Ch 2

8 2 0
                                    



________________________________

Makan siang dilakukan bersama-sama, termasuk juga Daniel dan Lucyana yang ikut serta makan bersama. Sekaligus menyambut Lucy yang baru saja sampai setelah perjalanan jauh.

"Bagaimana dengan kamarnya? Apa kamu menyukainya nak?" tanya Duke.

"Ya, saya sangat menyukainya paman."

Lucy tersenyum manis mendengar ucapan sang paman.

"Santai saja, anggaplah rumah sendiri."

"Tentu saja paman."

Terlihat seseorang terus saja memperhatikan Lucy, menelik setiap jengkal dari wajahnya. Tetap saja, seintens apapun ia memperhatikannya, ia tak ingat.

'Apa benar dia?' Batinnya.

"Kakak.. nanti mari kita pesan baju bersama untuk debutante. Aku tak sabar ingin berbelanja dengan kak Lucy..!"

"Tentu Yuri, ayo kita berbelanja. Aku juga ingin berjalan-jalan dikota."

Sesekali Lucy melirik ke arah Daniel. Masih saja pria itu menatapnya. Mana mungkin ia tak sadar, pria yang sedari awal kedatangannya itu terus memperhatikan dirinya. Apakah ia terlihat mencurigakan, atau ada sesuatu dengan pria itu.

"Bawalah Daniel bersama kalian. Sangat berbahaya bagi dua gadis muda berkeliaran tanpa pengawalan."

"Ayah benar, jika mau aku juga bisa ikut dengan kalian." Tambah Elias.

"Tidak mungkin. Jika Daniel tak apa, tapi kau... yang ada kamu cerewet minta pulang." Cibir Yuri.

"Hei aku bisa melindungi kalian lebih baik dari Daniel."

"Benarkah..???" Ledek Yuri sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ah kau ini benar-benar..."

"Sudah.. sudah.. kalau begitu Daniel ikutlah bersama mereka." Lerai sang Duke.

"Baik Sir."

"Dan Yuri.. jangan membuat masalah untuk Lucy dan Daniel."

"Iya ayah." Jawab Yuri cemberut.

__________________________________

Flashback
__________________________________


Seorang anak laki-laki tengah meratap di atas makam ibunya, ia terus menerus menangis bahkan setelah selesai pemakaman dan orang-orang telah pergi menyisakan ia sendirian.

"Ibuu.. huhu.."

Iya tak tau lagi apa yang akan ia lakukan setelah ini. Ia tak memiliki keluarga maupun sanak saudara, ia hanya sendirian tinggal di gubuk kumuh di pelosok pasar.

"Uh.. hei.."

Ditengah tangisannya, terdengar panggilan dari belakangnya. Terdengar seperti suara anak-anak.

Terlihat seorang gadis kecil tengah berdiri dibelakangnya. Gadis yang tadi membantunya untung memanggil orang dewasa datang. Gadis itu masih berpakaian sama tapi kini mengenakan topeng kucing separuh wajahnya, terlihat ia menyunggingkan senyum kecil pada sang bocah laki-laki.

"S-siapa?" Suaranya tersendat karna tangisan.

"Uhm aku... peri bunga matahari. Aku kesini untuk menemanimu."

"Siapa peri b-bunga..? hiks.."

"Peri bunga matahari itu membawa lentera untuk orang-orang yang sedang bersedih. Tugasnya adalah menemani anak-anak yang kesepian."

Red Crown ( Zonn Bloem )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang