04

22K 845 4
                                    

...


"Jangan kenceng kenceng, nanti bengkak."

Alvan tak mendengar.

Bibirnya sibuk mengenyot pentil cokelat di mulutnya, remasan di dada kanan yang lebih tua tak ia tinggalkan.

Anak itu mendongak.

Melepaskan kenyotannya lalu menyengir lucu. "Enak hehe .."

Sadewa memutar malas maniknya, ketika dadanya kembali di sesap kuat.

Alvan memejamkan matanya.

Semakin lama nafasnya semakin teratur.

Tidur siang memang di haruskan untuknya.

Melihat si bontot sudah tertidur, Sadewa melepaskan bibir Alvan dari pentilnya. Beranjak perlahan agar tak membangunkan.

Sadewa keluar kamar, menuju kamar Raka yang memang berada di samping kamarnya, yang di apit oleh kamar Dareen.

Pemuda itu yakin, pasti Kai dan Raka ada di sana selagi Dareen dan Bian masih mencuci piring.

...

Bian melenguh kesal, bagaimana mungkin mereka makan menggunakan begitu banyak piring dan sendok.

Ada beberapa kotak makan lagi!?

Pemuda dengan celana pendek selutut itu memeluk Dareen yang sibuk dengna cuciannya, pria yang di kenal jago masak terlihat tenang.

"Banyak banget, malesss~~"

"Males terus, gue yakin lu cucu Belphegor!"

"Gue maunya Asmodeus, hehe .."

Dareen mengetuk jidat Bian dengan spatula. "Hm, kotor kan pikirannya."

"Dareen~"

Si empu membiarkan Bian yang memanggilnya dengan manja, juga membiarkan kedua tangan kasar itu mengelus perut ratanya dari dalam baju.

"Dareen~"

Bian mengelus perut temannya yang lembut, walau beda setahun tapi ia menganggapnya mereka adalah teman seumuran.

Makanya gak tau diri.

"Dareen~"

Bian memasukan tangannya ke dalam celana, mengelus karet celana dalam milik Dareen sambil menduselkan wajahnya di eruk leher yang berkeringat.

"Tangannya! Gue lagi nyuci piring."

Bukannya berhenti, Bian malah sengaja mengusap lembut gundukan di tengan tengah antara paha Dareen.

Mencubitnya bercanda agar tak menimbulkan rasa sakit, sesekali meremasnya dan terkekeh.

"Ahng~ .. Bianjing! Gue lagi nyuci."

Bian tergelak.

Mengeluarkan tangannya, dan kembali mengusap usap perut Dareen saja.

Tak mau terkena getokan di jidatnya lagi jika mengganggu si pemuda galak yang sangat suka memasak.

"Gue besok masuk pagi."

Dareen melengos.

"Gak mau bikinin bekel buat gue?"

"Kamu nanya?" Dengan wajah meledek Dareen menggesek bokongnya ke selangkangan Bian.

Mereka itu mempunyai tinggi yang sama, walau Bian selalu di ledek pendek karena badannya berotot.

Tapi beda lagi dengan Dareen yang mempunyai tubuh rata, biasa biasa saja.

"Bikin atuh, biar ga ngabisin uang."

"Iyaiya, awas dulu kek! Udah tau lagi kerja, masih aja di ganggu."

Dengan tak rela Bian menjauh, menunggu temannya agar pergi bersama sama ke kamar Raka.

Ini tuh sebagai tanda terima kasih karena, Dareen rela mencuci semua piring sendirian tanpa bantuan darinya.

Ngomong ngomong, di kost an ini memang kamar yang paling besar itu milik Kai, Raka, dan Dareen.

Bian memiki kamar yang paling kecil dari semuanya, sebab ia malas membersihkan kamar yang terlalu besar dan pasti akan cepat lelah jika sedang membereskan barang barangnya.

"Udah, bawa minum gak?"

Bian menggeleng, merangkul tubuh Dareen yang sedikit lebih tinggi.

" .. Bian."

Dareen berbisik ketika mereka ada di atas tangga.

"Paan?"

"I-itu ... titit gue tegang .."


...

kost 69Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang