Gui melangkah keluar dari mobilnya dan disambut oleh jejeran kepala tiap divisi dari Ong Living Furniture setiap Senin pagi. Itu udah harga mati yang enggak bisa ditawar lagi. Alasannya adalah agar seluruh pegawai Ong Living Furniture enggak ada yang berani datang terlambat karena bos besar akan muncul di pagi hari dengan cara yang elegan. Setiap Senin dimana ada slogan yang mengatakan I Hate Monday. Itulah konsep Gui. Namun pagi ini ada tambahan lain. Gui ingin memberi pelajaran pada salah satu pegawai baru yang udah mengiranya sebagai resepsionis apartemen. Dia harus melihat reaksi cewek itu.
Dan seperti itulah Gui melangkah masuk ke kantornya, melihat para pegawai yang berjejer rapi di kiri kanan lantai dasar, menatapnya dengan berbagai sinar mata yang selama ini enggak pernah Gui gubris. Tapi kali ini beda. Di balik wajah dingin seperti kanebo kering, tatapan mata Gui dengan cepat menemukan sasaran balas dendamnya.Di sana, di barisan sebelah kanannya. Cewek itu berdiri melotot ke arahnya, bibir terbuka membentuk bulatan kue donat, dan tubuh sekaku pohon kelapa. Saat Gui melewati cewek itu, Gui terang-terangan menatap dengan sinar mata setajam pedang seolah berkata, "Kena lu!" puas banget hati Gui.
Hingga Gui masuk ke dalam lift bersama 5 kepala divisinya, dia masih melihat bayangan wajah pucat cewek itu dan tanpa sadar dia mendengkus menahan tawa.
Pak Liong yang berada di belakang kanan Gui, melontarkan pertanyaan spontannya.
"Anda tersedak, Pak Ong?"
Gui memutar bola mata dan menoleh dari balik bahunya. "Apa saya seperti orang tersedak? Kalau tersedak kenapa enggak ada yang kasih saya air mineral?"
Punggung Pak Liong segera di tusuk salah satu jari dari kepala divisi lainnya. Dengan wajah polos, Pak Liong menjawab serius.
"Di dalam tas saya selalu ada botol mineral ukuran 300 ml."
Gui memutar badan dan menjawab ketus. "Enggak perlu."
Dan pak Liong segera menutup mulut dengan patuh.
****
Mati! Mati! Mati akuuu! Ai memegang kepalanya dengan panik saat bos besar sudah masuk ke dalam lift. Jelas dia masih ingat bagaimana tatapan jahat cowok tadi saat melintasinya. Pasti hari ini adalah hal yang dinanti cowok itu untuk membalas Ai yang udah ngira dia sebagai resepsionis.
Aaaa... Ai yang bermulut gede. Bisa-bisanya dia enggak nyadar kalau cowok berpakaian keren kemarin itu adalah bos besar. Marilah aku!
"Ai. Yuk masuk lift."
Suara Rahmah mengejutkan Ai. Dia tergagap dan pura-pura merapikan rambut. "Eh, apa?"Rahmah menunjuk lift yang terbuka, menunggu beberapa pegawai yang akan naik. "Lift. Kita kudu ke ruang konferensi. Bos besar akan ngasih kata sambutan."
Ai melangkah bagai mimpi dan segera masuk ke dalam lift. Dia berdiri paling depan sambil menggenggam kedua tangannya. Di otaknya mulai berpikir merancang kalimat pembelaan dirinya yang salah menduga Bos Besar sebagai resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Bali
RomansaSkandal pertama dimulai!! Gui Adelio Ong, cowok berdarah Tionghoa, bos besar dari perusahaan asing furniture. Keturunan marga Ong yang berpengaruh di Beijing, Ong Grup Company yang tercatat sebagai 5 besar perusahaan berpengaruh di Asia Pasifik. A...