Seumur hidup Gui, baru kali ini dia dikira sebagai resepsionis di properti miliknya sendiri. Alih-alih merasa marah, Gui justru ingin melihat sejauh apa cewek yang di sampingnya ini bersikap padanya. Gui melirik cewek itu di dalam lift, melihat bagaimana semrawut nya style pakaian yang dipakai. Inilah mengapa harus ada yang namanya masa percobaan. Seenggaknya, modelan kayak cewek ini perlu diperbaiki.
Sebenarnya niat awal Gui memang mau ke coffeshop, duduk nongkrong sambil melihat deretan angka saham di perusahaan karena Pak Liong menelpon soal pegawai baru yang ingin menyewa di apartemen studio itu, Gui membelokkan arahnya menuju apartemen itu.
Kedatangannya yang tiba-tiba membuat Bu Andaria, selaku penanggung jawab apartemen kalang kabut. Tentu aja sih, bos besar datang di weekend dan memeriksa komputer serta meminta laporan bulanan yang seharusnya dijadwalkan minggu depan.
Oh ada monster datang, itulah yang ada di kepala Bu Andaria. Tanpa diucapkan pun Gui tahu itulah yang ada di benak perempuan itu ketika menyaksikan mobil Gui parkir.
Bu Andaria terbirit-birit masuk ke kantor untuk mengambil data sementara Gui memeriksa data di komputer dan muncullah pegawai baru enggak tau diri yang dengan muka tembok meminta kunci kamar serta minta dia menyeret koper sialan warna pink ini. Enggak hanya itu, cewek itu juga meminta Gui mengantarnya ke lantai 4 dengan ancaman konyol akan melaporkan ke bos besar. Emang sama siapa cewek ini ngomong? Bahkan Bu Andaria yang pas balik dari ruangannya hampir melotot pingsan melihat dirinya masuk ke lift dan menyeret koper orang lain.
Sepasang mata tajam Gui menukik ubun-ubun Ai. Di dalam hati dia bertekad mengingat wajah cewek itu agar dengan mudah dia menilai kinerja. Awal pertemuan aja udah seenak jidat. Apa Pak Liong enggak memberikan deskripsi bos besar pada pegawai baru? Pak Liong akan Gui panggil setelah ini.
Tiba-tiba Gui mengerutkan kening saat kepala tubuh pendek itu bergerak, mendongak ke arahnya. Kenapa lagi nih cewek? Ia mundur sedikit.
"Ada apa? Bentar lagi lantai 4."
Ai menggaruk pipinya. "Bos besar itu seperti apa sih?"
Alis Gui terangkat. Dia melirik angka menuju 3. Dia mengedikkan bahu. "Mana tau."
Ai memajukan wajahnya dan berkata penuh misterius. "Kata pak Liong... "
Gui mengatupkan bibirnya. Apa lagi kata si Liong ini? Ia sama sekali memasang tampang datar.
Ting! Pintu lift terbuka tepat di lantai 4. Ai menyeret kopernya dan melirik Gui. "Bantu dong seret ampe ke kamar."
"Apa?" bola mata Gui membesar.
Ai menahan pintu lift. "Kalau nolong itu jangan setengah-setengah mas. Enggak mungkin aku nyeret dua koper."
Gui mendecih. Demi ingin tau Pak Liong ngatain dia seperti apa, Gui menyeret koper cewek itu. Liat aja nanti! Ia menatap cewek di depannya dengan tatapan makan hati.
"Dari pintu depan aja kamu bisa nyeret dua koper." Gui membalas kalimat Ai dengan dingin.
Ai tertawa ngakak. "Itu kan saat enggak ada cowok. Cowok itu ditakdirkan untuk membantu kelemahan cewek."
Matamu! Gui menyumpah. Sambil diam Gui terus menyeret koper menuju kamar nomor 24. "Jadi apa kata pak Liong?"
Ai melihat angka 24 di depan matanya. Dia memasang wajah ceria dan menyambar pegangan kopernya dari tangan Gui. Kemudian dia bingung dengan kartu di tangannya.
"Kok enggak bisa digesek?" Ai sibuk menggesek ujung kartu di bagian kenop pintu tapi benda itu enggak terbuka sama sekali.
Gui menyambar kartu dari tangan Ai dan menempelkan permukaan kartu di kenop. Terdengar suara klik dan pintu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Bali
RomanceSkandal pertama dimulai!! Gui Adelio Ong, cowok berdarah Tionghoa, bos besar dari perusahaan asing furniture. Keturunan marga Ong yang berpengaruh di Beijing, Ong Grup Company yang tercatat sebagai 5 besar perusahaan berpengaruh di Asia Pasifik. A...