Prolog

38 7 0
                                    


________________________________

Prolog

________________________________

Hujan deras tiba-tiba mengguyur sebuah pasar yang masih ramai oleh orang-orang yang sibuk berniaga, membuat orang-orang sibuk berhamburan mencari tempat berteduh.

Ditengah hiruk pikuk orang yang berlalu-lalang, terlihat seorang anak kecil yang berlari kencang diikuti kejaran dua orang pria dewasa tak jauh dibelakangnya. Anak itu terlihat memeluk sebuah kantung dengan sangat erat.

"Hei pencuri!"

"Dasar bajingan kecil"

Teriakan demi teriakan saling sahut dengan suara lebatnya hujan, anak kecil itu sama sekali tak menoleh atau mengurangi langkahnya.
Dia terus berlari dengan kencang, sampai akhirnya ia berhasil lolos dari kejaran orang-orang dewasa itu melewati kolong dari tumpukan kayu dan gerobak yang digunakan untuk menutup gang kecil yang sudah lama tak di lewati.

Dari lantai atas bangunan yg mengapit gang kecil itu, seorang gadis kecil tengah memperhatikan anak laki-laki itu dari balik jendela, sambil meminum coklat panasnya dan sepotong kue di tangannya yang sudah setengah tergigit.

Rambut pirangnya yang terlihat kaku, dengan dress biru cantik dan liontin biru yang senada dengan warna gaunnya, membuatnya seperti boneka lucu yang tengah terduduk di kursi.

Kontras dengan warna gaun dan rambutnya yang terlihat cocok, kedua manik matanya terlihat mencolok karena berwarna hijau jamrud yang dalam.

Gadis kecil itu terlihat tersenyum kecil, manik matanya tak lepas dari anak laki-laki yang terlihat seusianya itu.

'Ayo cari teman baru'

Batinnya yang masih tak mengerti situasi sulit yang di alami sang bocah laki-laki.

___________________________________

Seorang wanita kurus tengah berbaring di atas kasur tipis usang yang hanya beralaskan lantai kayu yang dingin, terbatuk-batuk seolah menahan rasa sakitnya. Bocah laki-laki menghampiri membawa semangkuk bubur yang baru saja iya buat seadanya, dia mengeluarkan sebuah kantong yang ternyata berisi herbal yang iya curi di pasar.

"Ibu ayo makan dulu, biar bisa minum obatnya."

"T-terima kasih sayang."

Dengan perlahan dan telaten iya menyuapi sang wanita yang ternyata adalah ibunya. Namun baru sedikit makanan yang masuk, ibu langsung memuntahkannya lagi seraya terbatuk sangat keras.

Uhukk..

Sang bocah memberikan air untuk ibunya, dalam hati ia sangat takut jika suatu hal buruk akan terjadi pada sang ibu, mengingat mereka hanya tinggal berdua di gubuk yang kumuh di sudut pasar.

Ia mengambil herbal-herbal itu untuk kemudian ia haluskan. Cukup lama ia berkutat dengan tumbuhan-tumbuhan itu, obat yang hanya ia tau resepnya melalui buku yang tak sengaja ia baca dipasar. Tanpa tau akan berefek atau tidak.

Sekembalinya ia kehadapan ibunya, ia melihat ibunya sudah diam terkulai dengan darang di sekitar mulut dan tangannya.

"Ibu.."

Dengan wajah polosnya ia memanggil sang ibu, tangan kecilnya mengguncang kecil tubuh ibunya.

"Ibu bangun, ayo minum obat.."

Tapi tetap tak ada respon dari sang ibu. Sang anak merasa gelisah, ia guncangkan lebih keras tubuh ibunya.

"Bu.. ibu.. bangun.. Daniel udah bikinin obat.. bu.."

Tapi sang ibu tetap tak bergeming, wajahnya terlihat damai dengan mata terpejam.

"IBUUU..!!!!"

Bagai sambaran petir di tengah hujan yang kian lebat, daniel meraung meratapi ibunya. Bulir-bulir bening menghiasi wajahnya hingga menganak sungai.

Satu-satunya miliknya, sandaran hidupnya, pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata. Meninggalkannya sendirian menghadapi dunia yang kejam.

"IBUUU.. TIDAAAK.. hiks.. Tuhan j-jangan.. hiks.. kumohon jangan ibuku.."

Ratapannya dengan penuh isak tangis, membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa iba. Ia yang bahkan belum genap 6 tahun itu harus menerima kenyataan pahit bahwa ia harus ditinggal seorang diri, tanpa keluarga, tanpa orang tua maupun kerabat yang dapat menolongnya.

Tiba-tiba..

BRAKKK

Terdengar suara pintu yang di buka paksa oleh seseorang, atau tepatnya sosok kecil yang mungkin terlihat seusia dengan daniel.

"Ya tuhan.."

Daniel dengan wajah penuh air mata dan mata yang sembab tak dapat melihat dengan jelas siapa itu..

"S-siapa.. hiks.. kau?"

Tanpa menjawab sosok kecil itu buru-buru memberikan pelukan hangatnya pada daniel kecil yang terlihat sangat kacau, daniel yang beberapa saat lalu ia lihat sangat lincah melarikan diri dari kejaran para orang dewasa, kini terlihat sangat rapuh tak bertenaga.

"Tenanglah.. Tak apa untuk menangis.. kita hanya anak-anak.."

Dalam hati sang gadis kecil bersyukur ia menemukan bocah kecil itu di saat seperti ini, apa jadinya jika tak ada orang yang tau bahwa ibunya meninggal.

'Padahal aku mengikuti caramu kabur untuk melarikan diri dari orang tua dan kakakku, aku tak menyangka jika akan melihat hal seperti ini, aku hanya ingin mengajakmu bermain.'

"Hiks.. Huhuhu.. ibuuu.."

"Aku akan keluar untuk mencari orang dewasa, agar mereka dapat memakamkan ibumu."

"J-jangan pergi.. hiks.."

Tanpa sadar Daniel memeluk gadis kecil itu erat. Pukulan berat membuatnya trauma akan ditinggalkan sendirian.

"Aku tak akan lama, orang tuaku ada di gedung depan, aku akan mencari orang untuk membantumu."

Gadis kecil itu beranjak. Daniel tak dapat melihat dengan jelas wajah sang gadis kecil, ia hanya bisa melihat siluetnya dengan rambut pirang dan liontin biru yg tergantung di lehernya.

Gadis itu dengan cepat beranjak ke arah pintu, tapi ia berhenti sejenak dan menoleh pada daniel yang hanya terpaku melihat lantai sambil terisak.

"Aku akan kembali."

Dan gadis itu pun menghilang dibalik pintu.

_______________________________

Prolog end

_______________________________


Alurnya bakal maju mundur, semoga suka.
Jangan lupa Votenya..☺️☺️☺️

Red Crown ( Zonn Bloem )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang