bau jigong??!

"Lu basah."

Gisel mendesah lirih di kupingnya, memeknya memang sudah basah bahkan banjir ini! Nafsu sudah menggelora dalam tubuh.

"Jangan desah, berisik. Bisa di grebek."

Gisel masih menggesekan keduanya, memaksa Raka untuk menyusu pada tete besar miliknya.

"Ahh! Kenyot Raka! Mnn .."

Raka menggeleng. "Canggung bangsat, udah crot belum lu?"

Gisel menggeleng, dengan wajah memelas ia menatap Raka. "Kok kamu ga tegang tegang? Kamu gay ya?"

"Cocot lu seenaknya aja! Lu emang ga seksi bro, sadar diri. Makanya kontol gue ga bangun, udah belum. Becek bego!"

Gisel mendesah frustasi. "Bantu aku crot, cepet!"

"H-hah? Gimana?"

Raka sebenarnya pernah menonton bokep yang staright, gay, lesbian, threesome, atau bahkan foursome.

Tapi ... membantu seorang perempuan, dan membuatnya crot dengan mengocok ngocok memek?!

Oh no!

"Ehm, gini bro, memek lu udah basah, lu colmek sendiri aja gimana?"

Gisel menggeleng. "Jilat aja!"

"Dih najis, kagak mau gue. Emangnya gue apaan jilatin memek. Gue ga tertarik, enek."

"Kamu aneh, bantuin aku colmek aja deh. Buruan!!"

"Sabar kek, lu yang sange gue yang kena getahnya. Tai."

Dengan kesal Raka memainkam jarinya asal di dalam memek Gisel yang hangat, cewe yang bertumpu dengan bahunya terlihat menahan desahan.

Raka terkekeh.

"Ahhh!!"

"Udah kan?"

Gisel mengangguk, cairan hangat keluar dari lubangnya.

Tangan Raka banjir cairan, ia menyerngit jijik. Ini memang bukan pertama kali, ketika ia masih tertarik dengan dua buah kembar ia pernah melakukannya.

Tapi sekarang  .... "Kayaknya gue banyak salah karena ngerjain Dareen terus .."

...

kost 69Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang