Dari Arroyan untuk Allysa

232 99 68
                                    

Happy reading ><

Cuaca hangat pagi ini dari sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca hangat pagi ini dari sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar. Allysa yang sedang duduk di meja rias sambil menyisir rambutnya. Tiba-tiba Adam keluar dari kamar mandi. Dengan langkah santai, Adam berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil selembar baju kaos biasa dengan lengan pendek. Serta mengambil selembar sarung, lalu memakainya.

Selesai Allysa menyisir rambut, ia mulai merias wajahnya dengan beberapa make up. Tanpa Allysa sadari, Adam tengah memandangi dirinya. Sampai ketika Allysa mengobrak-abrik atas meja, mencari sesuatu. Tangannya memegang sebuah cadar, sepertinya itu barang milik Aisyah yang masih di simpan oleh Adam.

"Saya ingin kamu memakai kain itu,"

Allysa sedikit kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulut Adam.

"Hah? C-cadar?"

"Ya."

"Lo, eh, kamu serius? Nggak salah? Gue pakai jilbab aja belum bisa istiqomah. Apalagi pakai cadar kayak gitu."

"Makanya biar kamu bisa istiqomah pakai jilbab, saya menginginkan kamu juga memakai cadar," ujar Adam. Nada bicaranya terdengar dingin dan datar. Namun, itu justru membuat Allysa merinding.

"Sebelumnya maaf nih, gue bukanlah Aisyah. Gue bukan, Ais, bukan. Yang mana dia bisa pakai gituan. Hati gue belum--"

Perkataan Allysa mendadak terhenti saat Adam mendekat dan meletakkan satu jari telunjuknya di bibir Allysa.

Dengan situasi seperti itu membuat Allysa terdiam kaku, tidak mampu bergerak sama sekali. Bahkan jika bisa ia tidak bernafas dulu untuk saat ini.

Kenapa Adam selalu bisa membuat jantungnya tidak karuan seperti sekarang? Arghh! Baginya ini menyebalkan.

"Hijrahlah karena Allah, bukan karena yang lain. Ikhlas karena Allah, maka proses hijrahmu akan mudah," ucap Adam.

Mata mereka beradu. Seketika sinar matahari tepat mengenai wajah Allysa. Yang membuatnya silau, tapi di pandangan Adam, itu membuat wajah Allysa semakin bersinar.

"Mata gue sakit, bisa minggir nggak," ujar Allysa dengan menyipitkan matanya.

Adam menuruti, lalu ia beralih dari hadapan Allysa.

Allysa memijat pelipisnya perlahan. Rasanya sedikit pusing. Huekk!

"Kamu kenapa?" tanya Adam khawatir.

Allysa menggeleng pelan. "Nggak papa, kayaknya gue masuk angin deh. Soalnya belum makan."

Adam menghembuskan nafas. "Ya sudah, kita makan diluar aja."

Di saat Adam bergegas mengambil dompet dan kunci motor. Allysa masih diam di tempatnya sambil memperhatikan Adam. Melihat itu Adam mengerutkan keningnya.

Hijrah cinta (Publish Ulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang