BAB 3

936 252 39
                                    

Gui duduk di meja paling sudut di Vinnoti Caffe sambil mengetuk ujung jarinya di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gui duduk di meja paling sudut di Vinnoti Caffe sambil mengetuk ujung jarinya di meja. Secangkir espresso berada di atas meja dan sepasang mata Gui mencorong ke arah pintu masuk kafe. Sudah dua kali Gui melihat Rolexnya dan menghitung menit demi menit dia menunggu kedatangan Pak Liong yang terlambat. Tungkainya bergerak terus menerus sambil menggerutu dalam hati.

Udah di telponin untuk ke Vinnoti dari tadi belum juga nongol! Gui menambah daftar dosa Pak Liong sejak tadi hingga dia melihat laki-laki setengah baya itu mendorong pintu kafe dengan tergesa-gesa. Gui bisa melihat Pak Liong nyaris enggak menyisir rambutnya dan memakai pakaian seadanya saja untuk datang ke kafe. Ya sih seingat Gui tadi dia melarang Pak Liong menghubungi dia sampai hari Senin. Artinya saat ini hari libur Pak Liong tapi siapa kira Gui mendapatkan informasi bahwa Pak Liong menyebarkan dirinya seperti monster kepada pegawai baru. Apalagi itu diucapkan oleh cewek yang udah bikin Gui membawa koper pink sialan itu hingga lantai 4. Mengingatnya saja udah bikin Gui emosi.

"Maaf Pak Ong, saya terlambat. Tadi lagi nyuci mobil." Pak Liong berdiri di depan Gui yang menatapnya tanpa berkedip.

Gui menaikkan alisnya dan memberi tanda pada kursi di depannya dengan anggukan kecil. Dia melihat kembali Rolex nya.

"10 menit."

"Ya?" Pak Liong yang baru saja menjejakkan pantatnya di kursi tampak melongo. Ia menatap Gui yang mengetuk permukaan Rolex di pergelangan tangan.

Gui membentuk 10 jari tepat di depan wajah Pak Liong. "Kamu telat 10 menit."

Pak Liong menundukkan kepala sambil meminta maaf dengan cepat. "Maaf Pak Ong. Saat bapak nelpon saya lagi bersihin mobil istri jadi terburu-buru. Tapi tetap aja telat, ya?" Pak Liong menatap Gui dengan tatapan memelas.

Gui membalas tatapan Pak Liong sekian detik dan dia menghela napas. "Oh ya saya lupa, Pak Liong anggota Ikatan Suami Takut Istri," ia tersenyum mengejek lalu menjentikkan jarinya pada pegawai kafe yang lewat. Wajah Pak Liong memerah malu. Pegawai itu mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Tanpa menoleh, Gui berkata singkat. "Tolong, bawa menu kemari."

"Baik pak." Pegawai itu berbalik dan berlari mengambil menu yang ada di meja kasir. Sementara Gui masih menukik matanya pada Pak Liong yang terlihat bingung mengapa dia berada di kafe itu bersama bos besar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love in BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang